Anggota DPR dan Keluarga Tes Corona Duluan, Rakyat Jelata Silakan Nongkrong di Luar

Ilustrasi tes corona
Ilustrasi | public.urbanasia.com

Mungkin mereka sedang menjalankankan tugasnya; mewakili rakyat untuk tes Corona

Di tengah-tengah kepanikan masyarakat akan ancaman COVID-19 yang semakin menggila di sejumlah wilayah Indonesia, muncul kabar rencana anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) beserta keluarganya yang akan menjalani tes pemeriksaan virus tersebut.

Dilansir dari CNN Indonesia (23/3), hal itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar. Ada 575 anggota dewan yang direncanakan menjalani tes pekan ini. Itu baru jumlah anggota dewannya lho. Masih dari keterangan Indra, jumlah tersebut dikalikan dengan rata-rata 4 tambahan anggota keluarga mereka termasuk pembantu dan sopir (barangkali). Artinya, kemungkinan ada lebih dari 2000 anggota DPR beserta keluarganya yang bakal menjalani tes.

Mau pakai alasan bahwa mereka merupakan pejabat negara yang memenuhi fungsi legislatif dan merupakan bagian syarat dari berjalannya sebuah negara kok tetap tidak masuk. Lagipula, apa benar fungsi legislatif harus didahulukan di saat kondisi darurat?

Oke, tenang dulu..

Ilustrasi tes corona
Indra Iskandar | www.harianbuana.com

Dalam sebuah negara yang konon menganut sistem demokratis, fungsi parlemen konon sangat vital. Mereka adalah wakil rakyat, dan karena itulah mereka memegang mandat atas suara rakyat yang notabene suara 'Tuhan'. Jadi, barangkali alasan tes pemeriksaan COVID-19 itu didasarkan pada logika antisipasi dan penanganan dini untuk para pejabat tersebut supaya tetap terjamin kesehatannya sehingga mampu melaksanakan perannya di sistem pemerintahan.

Mari berpikir positif. Simpelnya, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atas seluruh rakyat yang diwakilinya, masalah kesehatan harus diutamakan, supaya nanti saat menjalankan tugasnya tidak akan ada kepentingan rakyat yang terbengkalai.. Wow.

Yuk, berpikir positif lagi. Siapa tahu mereka memang sedang menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat. Untuk urusan tes pemeriksaan virus bagi rakyat Indonesia, biar mereka yang mewakilinya. Masuk? Tentu saja gila.

Baca Juga: Semua Anggota DPR dan Keluarga Segera Dites Corona, Netizen: Rakyat Kapan Bro?

Menuai Berbagai Kecaman

Ilustrasi tes corona
DPR | breakingnews.co.id

Sudah jelas kabar rencana tes pemeriksaan itu mengundang banyak kecaman di jagat maya.

“Semua rakyat juga ingin begitu.

Tapi saya & banyak orang lain lebih ingin agar

RAPID TEST INI UNTUK PARA PETUGAS MEDIS DAN KELUARGANYA.”

Kami rakyat ikhlas utk mereka karena mereka mengikhlaskan dirinya untuk bangsa.

Masya Allah, saya tidak ikhlas atas keegoisan DPR. @AlissaWahid

“Yg di test corona, yg positive korupsi. Eh” @grida_rio

"Anggota DPR habis tes corona tes Cpns" @MMilanAB

“Pemerintah Indonesia harus memastikan prioritasnya. Keselamatan bagi para dokter dan petugas kesehatan lainnya harus diprioritaskan untuk memerangi pandemi ini, bukan para penjahat yang duduk di parlemen.” @VeronicaKoman

"yang paling berhak dapat rapid test kit corona, berdasarkan urutan prioritas:

1) Tenaga medis

2) Keluarga tenaga medis

3) Kurir/tenaga logistik/transportasi

4) Pelayan di cafe, kedai, warteg, dst.

5) Mereka yg bekerja di tempat umum lainnya. . . .

4925341950) Anggota DPR." @Greschinov

Baca Juga: Pulang Liburan dari Swiss, KD Heran Bandara Sepi karena Corona. Netizen: Pulang Aja ke Timor Leste!

Kecaman warganet
Kecaman warganet | twitter.com

Bukti Standar Etika dan Moral Anggota Dewan yang Rendah

Kecaman demi kecaman terus dilontarkan dari berbagai pihak. Misalnya dari Didik J. Rachbini, pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef). yang mengkritik rencana tersebut karena para anggota dewan telah mempertontonkan standar etika dan moral yang sangat rendah. Sangatlah tidak pantas di tengah situasi rakyat yang semakin panik dan serba kesusahan menghadapi penyebaran virus Corona yang kian meluas.

Anggota DPR dinilai telah melanggar etika politik dan rencana tersebut seharusnya dibatalkan. Tidaklah patut mereka menunjukkan privilege atau fasilitas istimewa karena semakin melukai hati rakyat. Pastinya, ketidakpercayaan publik pada lembaga negara seperti DPR bakal meningkat.

Kritikan serupa disampaikan peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus. Menurutnya, tes kesehatan yang didahulukan itu harusnya dibayar dengan kerja positif seluruh anggota DPR. Jangan sampai karena punya akses kekuasaan untuk dilayani lebih cepat, namun sesudahnya tak punya kontribusi untuk menangani persoalan.

Baca Juga: Gaya Santuy Pemerintah Tangani Wabah Corona, Tolong Ya Covid-19 Bukan Masalah Remeh!

Adakah Pembelaan dari DPR Terkait Rencana Tes Virus Ini?

Ilustrasi tes corona
Anggota DPR | www.ajnn.net

Awalnya yang akan diperiksa hanya anggota DPR yang berusia di atas 50 tahun ke atas. Namun, atas permintaan anggota DPR, tes akan diselenggarakan untuk semuanya (CNN Indonesia, 23/2). Catat ya; atas permintaan anggota DPR!

Klaim dari Sekretaris Jenderal DPR RI adalah tidak adanya anggaran negara yang dipakai untuk tes para wakil rakyat. Semua dana yang digunakan merupakan hasil sumbangan anggota DPR RI.

Poinnya bukan masalah dari mana anggaran untuk tes kesehatan itu didapatkan. Kenapa kok inisiatif sumbangan ramai-ramai itu digunakan untuk keperluan mereka sendiri? Bukannya dialokasikan untuk mereka yang lebih membutuhkan? Toh, kalau melakukan tes, yang digunakan adalah tenaga-tenaga medis yang sedang dibutuhkan menangani para pasien. Bukannya lebih baik iuran itu disumbangkan ke yang lebih membutuhkan?

Baca Juga: Absurdnya Warga +62 Hadapi Corona, Konspirasi dan Agama pun Jadi Senjata!

Ilustrasi tes corona
Tim Medis Corona | www.cendananews.com

Mestinya yang diprioritaskan untuk dilakukan tes pemeriksaan virus adalah mereka yang sekarang ini sedang berada di garda terdepan, para tenaga medis yang mati-matian mempertaruhkan nyawa menghadapi ganasnya virus yang kian merajalela. Apa mata mereka tidak terbuka dengan segala pemberitaan hari-hari terakhir ini ketika banyak dokter khawatir menulari keluarganya sehingga takut pulang dan memutuskan ngekos?

Tes pemeriksaan virus anggota DPR dan keluarganya itu tidak urgent. Mereka tidak perlu dites bareng keluarga plus pembantu dan sopirnya. Seharusnya ini menjadi momen yang bagus untuk memperbaiki citra mereka dengan memberikan teladan bagi seluruh warga Indonesia dengan melakukan Work from Home, Self Distancing, dan tindakan-tindakan produktif lainnya yang semakin menanamkan kepedulian masyarakat.

Baca Juga: Indonesia Positif Corona, Masker Sampai Empon-Empon Ludes Diborong. Warga +62 Kenapa Sih?

Ilustrasi tes corona
Pembubaran warga | jakarta.tribunnews.com

Egoisnya Para Wakil, Semakin Cueknya Rakyat

Kabar terbaru dari Detik, Arsul Sani, Wakil Ketua MPR, meminta rencana tes ini tidak usah diributkan karena tidak wajib bagi semua anggota (24/3). Lho, gimana?

Ya wajar, kalau tingkah para anggota dewan itu semakin membikin muak dan menambah ketidakpedulian masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah yang bakal terkesan semakin tidak peduli karena isu Corona jangan-jangan dianggap hanya isu kaum elit.

Tuh lihat, masih banyak yang nongkrong-nongkrong. Dirazia aparat untuk pulang ke rumah pun tetap santai. Kalau kelompok elit di negara ini tidak memberikan contoh yang baik, bagaimana bisa berharap rakyatnya akan lebih baik?

Baca Juga: Takut Kecolongan Corona, Kini Menteri yang Ingin Bertemu Jokowi Wajib Dicek Kesehatannya!

Ilustrasi tes corona
Ibas Yudhoyono | www.netralnews.com

Syukurlah, tidak semua anggota DPR menyetujui rencana tersebut. Anggota DPR RI Fraksi PKB, Luqman Hakim, menyatakan menolak mengikuti tes karena sumber dananya belum jelas dari mana (Merdeka, 24/3). (Lho, katanya tadi sumbangan pribadi, ya?)

Fraksi PKS pun menolak dan meminta tes dibatalkan. Ketua Fraksi Partai Demokrat, Ibas Yudhoyono pun menyatakan menolak karena masih banyak masyarakat yang sulit mengakses layanan tes pemeriksaan virus.

Sorry to say, sudah kepalang basah, bos. Dari dulu stigma anggota DPR sudah miring di mata masyarakat. Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga, apalagi bukan susu murni. Mungkin benar kata Gus Dur, kelakuan anggota DPR itu seperti taman kanak-kanak, suka merengek dan maunya menang sendiri, bahkan di tengah bencana nasional.

Namun, perlu diingat, Gus Dur pernah menyesal kok pernah bilang seperti itu. Beliau akhirnya mengaku tidak rela menyamakan sifat sebagian anggota DPR yang busuk dan nakal dengan sifat anak-anak. “Anak TK itu kan masih suci, jadi tidak layak disamakan dengan kelakuan para anggota dewan yang busuk ” (NU Online, 4/1/2017).

Artikel Lainnya

Semakin tinggi jabatan seseorang, tanggung jawabnya pun kian besar. Bukan malah semakin menimbulkan kegaduhan dan menyulut perpecahan. Jalani hidup sebaik-baiknya dan penuh kehormatan.

Tags :