Keponakan Mahfud MD Jadi Saksi di Sidang MK, Sebut Ganjar Pranowo Pernah Ajarkan Aparat Tak Netral
20 Juni 2019 by MoseslazHadirkan 15 saksi, keponakan Mahfud MD salah satunya
Diketahui Mahfud MD sebagai mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) kerap ditanya netizen beberapa hal soal sidang sengketa hasil Pemilihan Presiden 2019 yang tengah digelar saat ini.
Tapi nampaknya bukan hanya Mahfud MD yang vokal perihal sidang MK tersebut, tapi juga sang keponakan, Hairul Anas Suaidi.
Hairul Anas Suaidi menjadi salah satu dari 15 saksi yang dihadirkan tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Anas adalah seorang caleg dari Partai Bulan Bintang (PBB) yang termasuk dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf, namun ia mengaku punya keberpihakan dengan lebih memihak pasangan calon Prabowo-Sandi.
Ditengah-tengah kesaksiannya ia menyebut nama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang disebutnya pernah menyampaikan agar aparat sebaiknya tak netral.
Hal tersebut disampaikan Ganjar saat memberikan pelatihan saksi Tim Kampanye Nasional Jokowi-M'aruf di Hotel El Royale Jakarta pada Februari lalu.
Pada momen tersebut, Anas menjadi perwakilan dari calon legislatif Partai Bulan Bintang yang masuk dalam koalisi partai pendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Pak Gubernur Jateng saat itu menunjukkan data statistik bahwa untuk memenangkan (01) aparat sebaiknya tidak netral. Beberapa kali disampaikan, kalau netral buat apa," ujar Anas saat menyampaikan keterangan sebagai saksi dalam sidang sengketa pilpres di ruang sidang MK, Jakarta, Rabu (19/6).
Dalam penjelasannya, Anas menyebut maksud netral itu merujuk bahwa tim Jokowi telah mendapat ‘back up’ dari aparat.
"Kita memang dimotivasi dari pagi sampai malam. Katanya kalau aparat netral buat apa? Jadi ya kalau diartikan semacam kita sudah di-back up aparat. Ya harus confident kita harus maju," katanya.
Selain nama Ganjar Pranowo, Anas Juga menyebut Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto dalam kesaksiannya. Ia mengatakan bahwa dalam pemberian materi pelatihan, Hasto menyebutkan tentang strategi memenangkan suara dengan menyebut pasangan calon 02 identik dengan ekstrem dan radikal.
"Diksinya memang ekstrem, radikal, khilafah banyak diselipkan. Dan itu sudah umum di medsos," ucap Anas.
Ia juga mengaku menerima materi tentang strategi pemenangan Jokowi-Ma'ruf di Sumatera yang disebut harus ditaklukkan melalui kepala daerah dan dukungan logistik.
"Jadi dari lurah sampai KPPS. Kalau bisa atur (strategi) sampai ke sel terkecil, ke KPPS-nya," tuturnya.
Selain itu Anas juga menampilkan materi lain yang didapatnya dalam pelatihan saksi selama dua hari tersebut. Slide pertama yang ditampilkan terdapat keterangan yang mengatakan bahwa kecurangan merupakan bagian dari demokrasi.
Slide tersebut ditampilkan saat Ketua Harian TKN Moeldoko memberikan paparannya.
Sengketa hasil Pemilihan Presiden 2019 saat ini masih terus digelar di MK. Sebelumnya pihak tim hukum Prabowo-Sandi meminta restu MK untuk menghadirkan 30 orang saksi. Tapi MK akhirnya memutuskan bahwa jumlah saksi yang boleh dihadirkan adalah 15 orang dan dua orang ahli.
Sidang MK lalu berjalan lebih lama dari sebelumnya, persidangan yang digelar pada pukul 09.00 WIB 19 Juni baru berakhir pukul 05.00 WIB, 20 Juni. Ada yang mengikuti sidang MK sampai subuh gak guys?