Gaya Santuy Pemerintah Tangani Wabah Corona, Tolong Ya Covid-19 Bukan Masalah Remeh!

Ilustrasi coronavirus
Ilustrasi coronavirus | edition.cnn.com

Perpaduan pemerintah yang santuy dan masyarakatnya yang apatis

Siapa sih yang tidak khawatir dengan virus corona? Maksud saya, siapa sih yang mau sakit? Terlebih untuk penyakit yang belum ada vaksinnya dan mudah ditularkan. Bukan masalah manusia pasti meninggal ya, tapi kalau disuruh pilih sehat atau sakit, ya jelas kita pilih sehat dong!

Banyak sekali manusia-manusia apatis di luar sana dalam menyikapi kasus virus corona. Pemerintah pun terkesan demikian. Terlalu santai dan meremehkan seolah corona ini masalah kaleng-kaleng.

1.

Kasus corona di Indonesia

Ilustrasi coronavirus
Ilustrasi masyarakat Indonesia menghadapi corona | www.bbc.com

Saya tidak mau menyalahkan pemerintah dalam menangani virus corona. Saya yakin pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin. Toh, negara Indonesia adalah negara besar, permasalahannya pun kompleks. Sehingga kasus corona ini menjadi permasalahan dilematis, baik untuk masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.

Kini pasien corona di Indonesia per 15 Maret sudah menyentuh angka 117 orang. Angka kematian akibat corona pun sudah mencapai 5 orang dengan persentase sebesar 4,3%. Jumlah tersebut termasuk tinggi. Sebanyak 21 kasus baru bertambah dalam satu hari saja. Bahkan, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi pun tak luput positif mengidap Covid-19.

Baca Juga: Sebelum Terinfeksi Corona, Ternyata Menhub Budi Karya Sempat Bertemu Menteri Belanda

Wilayah persebaran virus corona sendiri sudah terdapat di beberapa kota besar di Indonesia. Dilihat dari akun Twitter resmi Kementerian Kesehatan @KemenkesRI, yang dicuitkan pada hari Minggu (15/03/20), itu menjelaskan daerah persebaran virus corona.

“Untuk wilayah persebaran #COVID19 yakni Jakarta, Tangerang, Jawa Barat termasuk disekitar Jakarta, Bandung, Jawa Tengah (Solo), Yogyakarta, Bali, Manado, Pontianak & beberapa tempat lagi yang saat ini sedang dilakukan contact tracing,” cuit akun @KemenkesRI.

2.

Kalau persoalannya demikian pelik, kenapa pemerintah justru bersikap santuy?

Ilustrasi coronavirus
Jubir corona Achmad Yurianto | www.suara.com

Pemerintah tampak inkompeten dalam menghadapi corona.

Begitulah cuitan-cuitan yang marak ditujukan untuk pemerintah dari para netizen. Kita marah, geram dan kecewa saat pasien corona terus bertambah, sementara pemerintah terkesan menutup-nutupi dan sungguh santai.

Tak hanya itu saja, beberapa pernyataan pemerintah pun terdengar lucu namun tak layak juga untuk ditertawakan. Kalau dalam bahasa Jawa, pemerintah ini senang sekali “waton ngomong” atau asal berbicara tanpa memikirkan dampaknya.

Balik lagi saat awal-awal virus corona diumumkan menjangkit Indonesia. Saat itu Bapak Menkes Terawan Agus Putranto menyemprot wartawan yang menggunakan masker. Katanya masker digunakan hanya untuk yang sakit. Yang sehat tidak perlu.

“Kalau sakit pakai masker. Kalau sehat ya enggak usah, mengurangi oksigen tubuh kita,” celetuk Pak Menkes saat melihat para wartawan memakai masker.

Benar! Benar sekali. Saya setuju dengan pernyataan tersebut. Masker hanya dipakai untuk yang sakit! Tapiiii… agaknya Pak Menkes bisa menjelaskan dengan baik kepada masyarakat mengapa orang sehat tidak perlu memakai masker. Edukasikan hal tersebut dengan baik serta bagaimana pencegahan yang benar. Lha ya kalau waton bicara, masyarakat nangkepnya sudah beda. Apalagi ditambah digoreng media. Hadeeeeh.

Baca Juga: Breaking News: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi Positif Terinfeksi Corona

Tapi yasudah, tak semua orang punya keahlian komunikasi yang baik. Bukan berarti pernyataan Pak Menkes salah, hanya saja kurang dijelaskan dengan detail. Sampai pada akhirnya Pak Jokowi menunjuk jubir khusus kasus corona, Achmad Yurianto biar pemerintah tak semakin blunder dan dihujat masyarakat.

Kupikir penyampaian informasi tentang corona ini bakal lebih baik, ternyata tidak juga. Pak Yuri sapaan akrab jubir kasus corona ini pembawaannya tenang, tidak ndagel seperti Pak Menkes. Penyampaian informasinya pun rapi dan jelas.

Tapi tunggu dulu. Saya agak kecewa mendengar pernyataan Pak Yuri yang baru-baru ini bikin masyarakat geram. Jadi saat Pak Yuri ditanya wartawan apakah Indonesia akan melakukan langkah yang sama seperti Filipina dan Italia dengan melakukan lockdown untuk mengantisipasi penularan virus corona, Pak Yuri ini menanggapi dengan jawaban yang sungguh tak diduga.

“Yailah…. Cuma segitu aja kok lockdown!” kata Pak Yuri.

APAAA? CUMA SEGITU? Tolong ya bapak kalaupun tidak setuju, kalimatnya bisa diperhalus lagi. Lihatlah, sekarang pasien corona sudah mencapai 117 orang. 5 orang sudah meninggal dunia akibat virus ini. Tingkat kematian akibat covid-19 di Indonesia adalah yang terburuk keempat di seluruh dunia. Angka yang tidak sedikit! Sudah cukup emosi belum? Coba deh simak pernyataan Pak Yuri berikut ini terkait pasien corona yang kabur dari rumah sakit.

“Tanya RSUP kaburnya kapan. Berapa hari dia kabur. Kabur cuma sehari aja kok dibilang kabur," pungkas Pak Yuri dilansir dari Cnnindonesia.com.

Iya sih cuma sehari. Tapi kan pasien ini positif corona, bagaimana kalau dia berkeliaran selama dia kabur? Berapa manusia yang ia tulari? Jikapun pasien ini bisa sembuh, siapa yang menjamin ia tak menularkan virusnya pada orang lain yang lebih lemah imunnya?

3.

Lockdown di berbagai negara

Ilustrasi coronavirus
Suasana Italia saat diberlakukan lockdown | mediaindonesia.com

Warganet Twitter sejak hari Jumat (13/03/20) lalu, sudah mendesak pemerintah untuk melakukan lockdown layaknya negara-negara lain. Hal ini dikarenakan lockdown dinilai efektif untuk mengantisipasi persebaran virus corona.

Seefektif apa sih lockdown ini? Lockdown bisa diartikan mengunci atau mengisolasi suatu wilayah dari pendatang. Dalam kasus corona, lockdown terbukti efektif menekan penularan corona, salah satunya di negara Italia.

Baca Juga: Solo KLB Corona, Wali Kota Liburkan Sekolah dan Larang Warga Cipika-Cipiki!

Dilansir dari Tribunnews.com, Jumat (13/03/20), Menteri Luar Negeri Italia, Luigi Di Maio mengatakan meski jumlah kematian meningkat, pihaknya mengklaim langkah-langkah yang diberlakukan di area pertama wabah virus corona di Italia terbukti efektif.

10 kota di Italia yang ditetapkan sebagai zona merah di lockdown. Hal ini terbukti efektif. Di Maio mengatakan jika tidak ada lagi laporan adanya infeksi baru warga yang terkena corona. Beberapa negara lain pun sudah mulai memberlakukan lockdown, seperti Filipina, Denmark, Irlandia dan Kuwait.

4.

Apa salahnya meniru langkah negara lain?

Ilustrasi coronavirus
Ilustrasi antisipasi corona | indonesiaexpat.biz

Sejauh ini, pemerintah kita sudah ngapain aja sih? Banyak sekali. Tapi banyak juga langkah yang ngawur. Bahkan di saat bangsa lain sudah memberlakukan lockdown dan pembatasan kedatangan turis, pemerintah Indonesia justru mensubsidi tiket pesawat agar para turis berdatangan ke Indonesia. Ini konyol nggak sih?

Saking santainya, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus sampai menyurati Presiden Jokowi. Dalam suratnya itu, Tedros meminta pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah dan antisipasi yang tepat mengingat Indonesia memiliki wilayah luas dan masyarakat yang terpencar.

Mari kita bandingkan dengan sikap pemerintah Korea Selatan dalam menekan penularan virus corona. Yah kalau memang lockdown dinilai tidak perlu, coba deh ikuti langkah pemerintah Korea Selatan yang tak kalah efektif ini.

Baca Juga: Sentil Indonesia Soal Penanganan Corona, WHO Minta Semua Orang Yang Flu Dites!

Sempat kecolongan adanya kasus super spreader di Kota Daegu yang menyebabkan kasus corona melonjak drastis, pemerintah Korsel langsung bergerak cepat untuk mengantisipasi penularan corona secara masif.

Dilansir dari Bbc.com, Jumat (13/03/20), hampir 20.000 orang menjalani tes virus corona setiap hari di Korea Selatan, lebih banyak per kapita dibanding negara manapun di dunia. Pemrosesan hasil tes pun tidak menunggu waktu lama.

Sampel dari hasil pemeriksaan seorang warga, misalnya, langsung dikirimkan ke laboratorium dekat tempat pengambilan sampel. Di sana, para staf laboratorium bekerja bergiliran selama 24 jam sehari guna memprosesnya. Kebijakan tersebut dinilai efektif. Buktinya angkat kematian kasus corona di Korea Selatan termasuk rendah yaitu di angka 0,7%.

5.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Ilustrasi coronavirus
Ilustrasi pencegahan corona | edition.cnn.com

Saya melihat tiga tipe masyarakat dalam menanggapi kasus virus corona. Tipe pertama yaitu tipe panik. Mereka akan menimbun sembako karena takut bahan pangan langka, menimbun masker dan hal-hal yang sebenarnya tidak penting lainnya.

Tipe kedua yaitu tipe masyarakat apatis. Saya rasa tipe ini yang paling berbahaya. Tidak jarang orang-orang terdekat saya yang masuk dalam tipe ini mengeluarkan kalimat-kalimat sakti yang justru terdengar bodoh. Contohnya “Kayak nggak punya Tuhan saja khawatir?” “Semua orang juga mati!”, “Biasa aja lah, nggak usah lebay nyuruh-nyuruh lockdown?” Wow.. ingin mendebat orang-orang seperti ini rasanya cuma menghabiskan tenaga. Layaknya sedang menasihati orang yang sedang jatuh cinta, menasihati masyarakat tipe apatis ini adalah hal sia-sia.

Masyarakat tipe apatis ini cenderung mengeluarkan dalil-dalil agama dan membandingkan tingkat keimanan manusia. Kamu takut corona berarti kamu tidak punya iman. As simple as that! Saya yakin, Tuhan pun pasti tertawa mendengar pernyataan tersebut.

Baca Juga: Positif Corona, Pasien di RSUD Moewardi Solo Meninggal. Jenazah Dibungkus Plastik

Presiden Jokowi pada hari Minggu (15/03/20), mengeluarkan himbauan agar masyarakat tidak beraktifitas di luar rumah atau Social Distancing. Bagi orang apatis, keputusan Jokowi pasti dianggap lebay. Padahal social distancing ini efektif sekali menekan penularan corona.

Bayangkan saja, satu orang apatis yang tak sadar terinfeksi corona dan tetap berkeliaran seolah-olah tidak sakit, tentu bisa berbahaya untuk orang lain. Dampaknya, pasien corona membludak dan rumah sakit tidak bisa menangani semua pasien. Pasien yang memiliki imun rendah yang tidak sempat ditangani medis bisa berakhir fatal. Semenakutkan itu lho akibat dari sikap apatis.

Hal ini sudah terjadi di Korea Selatan, jangan sampai ini terjadi di Indonesia dengan populasi manusia yang sebanyak ini. Tolonglah, apapun keputusan pemerintah kalau masyarakatnya bebal dan egois ya sama saja!!

Sudahi panik dan apatismu. Jadi lah masyarakat yang tetap tenang, namun waspada. Yuk, kita sadar untuk kebaikan diri kita dan orang lain. Kesampingkan egomu. Kurangi aktifitas di luar rumah apabila tidak terlalu penting. Tidak berada di keramaian. Jaga kebersihan. Cuci tangan lebih sering. Dan jaga kesehatan.

Artikel Lainnya

Kalau pun tidak bisa mengandalkan pemerintah, mari kita mulai dari kesadaran masing-masing. Jika kita bersatu melawan virus corona, mengesampingkan ego dan melakukan pencegahan yang benar, kita pasti bisa menang melawan virus ini. Tingkat kesembuhan corona termasuk tinggi, namun jika diremehkan, virus ini bisa sangat berbahaya. Jangan panik, tetap waspada dan jangan lupa berdoa ya guys!

Tags :