Jadi Korban Pembacokan, Pendeta Ini Keluhkan BPJS Miliknya Tak Bisa Dipakai Berobat

Pendeta korban pembacokan
Pendeta korban pembacokan | medan.tribunnews.com

Pendeta malang ini dibacok oleh pasien sendiri.

Seorang pendeta asal kota Siantar, Sumatera Utara ini harus mengalami nasib yang sangat malang. Pasalnya pendeta yang bernama Rokbi Simanjuntak mengalami luka parah pada bagian kepalanya akibat dibacok oleh salah satu pasiennya.

Pendeta Rokbi Simanjuntak diketahui bekerja di panti rehabiliasi yang menangani orang-orang gangguan jiwa. Tapi nahas, salah satu pasien yang dibawa di yayasannya mendadak ngamuk dan meminta pulang.

Karena permintaannya tidak dituruti, pasien malah melawan dan melukai pendeta Rokbi dengan senjata tajam yang ia simpan di saku celananya. Akibat insiden ini, Rokbi langsung dilarikan ke RSUD Djasamen Saragah pada hari kamis tanggal 28 Maret 2019.

1.

BPJS milik pendeta Rokbi tak bisa dipakai

Pendeta korban pembacokan
BPJS milik pendeta Rakbi tak bisa dipakai | medan.tribunnews.com

Dilansir dari Tribunnews.com, pendeta Rokbi ternyata tetap harus membayar biaya perawatan rumah sakit meski sudah rutin membayar BPJS setiap bulannya. Padahal selama ini ia sudah membayar uang Rp 375 ribu per bulan untuk BPJS. Ia juga merasa kecewa dengan pihak rumah sakit yang tidak mau menanggung biaya kesehatan.

"Semalam katanya tidak bisa pakai BPJS. Padahal kami setiap bulan bayar Rp 375 ribu untuk BPJS-nya tapi tidak bisa digunakan. Bingung juga, tidak bisa pakai BPJS, jadi selama ini ke mana uang yang kami bayar setiap bulan itu," ujar pendeta Rokbi.

Atas insiden itu ia juga mendapatkan 37 jahitan di bagian kepala setelah dibacok dengan senjata tajam oleh pasiennya.

2.

Kecewa dengan Satpol PP

Pendeta korban pembacokan
Kecewa dengan Satpol PP | www.hetanews.com

Insiden pembacokan ini juga membuat pendeta itu sangat kecewa. Pasalnya, Satpol PP kurang teliti dan tidak mengecek dulu barang bawaan pasien sebelum ia diantar ke yayasan. Karena jika sudah membawa senjata tajam maka bisa membahayakan keselamatan orang lain.

"Saya minta Sat Pol PP dan Dinsos Kota Siantar bila menyerahkan orang kurang waras ke Yayasan haruslah diamankan benda tajam yang disimpan di dalam saku dan balik baju atau celana. Karena selain adanya dua kayu dan parang panjang itu, ternyata masih ada dua pisau ditemukan dari pria kurang waras itu," tuturnya.

3.

Pasien diduga masih waras

Pendeta korban pembacokan
Pasien diduga masih waras | www.kompasiana.com

Menurut penuturan pendeta Rokbi, pasien yang melakukan tindakan tersebut diduga tidak gila dan masih waras. Karena menurutnya, si pasien bisa berbicara dan diajak berkomunikasi layaknya orang normal.

"Kurasa tidak gila itu, sempatnya dia minta keluar. Ngapain aku disini, keluarkan aku," ujarnya menirukan pasien tersebut.

Ia juga mengaku selama 12 tahun mengurus pasien sakit jiwa, baru kali ini ia mendapatkan perlakuan seperti itu. Tapi selain itu dia juga mengaku kecewa dengan petugas yang tak menjenguknya.

"Dinas Sosial lah pernah sekali datang. Kalau Satpol PP yang mengantar orang sakit jiwa itu tidak pernah datang," ungkapnya.

Artikel Lainnya

Seorang pendeta asal Kota Siantar dibacok oleh pasiennya sendiri akibat sang pasien mengamuk ingin minta pulang. Tapi sayangnya saat dilarikan di rumah sakit, pendeta itu tetap harus membayar uang perawatan. Padahal selama ini ia sudah rutin membayar biaya BPJS setiap bulannya. Semoga kasus ini segera menemui titik terang.

Tags :