Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono Paling Dikenang Sepanjang Zaman

puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi Sapardi Djoko Damono | zinfou.blogspot.com

Puisi dan Sapardi

Kepergian Sapardi Djoko Damono pada Minggu (19/7/2020) meninggalkan duka mendalam bagi dunia sastra Indonesia. Sapardi merupakan satu dari segelintir penyair yang namanya dikenal luas bahkan oleh orang-orang yang tak menggeluti sastra.

Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang liris memang punya daya magis untuk menyihir para pembacanya. Begitu pula dengan deretan puisi-puisi romantisnya yang kerap dijadikan status medsos oleh generasi millenial.

Sapardi telah menelurkan puluhan buku puisi, cerpen, dan novel. Buku-bukunya yang dikenal pencinta sastra sebut saja kumpulan puisi Duka-Mu Abadi (1969), Hujan Bulan Juni (1994), Melipat Jarak (2015), sampai novel Hujan Bulan Juni (2015) yang difilmkan pada tahun 2017.

Kumpulan Puisi Fenomenal Sapardi Djoko Damono

Sapardi produktif berkarya di usia tuanya sebelumnya akhirnya meninggal di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan. Bagi beberapa pembaca millenial mungkin hanya mengenal segelintir puisinya yang terkenal seperti Aku Ingin atau Hujan Bulan Juni. Padahal Sapardi Djoko Damono memiliki banyak puisi bagus yang tak boleh dilewatkan begitu saja.

Supaya nggak penasaran, berikut 7 puisi karya Fenomenal Sapardi Djoko Damono yang patut kamu ketahui.

1.

Hujan Bulan Juni

puisi Sapardi Djoko Damono
Hujan Bulan Juni | kaltim.tribunnews.com

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu.

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu.

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu.

Hujan Bulan Juni merupakan salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling fenomenal dan paling dikenal. Puisi ini memiliki banyak tafsir sesuai kapasitas pengalaman penikmatnya, salah satunya tentang kesabaran dan ketabahan seseorang.

Puisi ini tercantum dalam kumpulan puisi Sapardi berjudul Hujan Bulan Juni yang terbit pada tahun 1994 dan telah diterjemahkan ke dalam empat bahasa, yakni Inggris, Jepang, Arab, dan Mandarin. Saking populernya puisi ini di dalam negeri, Sapardi mengadaptasinya menjadi novel yang terbit tahun 2015. Novel itu kemudian difilmkan pada tahun 2017 dengan judul yang sama dan dibintangi oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia.

2.

Aku Ingin

puisi Sapardi Djoko Damono
Aku Ingin | soundcloud.com

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Puisi cinta Sapardi Djoko Damono yang satu ini tentu nggak asing bagi pencinta sastra. Puisi Aku Ingin juga tercantum dalam buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni yang terbit pada tahun 1994. Setelah 26 tahun terbitnya buku itu, puisi Aku Ingin masih populer hingga sekarang dan kerap dikutip oleh pasangan yang sedang dimabuk cinta.

Puisi cini begitu romantis dan menyiratkan makna tentang pengorbanan. Jika ada orang yang ingin menulis puisi cinta secara romantis, elegan dan nggak lebay, puisi cinta Sapardi Djoko Damono ini bisa dijadikan rujukan.

Baca juga: 15 Puisi Cinta Romantis dari Sastrawan, Bikin Luluh Hati Gebetan.

3.

Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta

puisi Sapardi Djoko Damono
Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta | www.horisononline.or.id

Mencintai angin harus menjadi siut

Mencintai air harus menjadi ricik

Mencintai gunung harus menjadi terjal

Mencintai api harus menjadi jilat

Mencintai cakrawala harus menebas jarak

Mencintaimu harus menjadi aku

Sapardi memang tak pernah kehilangan magis untuk menggoreskan puisi-puisi cinta. Selain Aku Ingin, puisi Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta juga bisa bikin hati pembacanya klepek-klepek. Puisi ini termuat dalam buku karya Sapardi berjudul Melipat Jarak. Buku itu terbit pada 2015 dan merangkup sejumlah karya Sapardi selama sepuluh tahun terakhir, dari 1995—2005.

Jika sudah membaca buku kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono Hujan Bulan Juni, tentu kamu nggak boleh melewatkan buku Melipat Jarak. Tertarik membacanya?

Baca juga: Gelaran Munajat 212 Kembali Menuai Kontroversi, Netizen : Puisi Neno Warisman Mengancam Tuhan.

4.

Pada Suatu Hari Nanti

puisi Sapardi Djoko Damono
Pada Suatu Hari Nanti | www.cikimm.com

Pada Suatu Hari Nanti

jasadku tak akan ada lagi

tapi dalam bait-bait sajak ini

kau tak akan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti

suaraku tak terdengar lagi

tapi di antara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti

impianku pun tak dikenal lagi

namun di sela-sela huruf sajak ini

kau tak akan letih-letihnya kucari

Puisi Sapardi Djoko Damono yang satu ini banyak dikutip orang-orang di jagat medsos setelah tersiar kabar dirinya meninggal. Puisi ini memang bertalian erat dengan makna kematian atau eksistensi seseorang yang jiwanya tetap ada dalam aksara meski raganya telah mati.

Puisi ini seolah meramalkan nasib penyair atau seniman yang jiwanya tetap bersemayam dalam karya. Puisi Pada Suatu Hari Nanti tercantum dalam buku Hujan Bulan Juni yang fenomenal. Dengan banyaknya puisi keren di buku itu, tak heran jika kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono itu terus dicetak ulang sampai sekarang.

Baca juga: Seorang Fotografer Mengubah Rambu-Rambu Jalan Hong Kong Menjadi Puisi.

5.

Yang Fana Adalah Waktu

puisi Sapardi Djoko Damono
Yang Fana Adalah Waktu | www.tweet247.net

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:

memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.

“Tapi,

yang fana adalah waktu, bukan?”

tanyamu. Kita abadi.

Selain romantis, puisi karya Sapardi Djoko Damono memiliki kedalaman makna yang memiliki tafsir beragam bagi pembacanya. Ini menjadi salah satu kekuatan puisi-puisinya yang masih sulit ditandingi oleh generasi yang lebih muda.

Salah satunya puisi berjudul Yang Fana Adalah Waktu begitu terkenal di kalangan pencinta sastra sehingga kerap dikutip. Puisi Sapardi Djoko Damono ini tercantum dalam buku Perahu Kertas (1983).

Baca Juga: 10 Aplikasi Quotes Terbaik, Biar Kamu Gak Kehabisan Stock Kata-kata Bijak 

6.

Hanya

puisi Sapardi Djoko Damono
Hanya | studylibid.com

Hanya suara burung yang kau dengar

dan tak pernah kaulihat burung itu

tapi tahu burung itu ada di sana

Hanya desir angin yang kaurasa

dan tak pernah kaulihat angin itu

tapi percaya angin itu di sekitarmu

Hanya doaku yang bergetar malam ini

dan tak pernah kaulihat siapa aku

tapi yakin aku ada dalam dirimu

Selain kerap menggunakan metafora yang dalam, puisi Sapardi Djoko Damono juga bisa dijumpai dengan kata-kata yang akrab ditelinga pembaca. Meramu kata-kata sederhana menjadi puisi yang bermakna juga menjadi nilai plus karya Sapardi yang bisa dipelajari penyair muda.

Salah satunya puisi berjudul Hanya yang citraan puisinya akrab dalam keseharian kita. Kamu bisa membaca puisi ini di dalam kumpulan Melipat Jarak.

Baca Juga: Utarakan Cinta dengan Kata-kata yang Bikin Baper Ini, Hatinya Bakal Luluh 1000% 

7.

Hatiku Selembar Daun

puisi Sapardi Djoko Damono
Hatiku Selembar Daun | bilikpenyair.com

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput; nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini; ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput; sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.

Puisi ini ada dalam buku kumpulan puisi Perahu Kertas (1983) dan memperlihatkan kemampuan Sapardi dalam berpuisi. Melalui metafora selembar daun, Sapardi mengajak pembaca berimajinasi dan mengarungi berbagai pemaknaan.

Selembar daun yang jatuh ke rumput identik dengan kematian, dan lewat puisi 3 bait ini Sapardi bisa mengemas makna kematian tanpa bermaksud menggurui pembaca.

Artikel Lainnya

Itulah 7 kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang banyak diketahui dan digemari pembaca. Sebenarnya ada banyak puisi karya Sapardi Djoko Damono lainnya yang keren dan lebih baik kamu cari sendiri puisi favoritmu dengan membaca bukunya. Meski telah meninggal, Sapardi Djoko Damono akan tetap hidup dalam benak pembaca melalui karya-karyanya yang menyihir.

Tags :