Pilu! Gaji Cuma Rp 800 Ribu, Guru Honorer Ini Sering Dianiaya Wali Murid hingga Luka-luka
25 November 2019 by Dea DezellyndaPengabdian guru honorer dibalas penganiayaan wali murid
Hari Guru diperingati tanggal 25 November setiap tahunnya. Namun kesejahteraan guru terutama guru honorer selalu menjadi pembahasan penting. Di Indonesia sendiri masih banyak guru honorer yang hidupnya jauh dari kata layak. Seperti yang dialami seorang guru honorer asal Aceh ini.
Rahmah, guru honorer di SDN Jambi Baru, Kota Subulussalam, Aceh, hanya digaji Rp 800 ribu per bulan. Kemalangan yang ia alami tak hanya itu saja, Rahmah bahkan belum lama ini menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh wali murid.
Dianiaya wali murid
Dilansir dari Tribunnews.com, Minggu (24/11/19), guru yang menjadi korban penganiayaan wali murid itu bernama Rahmah (35) wali kelas III B. Rahmah merupakan guru berstatus honorer yang mengabdi selama 14 tahun terhitung 22 Juli 2005.
Pengorbanannya itu justru dibalas penganiayaan yang dilakukan oleh wali murid. Tak hanya sekali dua kali, Rahmah kerap menerima perlakuan tak menyenangkan dari wali murid. Penganiayaan itu pertama kali terjadi pada 26 Oktober 2019, disusul 14 November 2019 dan yang terakhir pada 20 November 2019 lalu.
Baca juga: Guru Honorer di NTT Cuma Digaji Rp 85 Ribu, Hidup Tanpa Listrik dan Makan Ubi
Rahmah mengaku ditarik hijabnya, dipukuli hingga memar dan luka-luka. Tubuhnya yang kecil itu pun terkoyak menghadapi serangan wali murid.
“Saya tak tahu bagian mana yang duluan dipukul, karena situasi sudah heboh, saya terus diserang ditampar dan dicubit. Jilbab saya dijambak sampai koyak,” ujar Rahmah, Minggu (24/11/19).
Kronologi penganiayaan
Peristiwa penganiayaan yang juga terekam video itu terjadi pada hari Rabu (20/11/19) lalu pukul 10.30 WIB. Penganiayaan ini berawal saat wali murid dari salah satu siswanya datang ke sekolah. Rahmah kemudian menanyakan maksud mengapa menemuinya di jam pelajaran berlangsung. Mendengar pertanyaan Rahmah, wali murid itu justru langsung menyerang Rahmah.
Baca juga: Cuma Gara-gara Kritik Kebijakan Kepala Sekolah, Siswa Pintar Ini Malah Tak Diluluskan
Diduga SN, wali murid tersebut tak terima anaknya dilerai Rahmah saat berkelahi dengan siswa lain. Para guru yang melihat penyerangan yang dilakukan SN itu berusaha menenangkan. SN tetap saja tak terima dan mengeluarkan kata-kata kotor. Kepala Sekolah berusaha melakukan mediasi namun pelaku justru tak hadir.
Kini Rahmah mengaku trauma setiap kali mengingat kejadian itu. Ia takut jika ke depannya akan diperlakukan kasar oleh wali murid. Dampak penganiayaan itu juga berdampak pada salah seorang anak Rahmah yang ketakutan setiap melewati rumah SN.
Hanya digaji Rp 800 ribu
Rahmah tak menyangka pengabdiannya selama ini justru dibalas perbuatan tak menyenangkan dari wali murid. Sejak awal mengajar di SDN Jambi Baru pada tahun 2005, Rahmah hanya digaji Rp 300 ribu. Baru pada tahun 2017, gaji yang diterima Rahmah mengalami kenaikan sebesar Rp 800 ribu, angka yang masih terhitung tak layak bagi seorang guru.
Baca juga: Haru! Kedua Kakinya Tak Bisa Melangkah, Bocah SD Ini Tetap Semangat Sekolah
Ibu dua anak ini sempat berharap bisa diangkat menjadi PNS. Namun harapannya itu pupus setelah usianya memasuki 35 tahun yang tak bisa lagi mengikuti CPNS. Rahmah kini hanya bisa berharap kepada pemerintah agar bisa diangkat menjadi PNS.
“Yang penting tujuan utama saya mengabdi untuk daerah, karena memang latar belakang pendidikan saya guru,” kata Rahmah.
Pengabdian Rahmah terhadap dunia pendidikan belum pernah mendapat perhatian pemerintah. Tak hanya sekadar gajinya yang kecil, penghargaan pun tak pernah ia terima. Semoga saja pemerintah bisa segera mengangkat Rahmah menjadi PNS, serta guru-guru honorer yang bernasib sama dengan Rahmah.