Pilih Mualaf Setelah Disekap Militan Somalia, Relawan Ini Malah Dihujat Politikus Italia
23 Mei 2020 by Mabruri Pudyas SalimPenolakan selalu datang pada siapa pun yang pindah agama.
Pindah agama bukan keputusan yang mudah bagi siapa pun. Terlebih lagi, selalu akan ada cobaan terhadap seseorang ketika mulai berpindah agama, seperti dijauhi teman dan keluarga. Banyak orang percaya bahwa cobaan yang datang itu merupakan ujian iman terhadap agamanya yang baru.
Hal seperti itu juga dialami oleh seorang aktivis kemanusiaan asal Italia, Silvia Constanza Romano (25). Dilansir dari Republika.co.id (15/05/2020), dia baru saja pulang ke negaranya setelah sempat disekap oleh militan Somalia di Afrika Timur selama 18 bulan.
Kendati demikian, kepulangannya seolah tidak diterima oleh seorang politikus sayap kanan Italia, karena Romano memilih untuk menjadi mualaf.
Penolakan terhadap Romano itu disampaikan oleh anggota dewan kota sayap kanan, Nico Basco. Dalam cuitan di akun Twitter resminya, dia meminta untuk menggantung Romano. Meskipun setelah itu, dia dengan cepat langsung menghapus cuitannya tersebut.
Baca Juga: Catat! Ini Deretan Amalan di Bulan Ramadan yang Bisa Dongkrak Pahala Kamu
Menanggapi penolakan keras dari politikus sayap kanan itu, Romano menegaskan bahwa dirinya memilih untuk menjadi seorang muslimah bukan karena paksaan. Bahkan dia mengaku, ia memilih sendiri nama Aisha setelah menjadi mualaf.
"Itu spontan dan tidak dipaksakan. Dalam bulan-bulan ini saya diberi Alquran dan berterima kasih kepada para penculik saya. Saya juga belajar bahasa Arab," kata Romano, seperti dikutip Republika dari TRT World, Pada Jumat (15/5/2020).
Lebih lanjut dia juga menambahkan apa yang ia alami selama disekap oleh militan Somalia. Para militan itu menjelaskan terkait alasan penculikan terhadapnya, termasuk menjelaskan budaya Islam. Meski begitu, Romano tidak lantas langsung menjadi mualaf setelah dikenalkan budaya Islam.
Baca Juga: Keimanan dan Profesionalitas, Ini Dilema Pesepak Bola Muslim Eropa di Bulan Ramadan
Romano mengaku memutuskan menjadi mualaf harus melalui proses yang cukup panjang, bahkan sampai berbulan-bulan. Namun, dia menegaskan selama proses itu, dia sama sekali tidak mengalami pelecehan dan paksaan di dalamnya.
“Tidak ada pernikahan atau hubungan. Hanya rasa hormat," ucapnya.
Awalnya Romano yang merupakan seorang relawan itu diculik di kota pesisir tenggara Chakama di Kenya pada November 2018 hingga akhirnya dibawa ke Somalia. Namun, setelah ia berhasil pulang ke negaranya, dia justru menerima banyak ujaran kebencian, cacian, dan hujatan di Internet.
Bahkan di antara banyaknya ujaran kebencian yang ia terima, beberapa di antaranya datang dari wakil rakyat. Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, politikus partai Lega Nord Alessandro Pagano, dan lainnya, terang-terangan melabeli Romano sebagai "neoterorisme" saat berada di Kamar Deputi Italia.
Baca Juga: Bikin Terharu! Viral Video Warga Menangis Doakan Bidan yang Diduga Terinfeksi Virus Corona
Menanggapi fenomena tersebut, Presiden Kamar Deputi Italia, Roberto Fico menyatakan kekecewaannya pada politikus yang menghujat Romano. Ia menilai bahwa pernyataan itu terlalu kasar dan tak dapat diterima.
Fico menegaskan bahwa Kamar Deputi bukan tempat untuk menghina warga, khususnya wanita yang telah mengalami kesulitan selama 18 bulan terakhir.
Sontak, pernyataan Fico tersebut menggugah banyak solidaritas warga Italia di Twitter, yang mendukung Romana dengan cuitan bertagar #SilviaRomanoAisha.
“Kata-kata penuh kebencian yang ditujukan kepada Silvia Romano di aula Kamar itu keras dan tidak dapat diterima,” tulis Fico di akun resminya.