Perusuh 22 Mei Ada yang Ngaku Santri, Polisi: "Apakah Santri? Lihat Tampangnya!"

pelaku kerusuhan
polisi menangkap pelaku kerusuhan | news.detik.com

Para perusuh 22 mei mengaku sebagai seorang santri, polisi tidak percaya begitu saja.

Aksi demo 22 Mei yang awalnya berlangsung tertib berubah menjadi ricuh setelah kemunculan para provokator yang membuat suasana memanas. Para provokator tersebut melempari polisi dengan batu hingga petasan. Mereka juga menjarah dan membakar sejumlah warung dan rumah makan.

Kerusuhan 22 Mei diduga telah direncanakan oleh pihak tertentu untuk memperkeruh suasana. Atas kejadian tersebut, polisi berhasil mengamankan hingga 300 provokator terkait aksi 22 Mei. Di antaranya 183 orang ditangkap karena terbukti merusuh di flyover Slipi.

1.

Perusuh mengaku sebagai santri

pelaku kerusuhan
Perusuh bukan anggota santri | nasional.kompas.com

Terdapat 183 orang yang merusuh di flyover Slipi berhasil diamankan polisi. Para perusuh tersebut mengaku sebagai santri. Namun hal tersebut tidak dibenarkan oleh pihak kepolisian.

“Yang demo kemarin ada yang ngakunya santri, apakah santri? Kita lihat tampang-tampangnya,” ungkap Kombes Hengki dilansir dari Detik.com (23/5).

Polisi tidak percaya jika para perusuh tersebut adalah seorang santri, pasalnya sebagian besar dari mereka memiliki tato di tubuhnya.

“Sebagian memiliki tato. Kami akan mendalami latar belakangnya,” lanjut Hengki.

Sebelumnya Hengki mengatakan yang diamankan mayoritas berasal dari luar daerah, seperti dari daerah Kupang, NTT, Lombok, NTB dan Banten. Saat diamankan, beberapa di antaranya bahkan mulutnya berbau alkohol.

Peristiwa kerusuhan di flyover Slipi terjadi hari Rabu (22/5) dini hari. Massa langsung dihadang polisi hingga berlanjut bentrok. Massa berlarian ke arah KS Tubun hingga Petamburan. Sesampainya di depan asrama Brimob Petamburan, para perusuh membakar 10 mobil yang terparkir di depan asrama.

Baca juga: Bikin Adem! TNI Bagikan Takjil untuk Buka Puasa

2.

Polisi harus mengusut kerusuhan hingga tuntas

pelaku kerusuhan
polisi harus mengusut pelaku hingga dalang kerusuhan | www.tribunnews.com

Melansir Kompas.com (24/5), Ketua Presidium Indonesia Polisi Watch, Neta S Pane mendesak aparat kepolisian mengupas tuntas dalang kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta dengan cepat.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah kerusuhan serupa kembali terjadi saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di bulan Oktober mendatang.

“Polri perlu bekerja cepat agar pihak-pihak yang bermain-main dengan kerusuhan tersebut bisa disapu bersi, sehingga mereka tidak lagi membuat kekacauan pada saat pelantikan presiden terpilih di Pilpres 2019,” kata Neta.

Neta juga mengatakan bahwa polisi bisa mengusut dalang dari kerusuhan 22 Mei dari bukti-bukti yang sudah ada.

Di antaranya adalah mobil ambulance berlogo partai Gerindra penyuplai batu serta ditemukannya peluru tajam yang menyebabkan jatuhnya korban. Polisi juga telah mengantongi bukti uang yang diduga sebagai imbalan pelaku kerusuhan 22 Mei.

“Begitu juga dengan adanya temuan Polri bahwa adanya massa bayaran, siapa yang membayar harus segera dikejar dan ditangkap aparat kepolisian,” imbuh Neta.

3.

Adanya skenario hingga perusuh punya peran masing-masing

pelaku kerusuhan
Perusuh merupakan preman bertato bayaran | www.merdeka.com

Polisi menduga kerusuhan aksi 22 Mei telah direncanakan dengan matang sesuai skenario. Para provokator juga diduga mempunyai peran masing-masing dalam menciptakan kerusuhan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto menduga ada skenario untuk membuat kekacauan yang bertujuan menyerang aparat keamanan dan menimbulkan anti-pasti terhadap pemerintahan yang sah.

“Ada skenario untuk membuat kekacauan, menyerang aparat keamanan, dan menciptakan antipasti kepada pemerintahan yang sah,” kata Wiranto.

Perusuh yang telah diamankan polisi tersebut berbeda dengan massa aksi damai di Bawaslu. Perusuh ini sudah disiapkan dan masing-masing memiliki peran tersendiri.

“Saya menyampaikan bahwa dari rangkaian tadi, peristiwa dini hari tadi adalah bukan massa spontan, bukan peristiwa spontan, melainkan by design, sudah di setting,” pungkas Irjen Muhammad Iqbal dalam konferensi pers di kantor Menkopolhukam.

Polisi juga telah mengantongi bukti berupa uang bayaran sebesar Rp 6 juta dari provokator yang ditangkap. Para provokator yang mayoritas anak-anak muda juga telah mengaku mereka dibayar untuk menciptakan kerusuhan.

Artikel Lainnya

Wiranto juga menyampaikan bahwa dalang dari peristiwa kerusuhan ini sudah diketahui. Polisi juga akan segera mengusut kerusuhan ini sampai ke akar-akarnya supaya kejadian serupa tidak terulang lagi.

Melihat kerusuhan ini, telah membuat jatuhnya korban hingga merugikan masyarakat. Semoga kerusuhan pasca Pemilu ini segera berakhir dan kondisi negeri ini kembali aman dan damai.

Tags :