Keamanan Ibu Kota Baru Menurut Pakar Geopolitik
29 September 2019 by Iradanti KhoirunnisaApakah perpindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan dianggap aman secara geopolitik?
Kabar perpindahan ibu kota Jakarta ke Pulau Kalimantan masih terus menjadi topik hangat yang dibicarakan banyak orang. Banyak yang setuju, tapi banyak juga yang tidak.
Sebenarnya apakah keputusan ini akan berdampak baik atau buruk, menguntungkan atau tidak, akan masih terus menjadi pertanyaan orang-orang. Berikut ini adalah pandangan seorang pakar geopolitik tentang rencana perpindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan seperti yang bagaimana dilansir dari republika.co.id.
Berada di antara armada maritim Amerika dan Tiongkok
Pakar geopolitik Hendrajit berkata jika sangat penting untuk memperhatikan keamanan posisi ibu kota yang baru di Kalimantan. Ini karena letaknya yang berada di antara armada maritim Amerika Serikat dan Tiongkok, sehingga membuat seakan-akan posisi ibu kota baru terkepung.
Hendrajit menambahkan, “Kalau ibu kota di Kalimantan, kita bisa menjadi bumper dari pertarungan global antara Amerika dan China di Asia Pasifik”.
Baca Juga: Kepala Staf Presiden: KPK Hambat Upaya Investasi!
Menurutnya juga, Inggris dan Amerika Serikat telah terlebih dahulu menguasai wilayah yang bersangkutan sebagai salah satu sphere of influence atau wilayah yang berpengaruh. Mereka menyadarinya semenjak menjajah wilayah-wilayah dia Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Brunei Darussalam yang dulu dijajah Inggris dan Filipina yang dulu dijajah Amerika.
Hendrajit juga berkata jika Tiongkok sangat menyadari bahwa wilayah Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang berpengaruh bagi Amerika dan Inggris.
Hendrajit yang juga merupakan Direktur Eksekutif dari Global Future Institute menganggap jika Tiongkok merasa harus mengimbangi kekuatan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya di sekitar wilayah Kalimantan. Karena bagian utara dan barat Kalimantan dikelilingi langsung oleh Laut Cina Selatan.
Baca Juga: Berbeda Dengan RUU KUHP, Presiden Jokowi Bersikeras Tolak Tuntutan Cabut UU KPK!
“Apalagi AS ingin mengembangkan Indo-Pasifik bersama Australia, Jepang, dan India untuk membendung skema OBOR yang diusung pemerintah Cina,” ujar Hendrajit Selasa (3/9) lalu di Jakarta.
Menjadi sasaran tembak dua kubu
Hendrajit menunjukkan kekhawatirannya jika ibu kota benar-benar pindah, karena posisinya bisa menjadi sasaran tembak yang paling empuk dari kubu Amerika dan kubu Tiongkok. Ia juga menambahkan jika posisi Kalimantan sangatlah strategis.
Jika dikelilingi oleh sekutu negara RI, maka kita akan menjadi pusat keseimbangan atau episentrum. Namun akan jadi sangat merugikan jika yang terjadi malah sebaliknya. Jika ada musuh di sana, maka negara kita yang malah akan terkepung.
Baca Juga: Ribuan Mahasiswa Turun ke Jalan Ramaikan #GejayanMemanggil, Suasananya Bikin Merinding!
Hendrajit mengakui jika Pulau Kalimantan sangatlah strategis jika dilihat dari posisinya. Selain merupakan pulau yang terbesar di Indonesia, Kalimantan juga dekat dengan Sulawesi, Jawa dan Selat Malaka serta Filipina. Tapi di saat yang bersamaan pula, posisi ini bisa menjadi titik yang rawan karena posisinya yang berdekatan dengan banyak pulau lain.
Selain itu, titik rawan ini juga disebakan oleh pertarungan global antara Amerika dan Tiongkok di Laut Cina Selatan. Apalagi semenjak adanya Maritime Security Plan for Asia-Pacific yang diresmikan oleh Presiden Obama, sekarang setidaknya ada 60 persen kapal perang Amerika yang berada di Laut Cina Selatan.
“China sadar itu. Akan tetapi, dia enggak berani frontal secara militer. Hal ini yang harus jeli dilihat Presiden Jokowi bahwa situasi di Barat dan Utara Pulau Kalimantan itu sedang tidak normal, bahkan menjadi perebutan antarangkatan laut AS dan Cina,” ujar Hendrajit.
Perpindahan ibu kota baru ke Pulau Kalimantan memang masih sangat kontroversial. Seperti yang disebutkan oleh Hendrajit selaku pakar geopolitik, perpindahan ini bisa jadi merugikan atau pun juga menguntungkan. Apapun itu, ada baiknya kita tetap bersikap positif atas rencana ini.