Sebut Tak Lagi Berkoalisi dengan Prabowo, Demokrat Sebut Alasan Berikut ini Jadi Penyebabnya

Akankah merapat ke kubu 01?

Meski diketahui pada gelaran Pemilu 2019 ini Partai Demokrat bergabung dengan koalisi Adil Makmur yang mengusung capres-cawapres nomor urut 02 namun kini diketahui hubungan keduanya renggang.

Demokrat juga merasa tak lagi berkoalisi dengan pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. ,Mengenai hal itu, Kader Demokrat Ferdindan Hutahaean menjelaskan faktor alasan yang menjadi terganggunya hubungan Demokrat dengan koalisi 02.

Ferdinand Hutahaean | news.rakyatku.com

"Hubungan antara Partai Demokrat dengan Koalisi 02 memang agak terganggu terutama pasca hari-hari terakhir, Bu Ani pun menjadi korban, dirundung oleh pendukung 02 dan terakhir juga apa yang terjadi di Cikeas, saat Prabowo bertemu dengan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), mengucapkan belasungkawa tapi akhirnya menjadi politik, mengotori suasana duka dan itu tentunya akan membuat suasana tak nyaman," kata Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean (Detik.com).

"Bagi kami, kami merasa tidak berkoalisi lagi dengan 02 saat ini. Kami sudah merasa tidak berkoalisi dengan 02. Kami sudah merasa tidak bersama-sama lagi dengan 02," sambung dia.

Ferdinand juga mengatakan bahwa saran-saran yang diberikan PD untuk kemenangan Prabowo-Sandiaga selama ini tak digubris. Bahkan menurut Ferdinand, Prabowo lebih mendengarkan pihak-pihak yang menurutnya kalah dalam kehidupan.

"Pak Prabowo tidak mendengar masukan dari Partai Demokrat karena dia selalu mendengar masukan dari pihak-pihak yang memang kalah dalam kehidupan. Orang-orang yang mengelilingi dia ini orang-orang yang kalah, Amien Rais itu orang yang kalah. Jadi kita marah, kenapa masukan dari kita tidak pernah didengar, dilaksanakan. Yang selalu dilaksanakan adalah masukan dari orang-orang yang selalu mengelilingi dia. Publik kan melihat jelas siapa di situ, ada Amien Rais, ada ulama-ulama yang kami anggap mereka kan dalam hal politik mungkin tidak bisalah berpolitik seperti kami, politisi," tutur Ferdinand.

Ferdinand juga buka suara soal ucapan selamat dari SBY kepada Jokowi perihal hasil perhitungan suara Pilpres yang telah selesai dilakukan KPU.

Serta hubungan PD dengan Jokowi yang disebutnya tak terjadi secara tiba-tiba. Namun hubungan tersebut sudah terjalin melalui beberapa kali pertemuan antara Jokowi dengan AHY maupun SBY.

Ditambah dengan kepedulian yang ditunjukkan pemerintah saat Ani Yudhoyono sakit, wafat hingga dimakamkan.

"Jadi ini bukan hubungan yang baru terjadi, tapi hubungan panjang. Tentu saja kalau Pak Jokowi juga punya kedekatan dengan Partai Demokrat, Pak SBY dan Mas AHY. Berikutnya silaturahmi yang kemudian terjalin pada saat hari-hari akhir, terutama saat hari penghormatan terakhir pada Bu Ani di pemakaman, Ibu Megawati (Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri) yang tanpa kami duga akan datang pada saat itu, ternyata datang. Beliau memberikan penghormatan terakhir dan ucapan turut berduka cita secara langsung pada Pak SBY," terang Ferdinand.

Namun, dia mengatakan Demokrat belum menentukan sikap apakah akan bergabung dengan koalisi pendukung Jokowi atau tidak nantinya. Dia menyatakan belum ada tawaran agar Demokrat bergabung ke koalisi pendukung pemerintah saat ini.

"Kalau disebut indikasi (bergabung ke kubu Jokowi), yang jelas bahwa PD akan mempertimbangkan dengan sangat apabila diajak untuk bergabung oleh Pak Jokowi untuk bersama-sama membangun bangsa ini. Intinya gitu. Tapi Partai Demokrat saat ini belum menerima tawaran secara resmi dari Pak Jokowi. Memang komunikasi berjalan terus dengan baik dan normal, kami harap semuanya akan berakhir baik," jelas dia.

Artikel Lainnya

Iyah, tak ada yang abadi didunia ini termasuk koalisi, karena memang dalam politik banyak hal bisa berubah secara dinamis. Namun apapun pandangan politik, meski berbeda tetap silaturahmi harus dijaga dan jadi nomor satu dalam kehidupan bermasyarakat ya guys.

Tags :