Delapan Tahun Berlangsung, Perang Sipil Suriah Renggut 370.000 Korban Jiwa. Miris!
26 Maret 2019 by LukyaniPerang Suriah dimulai pada 15 Maret 2011
Genap delapan tahun lalu, perang sipil di Suriah dimulai. Selama peperangan ini berlangsung, dilaporkan ratusan ribu orang telah menjadi korban tewas. Belum lagi korban yang mengalami luka-luka, menambah panjang daftar korban perang di Suriah.
Ratusan ribu nyawa melayang dalam perang Suriah
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan bahwa selama delapan tahun Suriah berperang, korban tewas sudah mencapai 370.000 orang. SOHR menyebutkan 120.000 korban adalah warga sipil. Termasuk di dalamya 21.000 anak-anak dan 13.000 perempuan.
Organisasi pemantau Suriah yang berbasis di Inggris tersebut terakhir kali mencatat jumlah korban perang Suriah pada September 2018 lalu. Saat itu SOHR melaporkan korban sudah lebih dari 360.000 orang.
Dari banyaknya korban tersebut, 125.000 orang adalah tentara pemerintah Suriah dan pasukan pro-rezim. Sementara itu, korban dari kelompok pemberontak Kurdi mencapai 67.000 orang.
Untuk korban tewas dari kelompok militan seperti ISIS dan Hayat Tahrirs al-Sham (HTS) mencapai 66.000 orang yang didominasi oleh mantan anggota Al-Qaeda.
Tidak hanya merilis jumlah korban, SOHR pun menyebutkan perang yang tak kunjung usai ini sudah menyebabkan 13 juta warga Suriah mengungsi di kamp pengungsian maupun pengasingan. Belum lagi kerugian materiil yang mencapai miliar dolar AS.
Awal mula meletusnya perang Suriah
Perang di Suriah meletus setelah gelombang protes anti-pemerintah di Kota Daara pada tanggal 15 Maret 2011. Aksi demonstrasi tersebut menyebar hingga ke seluruh penjuru Suriah dan dengan segera berubah menjadi konflik bersenjata setelah pemerintah mengerahkan pasukan militer.
Perang antara kubu pemerintah dengan kelompok pemberontak pun pecah. Perang semakin menjadi setelah kekuatan asing berupa kelompok-kelompok militan datang memperkeruh suasana.
Ada juga kekuatan dari negara luar yang menjadi sekutu Presiden Bashar al-Assad, yakni Rusia dan Iran. Sementara itu, Amerika Serikat tidak lupa menaruh tangan dalam konflik. AS berada di pihak kelompok Kurdi Suriah yang berupaya menumpas ISIS yang mulai menguasai Suriah sejak tahun 2014.
Saat ini kelompok pemberontak kian terdesak karena pasukan pro-pemerintah sudah berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah. Sementara itu, ISIS masih menghadapi serangan terakhir dari pasukan SDF di Baghouz, benteng pertahanan terakhir ISIS.
Suriah mulai direbut kembali
Pasukan yang pro-pemerintah Assad sudah berhasil merebut kembali dan mengontrol hampir dua per tiga wilayah Suriah. Meski demikian, sebagian wilayah utama masih berada di luar kendali pemerintah. Misal, wilayah timur laut yang merupakan sumber kekayaan minyak Suriah saat ini masih dipegang oleh pasukan pemberontak Kurdi.
Sementara itu, wilayah Idlib di barat laut masih diduduki oleh kelompok militan HTS yang dilindung oleh kesepakatan gencatan senjata antara Turki dengan Rusia. Perekonomian Suriah pun dikabarkan mengalami kemunduran seperti tiga dekade lalu akibat dari konflik yang berkepanjangan ini. Sumber listrik, produksi minyak, dan berbagai infrastruktur pun lumpuh.
370.000 adalah angka yang sangat memilukan dan tidak perlu lagi bertambah. Dunia mengharapkan perang Suriah segera usai. Jutaan warganya yang kini hidup di pengungsian berhak mendapatkan kembali kehidupan mereka yang layak dan penuh pengharapan.