Menhan Perihal Kasus Makar, Kalau Dongkol, Saya Tembak Kepalanya!

Menhan ikut angkat suara!

Kabar mengejutkan datang dari salah satu tokoh mantan pentolan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dilansir dari detikcom, Jumat (31/5/2019), salah seorang pentolan Kopassus, Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko yang kini ditetapkan sebagai tersangka atas kepemilikan senjata api ilegal.

Terkait kepemilikan senjata api ilegal tersebut, prajurit yang pernah menjabat sebagai pentolan Kopassus pada 2007 itu sempat ditahan di tahanan Mabes Polri dan kemudian ditahan di Rutan Militer Guntur.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi pun membenarkan terkait penahanan mantan Danjen Kopassus tersebut, di depan awak media, Mayjen Sisriadi menjelaskan proses penyelidikan terhadap yang bersangkutan.

Terkait kasus penyelundupan senjata, perlu dijelaskan tadi malam telah dilakukan penyidikan terhadap oknum yang diduga sebagai pelaku pada waktu bersamaan oleh penyidik dari Mabes Polri dan penyidik dari POM TNI. Penyidikan dilakukan di Markas Puspom TNI, Cilangkap. Hal ini dilakukan karena salah satu oknum yang diduga pelaku berstatus sipil (Mayjen Purn S)," ujar Mayjen Sisriadi saat dimintai konfirmasi, Selasa (21/5/2019).

Tak cuma Soenarko, pihak kepolisian juga menangkap satu orang lainnya yang kini masih berstatus aktif militer, yakni Praka BP.

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Soenarko | kumparan.com

Menhan berkomentar

Menyikapi proses penahanan mantan Danjen Kopassus tersebut, Menteri Pertahanan (Menhan), Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu akhirnya berkomentar terkait tuduhan kepemilikan senjata ilegal yang diduga digunakan untuk makar pada 22 Mei 2019 kemarin.

Hal pertama yang disampaikan Ryamizard, ia meyakini jika juniornya di TNI AD itu tidak mungkin memiliki niatan makar.

Itu Soenarko itu di bawah saya dua tiga tahun, berarti lama. Dia sudah pengalaman di Papua, Timtim, Aceh, segala macam, ucap Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (30/5).

Lebih lanjut mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu juga yakin betu jika juniornya itu tidak memiliki atau berencana untuk membunuh para pejabat politik. Bahkan dirinya sempat berujar akan turun tangan jika Soenarko berbuat onar.

Kalau dongkol saya begini, 'entar saya gampar lu'. Sampai berapa puluh tahun enggak saya gampar kok. Saya tembak kepalanya, sudah berapa puluh tahun enggak ada saya tembak, paparnya.

(Soenarko) enggak akanlah gitu-gituan. Jangan terlalu khawatir, bila perlu saya datang nanti bilang jangan begitu enggak boleh.

Ryamizard kembali menyebut perihal senjata yang dituduhkan kepada juniornya itu sebenarnya bukan selundupan, tapi hasil rampasan.

Katanya ada yang menggunakan senjata. Kalau saya lihat senjata itu dibawa dari luar negeri ya enggaklah. Saya yakin itu, tuturnya.

Dia punya senjata merampas ya senjatanya rampasan, imbuhnya.

Ryamizard Ryacudu | kumparan.com
Artikel Lainnya

Bagi Ryamizard, keributan soal makar hingga terjadinya aksi pada 21 - 23 Mei 2019 kemarin jelas sangat merugikan negara, dan hal semacam ini justru menguntungkan pihak lain, yang memang memiliki niat mengambil kesempatan.

Kalau kita ribut ada yang ikut dompleng. Siapa lagi, ya radikal-radikal saja yang merasa antipancasila, pasti di sana. Ini yang perlu kita waspadai dan bangkit, pungkasnya.

Tags :