Dibunuh Teman Sekelas, Korban Dimutlasi dan Fotonya Disebar!
30 Juli 2014 by Juliarto WongosariSadis! Setelah Dibunuh dan Dimutilasi, Foto Mayat Korban Disebar di Forum Internet!
Kasus menggemparkan di Jepang terjadi pada Sabtu dan Minggu (27/7/2014) kemarin di Sasebo, Nagasaki, sebelah selatan Jepang.
Seorang pelajar wanita SMA Jepang, Aiwa Matsuo (15) dibunuh teman sekelasnya, juga wanita berusia 16 tahun.
Matsuo sendiri dikenal banyak orang dan tetangganya sebagai anak yang ceria dan mudah bergaul di sekelilingnya.
Setelah membunuh, pelaku memutilasi dan mengunggah foto potongan tubuh korban di internet.
Kronologi Pembunuhan Siswi Sasebo
Pada awalnya, Sabtu (26/7/2014) jam 15.30 Matsuo pamit kepada orangtuanya ingin main ke rumah temannya. Lalu sebelum pulang Matsuo sempat mengirim email lewat ponselnya sekitar pukul 18.30, memberitahukan bahwa ia akan pulang pukul 19.00.
Namun sampai pukul 23.00, Matsuo belum juga pulang ke rumah. Ayah Matsuo lalu menelepon polisi. Polisi pun langsung mencari ke rumah temannya yang tinggal sendiri di sebuah mansion, pada Minggu (27/7/2014).
Namun polisi langsung melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Matsuo ditemukan tewas dan tergeletak di atas tempat tidur temannya itu dengan tubuh terpotong-potong. Kepala terpisah dari tubuhnya, terpenggal. Tangan kanan dan kiri terputus.
Menurut polisi, pembunuhnya memukul palu besi ke kepalanya dari belakang, lalu lehernya dicekik menggunakan kawat hingga terputus,
Saya yang melakukan, semua sendiri," papar pembunuh yang juga berusia 15 tahun tersebut kepada polisi.
Foto pembunuhan dan komentar sang pembunuh disebar di forum 2Channel sekitar pukul 22.00, sesaat setelah pembunuhan terjadi. Ada tujuh foto mengerikan yang dibagikan, termasuk baju dan beberapa foto tangan penuh darah.
Pada Senin (28/7/2014), pelaku dititipkan di tahanan anak-anak karena belum mencapai usia dewasa. Pelaku mengungkapkan kepada polisi, kalau ia membunuh Matsuo karena ingin mencoba memutilasi manusia setelah sebelumnya ia memutilasi kucing dan membaca buku-buku kedokteran.
Frustrasi, sangat sedih, terkejut sekali kami dengan kejadian itu," papar kepala sekolah pelaku dan korban kepada pers kemarin (27/7/2014).
Baca Juga: Presenter TVRI Tewas Tertusuk di Selokan, Pelaku Mengaku Kesal Pernah Dilecehkan!
Peristiwa pembunuhan Matsuo yang kini dikenal dengan nama Sasebo Schoolgirl Murder ini sangat mengejutkan dunia pendidikan Jepang saat itu. Ini karena Kasus pembunuhan dan mutilasi ini juga pernah juga terjadi di Sasebo, Nagasaki tahun 2004 lalu.
Saat itu pelakunya adalah murid kelas enam Sekolah Dasar. Korban juga merupakan teman sekelasnya.
Sejak kasus pembunuhan tersebut, para guru mulai fokus untuk merancang sistem pendidikan yang membantu para siswa agar lebih memaknai hidup.
Baca Juga: Tak Kuat Disiksa Bertahun-tahun, 3 Anak Gadis Kerja Sama Bunuh Ayahnya Sendiri
Efek dari Pembunuhan Siswi Sasebo
Menanggapi kejadian tersebut, Fuji TV membatalkan penayangan episode ke-4 anime Psycho-Pass pada tanggal 31 Juli 2014, karena episode tersebut juga menampilkan cerita pembunuhan siswi remaja.
Dampak yang Terjadi Setelah Pembunuhan Siswi Sasebo
Ayah pelaku yang saat itu berusia 54 tahun, meminta maaf kepada keluarga Matsuo pada bulan Juli 2014. Ia meminta maaf atas penyakit mental anaknya. Tanggal 5 Oktober 2014, ia ditemukan tewas gantung diri.
Sebelumnya di tahun yang sama, terungkap bahwa seorang psikiater yang menangani pelaku pernah menghubungi pusat konsultasi anak di Nagasaki, untuk memperingatkan mengenai kondisi anak tersebut.
Psikiater tersebut mengatakan, bahwa jika anak tersebut dibiarkan, ia bisa saja membunuh seseorang.
Namun peringatan ini tidak ditindaklanjuti. Pada tahun 2015, tiga pejabat pusat konsultasi anak tersebut mendapat teguran dan kecaman keras dari pemerintah Prefektur Nagasaki, karena telah lalai dalam menjalankan tugasnya.
Baca Juga: Wanita ini Sewa 2 Pembunuh Bayaran Habisi Ibu dan Anak!
Itulah tadi kronologi pembunuhan Matsuo yang sangat menggemparkan Jepang pada saat itu. Menurut penyelidikan, pelaku tinggal sendiri karena orang tuanya ada di kota lain. Ini bukti bahwa orang tua juga sangat berperan penting untuk mengawasi pendidikan dan perkembangan mental anaknya.