Saat Rp168 M Digelontorkan untuk Video New Normal, 3 PKL Ini Terpaksa Kehilangan Penghidupan

Penutupan MCD Sarinah
PKL terdampak Corona | www.law-justice.co

Sayembara berbiaya tinggi dilangsungkan, padahal PKL kian menderita.

Beberapa bulan terakhir bisa dibilang menjadi masa sulit bagi banyak orang. Sejak virus COVID-19 masuk ke Indonesia, pola hidup masyarakat Indonesia tak lagi sama. Akibat dihimbau untuk di rumah saja demi memutus rantai penularan COVID-19, sebagian besar masyarakat di Indonesia harus mengalami kerugian atau bahkan kehilangan mata pencaharian.

Kelompok-kelompok yang paling terdampak kondisi ini adalah mereka yang selama ini mengandalkan biaya hidup dari pendapatan harian. Salah satu contohnya adalah para pedagang kaki lima. Sebagian besar pedagang kaki lima, biasanya hanya mengandalkan pendapatan mereka hari itu untuk hidup di hari yang sama.

Ketika kondisi seperti ini terjadi, mereka langsung kehilangan konsumen. Itu artinya tak akan ada pemasukkan untuk mendapatkan sesuap nasi. Tapi di tengah-tengah penderitaan para PKL yang harus terpaksa kehilangan pendapatan, ironi baru muncul. Pemerintah justru menganggarkan dana sebesar Rp168 M demi menyelenggarakan sayembara video new normal. Di sisi lain, program yang dijanjikan dapat membantu para PKL dan mereka yang terdampak penghidupannya akibat pandemi, yakni program Kartu Prakerja, justru dihentikan sementara. Pasalnya program ini dinilai sarat konflik kepentingan.

Kebijakan-kebijakan ini membuat kita semua bingung. Bagaimana proses pemerintah dalam menetapkan prioritas? Sedangkan dari hari ke hari, jumlah masyarakat yang kehilangan penghidupan terus meningkat. Seperti ketiga PKL berikut ini yang terpaksa harus berhenti berjualan.

1.

Kisah tentang Bu Sakinah, penjual nasi yang tak bisa lagi berjualan karena virus Corona

Penutupan MCD Sarinah
PKL terdampak Corona | keepo.me

Bu Sakinah mengisahkan ia biasa menjual nasi di pasar. Namun virus Corona mengubah pola hidupnya. Ia tak lagi bisa berjualan nasi di pasar, itu artinya ia tak lagi punya pemasukan.

“Sekarang nggak bisa jual. Corona gini. Dapat uang dari mana,” ujarnya.

Untuk menggantikan kegiatannya tersebut, kini Bu Sakinah hanya berjualan takjil buka puasa seadanya di depan rumahnya.

Demi makan sehari-hari, Bu Sakinah mengaku hanya menyajikan menu-menu sangat sederhana untuk keluarganya. Namun baginya itu sudah cukup.

“Buat makan sehari tahu tempe wes mari (sudah cukup-red),” terangnya.

2.

Kisah Bapak Hasyim, penarik becak yang mengaku tak lagi mendapat penumpang

Penutupan MCD Sarinah
PKL terdampak Corona | keepo.me

Penarik becak seperti Bapak Hasyim biasanya akan ketiban rezeki setiap mangkal di tempat-tempat ramai seperti di pasar. Di tempat-tempat inilah biasanya banyak orang yang membutuhkan sarana transportasi seperti becak, karena jarak tempuh yang tak terlalu jauh. Ia biasa menarik becak pada pagi dan sore hari.

Namun sejak virus Covid-19 masuk ke Indonesia, Bapak Hasyim harus kehilangan mata pencahariannya. Hampir tak ada penumpang yang membutuhkan jasanya.

“Becak sekarang sepi. Penumpangnya juga ngga ada sekarang. Tambah pasar tutup ya tambah ngga ada penumpang,” jelasnya.

Selain menarik becak, di malam hari Pak Hasyim mencari barang rongsok untuk kemudian dijual kembali. Beban hidupnya semakin berat karena sang istri mengidap stroke dan anak perempuannya sudah bercerai dengan suaminya.

3.

Kisah Bu Sumiati, penjual gorengan. Pendapatan jauh berkurang sejak masa karantina mandiri

Penutupan MCD Sarinah
PKL terdampak Corona | keepo.me

Kisah yang sama juga dialami oleh Bu Sumiati yang sehari-hari menjual gorengan. Menurutnya, sebelum ada virus ini, pendapatannya bisa dibilang lumayan besar. Namun kondisi tiba-tiba berubah ketika virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Pendapatannya jadi jauh berkurang.

“Sebelum ada Corona ya (pendapatan) lumayan. Sekarang aduh, ngga tau,” keluhnya.

Tak jarang dagangan Bu Sumiati pun tak bisa terjual semua dan tersisa cukup banyak. Namun meski pendapatan berkurang, Bu Sumiati tetap ingin berbagi. Setiap kali dagangannya tak habis, ia akan membagikannya ke masjid.

“Kalau ngga abis, saya kasih ke masjib buat orang-orang yang sedang taddarusan,” ujarnya.

Selain itu, keluarga Bu Sumiati kini mengandalkan pemasukan dari berjualan gorengan. Sebab suami Bu Sumiati harus mendadak menjadi pengangguran. Biasanya suami Bu Sumiati menjadi buruh serabutan di pasar. Namun sejak PSBB, pasar tutup.

4.

Di masa sulit ini, berbagi sekecil apapun akan terasa sangat berarti

Penutupan MCD Sarinah
PKL terdampak Corona | keepo.me

Mungkin bagi sebagian orang, masa pandemi ini tak begitu berpengaruh pada pendapatannya. Sebab masih ada pendapatan bulanan yang bisa diandalkan. Apalagi jika perusahaan tempatnya bekerja masih bisa bertahan, meski perekonomian negara sedang memburuk.

Namun tak sedikit pula mereka yang terpukul atas kondisi ini. Apalagi selama ini bertahan dengan mengandalkan pendapatan harian. Di saat-saat seperti ini, bantuan sekecil apapun tentu sangat berarti bagi mereka. Para pedagang kecil, meski memiliki dagangan untuk dijual, tapi pendapatan mereka tentu tak banyak sebelumnya. Itulah mengapa, mereka tetap layak mendapat bantuan dari kita yang lebih mampu.

Menurut data yang dikutip dari Detik, jumlah kemiskinan di Indonesia bisa semakin melonjak tajam karena pandemi Corona. Seperti dilansir dari Detik, prediksi itu diutarakan oleh lembaga think-tank independen Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.

CORE Indonesia mempridiksi bahwa jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan bisa bertambah pada Triwulan II 2020. Potensi pertambahannya pun cukup signifikan, yakni 5,1 juta hingga 12,3 juta orang. Skenario berat ini bisa terjadi jika penyebaran virus Corona semakin luas dan kebijakan PSBB diselenggarakan menyeluruh di seluruh kota di Indonesia.

Menurut CORE, potensi lonjakan jumlah masyarakat di bawah garis kemiskinan di Indonesia bisa terjadi karena banyak masyarakat Indonesia yang memiliki tingkat kesejahteraan mendekati batas kemiskinan, walaupun tidak berada di bawah garis kemiskinan.

Masyarakat yang rentan masuk ke dalam golongan masyarakat di bawah garis kemiskinan ini mayoritas bekerja di sektor informal dan bahkan pendapatan yang diandalkan hanya bersifat harian. Selain itu, mereka juga banyak mengandalkan bantuan dari pemerintah.

Artikel Lainnya

Terlepas dari kebijakan yang tak berpihak dari pemerintah, ada banyak cara untuk membantu para pedagang kecil ini. Jika kamu merasa tak punya dana untuk memberikan bantuan berupa uang tunai, kamu bisa memberi bantuan dengan cara lain. Yakni tetap membeli dagangan para pedagang kecil ini, meski sebenarnya tak terlalu butuh.

Hal kecil lain yang bisa kamu lakukan untuk membantu mereka adalah dengan mengurangi membeli makan di restoran besar dan diganti dengan membeli makan di warung kecil, membeli sayuran ke tukang sayur keliling atau pasar daripada di supermarket, dan juga membeli kebutuhan sehari-hari di toko kelontong.

Atau tindakan kecil paling mudah untuk membantu mereka adalah tetap tinggal di rumah. Jangan keluar jika tak ada sesuatu yang urgent, apalagi cuma mau datang ke acara penutupan resto cepat saji yang masih punya banyak cabang di tempat lain.

Semoga langkah kecil ini, bisa membantu mereka menyambung hidup setiap harinya. Kamu tak perlu menjadi orang besar untuk bisa membantu, kamu hanya perlu jadi orang yang lebih peka dan peduli.

Tags :