Nama Orang-Orang Ini Menjadi Terkenal Berkat Idenya Mendirikan Lokalisasi

Nama lokalisasi di Indonesia
Nama lokalisasi di Indonesia | surabaya.kompas.com

Asal-usul Nama Lokalisasi di Indonesia

Ada banyak lokasi prostitusi di negeri ini, mulai prostitusi besar, menengah hingga kecil. Menariknya, tidak sedikit dari nama lokalisasi-lokalisasi itu yang merujuk atau identik dengan nama seseorang. Misalnya nama Tante Dolly yang kemudian diabadikan menjadi nama Gang Dolly, lokalisasi prostitusi di Surabaya.

Pada zaman Belanda dulu, Tante Dolly memang pendiri wisma PSK di Jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, ini. Hingga akhirnya tumbuh menjadi kawasan prostitusi besar, Dolly masih identik dengan nama daerah itu.

Tante Dolly diabadikan sebagai nama gang prostitusi agaknya wajar. Lalu bagaimana dengan nama orang baik-baik yang kemudian dipelesetkan menjadi nama tempat prostitusi? Misalnya nama Sunan Kuning (SK) di Semarang, Jawa Tengah, yang lebih dikenal sebagai tempat prostitusi daripada wisata sejarah petilasan pejuang dan penyiar agama Islam dari China.

Nama Lokalisasi di Indonesia

Masih ada nama orang lain lagi yang melegenda karena jadi tempat prostitusi. Berikut ini kisah-kisah mereka yang dirangkum Merdeka.com dari berbagai sumber, Rabu (26/11/2014):

1.

Tante Dolly

Nama lokalisasi di Indonesia
Gang Dolly | www.suratkabar.id

Nama Tante Dolly memang populer sebagai nama gang sebuah lokalisasi di Surabaya, Jawa Timur. Legenda Tante Dolly dikenal karena perannya sebagai pencetus komplek lokalisasi di Jalan Jarak, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya, ini.

Baru sekitar tahun 1966 daerah itu diserbu pendatang dari berbagai daerah. Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur wanita bernama Dolly Khavit di kawasan makam Tionghua tersebut.

Dia kemudian menikah dengan pelaut Belanda, pendiri rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I. Wisma miliknya antara lain bernama T, Sul, NM, dan MR. Tiga di antara empat wisma itu disewakan pada orang lain. Demikian asal muasal nama Dolly.

Dolly semakin berkembang pada era tahun 1968 dan 1969. Wisma-wisma yang didirikan di sana semakin banyak. Adapun persebarannya dimulai dari sisi jalan sebelah barat, lalu meluas ke timur hingga mencapai sebagian Jalan Jarak. Namun Gang Dolly kini sudah ditutup melalui kebijakan pemerintah kota setempat.

Baca Juga: Hebat! Sempat Disuruh ke Kamar, Ini Kisah Dua Polwan yang Menyamar Jadi PSK Demi Bongkar Bisnis Esek-Esek

2.

Pak Girun

Nama lokalisasi di Indonesia
Pak Girun | www.merdeka.com

Di Surabaya ada nama Tante Dolly, maka di Malang, Jawa Timur ada nama Pak Girun. Dia merupakan tokoh pendiri bisnis prostitusi di Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi. Lokalisasi itu kemudian diberi nama Lokalisasi Girun.

Kini Girun ditutup bersama enam lokalisasi lain yakni Suko (Kecamatan Sumberpucung), Slorok (Kromengan), Kebobang (Wonosari), Kalikudu (Pujon), Embong Miring (Ngantang) dan Pulau Bidadari (Sumbermanjing Wetan). Total ada 308 PSK penghuni panti dan 90 mucikari yang harus meninggalkan tempat.

Hingga ditutup, lokalisasi Girun hanya tercatat memiliki 89 orang PSK. Namun sejatinya jumlah mereka jauh dari yang tercatat, karena memang kerap berpindah-pindah dari satu lokalisasi ke lokalisasi lain.

Baca Juga: Demi Mendapatkan PSK Cantik, Oknum TNI dan Wartawan Rela Adu Jotos Hingga Babak Belur

3.

Sunan Kuning

Nama lokalisasi di Indonesia
Sunan Kuning | jateng.suara.com

Sunan Kuning adalah lokalisasi resmi terbesar di Kota Semarang. SK terletak di Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat, menempati areal 4 hektare, terdiri atas 1 RW dan 6 RT.

Resosialisasi ini dibuka pada 1966, pertama disebut lokalisasi Sri Kuncoro sesuai nama jalan utama di situ. Dari nama Sri Kuncoro inilah diambil inisial SK, lalu diplesetkan jadi Sunan Kuning.

Sunan Kuning adalah julukan untuk seseorang. Menurut Remy Silado dalam bukunya 9 Oktober 1740: Drama Sejarah, dalam catatan seorang Tionghoa di Semarang, Liem Thian Joe, dikatakan bahwa Sunan Kuning adalah sebutan populer bagi Raden Mas Garendi.

Sunan Kuning berasal dari kata Cun Ling (bangsawan tertinggi), yang merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam peristiwa Geger Pacinan (1740-1743).

Para pemberontak Jawa-Tionghoa menobatkan Raden Mas Garendi sebagai raja Mataram bergelar "Sunan Amangkurat V Senopati Ing Alaga Abdurahman Sayidin Panatagama" pada 6 April 1742 di Kabupaten Pati Jawa Tengah. Ketika itu, cucu Amangkurat III yang dibuang VOC ini baru berumur 16 tahun - sumber lain menyebut 12 tahun. Dia pun dianggap sebagai 'Raja orang Jawa dan Tionghoa'.

4.

Saritem

Nama lokalisasi di Indonesia
Saritem | republika.co.id

Selanjutnya nama lokalisasi populer di Bandung, yakni Saritem. Menelusuri jejak dan sejarah Saritem memang susah, namun konon nama sebuah gang itu diambil dari nama seorang perempuan bernama Sari.

Memang banyak versi sejarah nama orang yang merujuk pada asal mula nama gang yang terkenal sebagai lokasi bisnis prostitusi tersebut.

Konon ada yang bilang kalau Saritem itu nama seorang tukang jamu berkulit hitam manis bernama Sari. Ada juga yang menyebutkan, nama Saritem diambil dari nama seorang penjaga warung remang-remang yang nongkrong di pinggir jalan.

Baca Juga: Bikin Tepok Jidat! Terjaring Razia, Para PSK Ini Malah Senyum-senyum Saja Sambil Bercanda

5.

Hauber

Nama lokalisasi di Indonesia
Prostitusi di Jakarta | www.winnetnews.com

Tempat prostitusi lainnya yang konon merujuk pada nama orang adalah Gang Hauber. Hauber merupakan nama orang Belanda yang riwayatnya tidak diketahui. Hauber menjadi nama Gang di Kota Batavia sejak zaman kolonial Belanda, hingga pada 1960-an ramai menjadi tempat prostitusi kelas menengah terkenal di Jakarta.

Meskipun nama gang itu kemudian diganti menjadi Gang Sadar oleh Wali Kota Sudiro. Namun para PSK yang mangkal di sana tetap ramai dan tidak sadar-sadar juga. Gang itu baru sepi sebagai tempat prostitusi pada zaman Gubernur DKI Ali Sadikin.

Soal nama orang Belanda yang menjadi nama jalan di Jakarta, Alwi Sahab menulis dalam bukunya berjudul: Saudagar Baghdad dari Betawi. Dalam buku itu dia mengatakan banyak nama jalan-jalan tempo dulu di Jakarta yang diambil dari nama raja, ratu, pangeran atau pejabat tinggi serta tokoh masyarakat Belanda. Contohnya Gang Scott yang sekarang berubah nama jadi Jalan Budi Kemuliaan.

Artikel Lainnya

Itulah sekilas sejarah nama tempat-tempat lokalisasi di Indonesia. Meski beberapa lokasi hanya tinggal ingatan, nama-nama mereka tetap melekat dalam bagian sejarah bangsa.

Tags :