Nggak Cuma Prank Ojol, Ini "Kejahatan" Youtuber Indonesia yang Harus Dihentikan!

Atta Halilintar
Atta Halilintar | waspada.co.id

Demi adsense, perlukah melanggar norma dan hati nurani?

Zaman sekarang menjadi seorang content creator atau Youtuber bisa dibilang menjadi impian banyak kalangan baik anak kecil hingga orang dewasa. Bagaimana tidak? Lihat saja Atta Halilintar. Kekayaannya bertambah pesat saat memutuskan menekuni dunia content creator.

Kini Atta menjadi satu-satunya Youtuber Indonesia yang memiliki 20 juta subscriber. Video-video Atta pun banyak dilihat oleh penonton yang membuat pemasukannya dari adsense terus mengalir.

Melihat kekayaan Atta tersebut, banyak yang mengira menjadi seorang Youtuber adalah hal yang mudah. Tapi apakah benar semudah itu? Memang benar, membuat channel Youtube itu mudah. Namun membuat konten Youtube yang bermutu itu jelas tidak mudah. Untuk itu banyak Youtuber pemula yang mengambil jalan pintas membuat video tak bermutu atau sampah demi meraih popularitas.

1.

Minim pengawasan

Atta Halilintar
Komisi Penyiaran Indonesia akan awasi youtube | nasional.kompas.com

Konten-konten sampah memang terlihat diminati para penonton, namun banyak juga yang merasa jengah hingga mempertanyakan mengapa konten-konten yang minim edukasi dan lebih banyak mudharat-nya ini bisa terus tayang?

Baca Juga: Kann Trichan "Iron Man" dari Thailand yang Tangannya Nggak Pernah Melepuh

“Yang penting entertaining!” begitu lah prinsip para Youtuber penghasil konten sampah tanpa memikirkan dampak panjangnya. Masih ingat dengan tayangan settingan di televisi seperti “Rumah Uya”, “Suka-suka Uya” dan “Katakan Putus” ? Semua tayangan yang dianggap tak ada sisi edukasinya itu memiliki rating yang tinggi. Kenapa bisa begitu? Karena tayangan di atas memang menghibur, bahkan jika si penontonnya sendiri mengetahui tayangan tersebut hanyalah settingan semata. Sungguh miris. Hiburan macam apa itu? Yang ada justru membuat jengkel.

Tayangan settingan di atas tak jarang sering dilaporkan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) oleh segelintir orang karena tak mengedukasi. Banyak pula tayangan yang sudah ditegur hingga diberhentikan tayang oleh KPI. Tapi terus saja penonton merindukan hiburan yang menipu itu.

Adanya KPI bertujuan mengontrol tayangan di dunia penyiaran, ya meskipun sering lah kita mendapati kebijakan KPI itu ngawur. Tapi bukan itu yang ingin saya jelaskan di sini. Kembali berbicara tentang konten sampah Youtube. Lembaga semacam KPI ini memang dibutuhkan sekali untuk mengawasi konten-konten di Youtube. Tapi sebenarnya bagaimana sih kebijakan pihak Youtube sendiri terkait aturan penayangan konten di platform berbagi video paling popular ini?

Memang ada kebijakan dari pihak Youtube sendiri terkait penayangan konten. Youtube memberi fitur report yang bisa diakses oleh semua penonton apabila ada tayangan yang dirasa mengganggu. Semakin banyak orang yang me-report suatu video, otomatis Youtube akan menurunkan video tersebut. Namun tetap saja, kebijakan Youtube ini tak dianggap kurang ketat.

Baca Juga: Instagram Mendadak Hapus Ratusan Akun Bintang Film Porno, Apa Alasannya?

Pada bulan Agustus lalu, Rudiantara yang menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, mendukung adanya pengawasan terhadap Youtube. Rencananya pengawasan tersebut akan diserahkan kepada KPI.

"[Rencana KPI melakukan pengawasan terhadap YouTube dan Netflix] belum kami bicarakan lebih detail karena landasan hukumnya harus jelas," kata Rudiantara, Rabu (14/8/19) dilansir dari Kumparan.com.

Apabila memang KPI yang akan melakukan pengawasan, semoga tak berkutat hanya pada tayangan berbau porno saja seperti yang dilakukan saat mengawasi tayangan televisi. Hal ini dikarenakan memang banyak tayangan darurat seperti konten sampah di Youtube yang dampak negatifnya juga tak kalah besar di masyarakat, terutama para remaja.

2.

Fenomena Prank Ojol

Atta Halilintar
Prank Ojol oleh Youtuber | www.republika.co.id

Konten prank bisa dikatakan sebagai konten aman yang dibuat oleh para Youtuber baik pemula maupun profesional. “Aman” dalam hal ini, berarti konten prank bersifat entertaining atau menghibur dan pastinya memberi kesenangan yang digemari penonton. Tak bisa dipungkiri, konten menghibur memang banyak diminati warga di negara yang kesehariannya terlalu serius memikirkan hal-hal yang tidak penting.

Sayang sekali, sisi edukasi kurang diperhatikan para Youtuber dalam pembuatan konten. Salah satunya adalah yang konten yang menjadi perdebatan di media sosial beberapa waktu lalu. Ya. Konten prank Youtube yang dibuat oleh sejumlah Youtuber.

Baca Juga: Obati Pasien Terkena Santet, Ningsih Tinampi Undang Genderuwo untuk Perkosa Hantu

Melihat fenomena prank yang dilakukan Youtuber pada ojol ini membuat penonton jengah dan geram. Saking geramnya, netizen membuat tagar Say No to Prank yang didukung oleh beberapa Youtuber seperti Reza Arap. Baiklah, modus yang digunakan oleh para Youtuber untuk nge-prank ojol ini semua seragam. Memesan makanan dalam jumlah banyak lalu di cancel. Sesimpel itu!

Tapi apakah mereka pernah berpikir jika perbuatan mereka itu berdampak besar bagi para ojol yang menjadi korban konten prank sampah mereka? Tentu tidak. Yang mereka pikirkan adalah cuan, cuan dan cuan dari hasil adsense. Yaaa.. meskipun di akhir konten tersebut para ojol diberi imbalan besar. Tapi apalah arti imbalan sebesar apapun dibanding perasaan kesal telah dipermainkan?

Fenomena prank ojol hanyalah segelintir kejahatan yang dibalut aksi sosial yang ujung-ujungnya hanya menguntungkan si Youtuber tanpa memikirkan dampak-dampak besar lainnya.

3.

Konten Reaction

Atta Halilintar
Screenshot Picky Picks | www.youtube.com

Selain konten prank Youtube, yang termasuk konten jahat lainnya adalah konten reaction seperti yang sering diunggah channel Picky Picks dan channel Winson Reynaldi. Kedua channel dan channel serupa lainnya agaknya sangat kontradiktif. Mereka tak senang melihat konten sampah atau video cringe, padahal mereka sendiri adalah bagian itu.

Pemilik channel Picky Picks, Bimo sering mengunggah konten reaction cringe yang ada di media sosial terutama menanggapi video cringe dari Instagram dengan nyinyiran. Saat merespon video tersebut, Bimo akan terlihat jijik dengan video yang dia putar. Sudah tahu video tersebut membuat geli kenapa harus dia tonton? Ya balik lagi. Ini untuk konten. Hasil adsense Picky Picks ya dari mana lagi kalau bukan dari video konten cringe.

Bimo sendiri mengatakan jika kontennya yang paling sering di request oleh penonton adalah konten reaction cringe. Bahkan dalam 2 hari, konten reaction cringe tersebut bisa mencapai 2 juta penonton.

Sama halnya dengan channel Picky Picks, channel Winson Reynaldi memiliki konten serupa. Respon Winson Reynaldi terhadap video cringe dan juga konten sampah yang ia temukan di Youtube terlihat berlebihan, bahkan ia bisa mengumpat kalimat jorok yang ditujukan kepada seseorang dalam video yang ia anggap cringe meskipun alasan yang diungkapkan Winson sendiri masuk akal mengapa ia jijik dengan video tersebut.

Tak dipungkiri, konten cringe ini memang sangat menghibur, tapi apakah mereka sadar bahwa tindakan mereka itu bisa menyakiti hati orang yang bersangkutan? Lagi-lagi tidak. Memang kita tidak pernah tahu apakah tindakan mereka yang menurut Bimo dan Winson adalah menjijikan itu akan membuat yang bersangkutan sakit hati atau justru malah senang.

Subyektifitas yang mereka bangun dalam setiap video reaction cringe yang mereka respon tentu tidaklah adil. Bagaimana pun, mempermalukan dan menertawakan orang lain ditambah dengan umpatan bukanlah tindakan yang dibenarkan. Apalagi untuk konten yang hanya akan menguntungkan pemilik channel.

4.

Konten clickbait

Atta Halilintar
Judul Clickbait | blog.bukupedia.com

Dari semua hal yang paling dibenci dari Youtube adalah judul clickbait. Biasanya judul yang tertulis dalam sebuah video clickbait terlampau hiperbola yang berguna menjebak seseorang untuk memutar video tersebut. Biasanya judul clickbait ini tak menampilkan video sesuai judul, bahkan video yang disajikan terkesan bertele-tele.

Lalu di mana letak kejahatan judul clickbait? Selain membuat kesal para korban clickbait, judul clickbait ini bisa menggiring opini masyarakat karena masyarakat Indonesia ini cenderung malas untuk menyimak seluruh informasi dan bisa jadi hanya menyimpulkan informasi dari judul clickbait tersebut. Tentu saja hal ini merugikan pihak yang bersangkutan. Lebih bahaya lagi judul clickbait yang berhubungan dengan politik, dampaknya tentu besar hingga bisa memecah persatuan bangsa.

Mereka para pembuat judul clickbait dalam sebuah konten ini tak mau memikirkan dampaknya. Meskipun antara judul dan isi konten tak ada hubungannya, mereka tak peduli karena yang mereka butuhkan adalah adsense yang didapat dalam setiap video yang ditonton masyarakat.

Artikel Lainnya

Kemunculan konten “jahat” di Youtube ini memang sudah sangat memprihatinkan. Tapi sebenarnya yang mengontrol konten-konten jahat itu sendiri adalah diri kita sendiri sebagai penikmat video Youtube. Kita harus bisa memilah konten-konten yang bermutu dan bermanfaat. Banyak kok para content creator yang menyajikan konten menghibur namun tetap ada sisi edukasi dan tidak merugikan orang lain pastinya. ASHIAP!!

Tags :