Fenomena Pengemis Tajir Hingga Punya Ratusan Juta, Pantaskah Dapat Belas Kasihan?
27 Maret 2021 by Ari Setianto
Mengapa fenomena pengemis kaya ini terus ada?
Kita sebagai manusia tentu harus mencari uang untuk bisa bertahan hidup. Banyak cara yang bisa kita lakukan, misalnya dengan bekerja ataupun membuat bisnis sendiri. Tapi tentu saja untuk melakukan itu juga nggak gampang. Kamu perlu bekerja keras hingga peras otak untuk memberikan yang maksimal bagi kerjaanmu.
Tapi kalau kamu mendengar kabar seorang pengemis yang dengan modal muka melas saja bisa dapat duit hingga ratusan juta, kira-kira bagaimana perasaanmu? Apakah kamu merasa iri karena pendapatanmu tak sebanding dengan mereka? Sedihnya, hal ini benar-benar terjadi, lho.
Fenomena pengemis kaya di Indonesia

Belum lama ini viral kabar pengemis yang kedapatan bawa uang ratusan juta saat kena razia. Dilansir dari Kompas.com, saat itu pada Jumat (29/11) petugas dari Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan Rp194,5 juta di dalam tas pengemis bernama Muklis Muctar Besan (65).
Uang itu dalam pecahan Rp20 ribu, Rp50 ribu hingga Rp100 ribu. Setelah ditangkap petugas, Muklis lalu dibawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya untuk dilakukan pembinaan hingga akhirnya dijemput oleh keluarganya. Tapi apakah hanya Muklis, seorang pengemis berpendapatan ratusan juta? Tidak!
Baca juga: Pengemis Tajir Ini Kedapatan Simpan Uang Rp194,5 Juta
Dilansir dari Merdeka.com (20/03/2019), seorang pengemis di Bogor pernah kepergok punya mobil Daihatsu Xenia saat dirazia Satpol PP Kota Bogor. Bahkan, kakek yang bernama Suherman (87) itu juga ketahuan memiliki sopir pribadi.
Dari pengakuannya, dalam sehari kurang lebih dia bisa mendapatkan Rp200 ribu dari mengemis. Hebatnya lagi, jumlah uang itu dia dapatkan hanya dari pagi sampai siang hari saja.
Ada pula pengemis kaya lain yang tak kalah mencengangkannya. Dilansir dari Kompas.com (16/01/2019), pengemis bernama Legiman (52) kedapatan punya tabungan mencapai Rp1 miliar. Hal ini terungkap ketika dia kena razia oleh petugas Satpol PP Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Kepada petugas dia mengaku memiliki rumah di Margorejo, Pati, yang ia beli seharga Rp250 juta, ditambah punya sebidang tanah seharga Rp275 juta. Saat diinterogasi, Legiman mengaku dalam sehari mengemis bisa mendapatkan Rp600 ribu hingga Rp1 juta.
Baca juga: Diciduk Satpol PP, Pengemis ini Ternyata Punya Mobil!
Kemudian saat diperiksa lebih lanjut, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat (Tibumtranmas) Satpol PP Kabupaten Pati, Udhi Harsilo Nugroho, mengatakan Legiman ternyata memiliki nilai kekayaan lebih dari Rp1 miliar.
"Setelah kami interogasi, yang bersangkutan mengaku memiliki rumah senilai Rp250 juta, tanah senilai Rp275 juta, dan tabungan di bank sejumlah Rp900 juta," ujar Udhi.
Pendapatan fantastis harian mereka

Mungkin beberapa dari kamu sedikit melongo mengetahui pendapatan pengemis dalam sehari bisa melebihi pegawai kantoran. Namun hal ini nyatanya juga diamini oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.
Dilansir dari Merdeka.com, kala itu dinas sosial mencatat pendapatan pengemis di kota besar seperti Jakarta berada di kisaran Rp750 ribu sampai Rp1 juta dalam sehari.
Baca juga: Ketahuan Punya Mobil Pribadi, Pengemis Ini Ngamuk Saat Direkam Warga
"Kalau yang segitu (Rp750 ribu-Rp1 juta sehari) biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya,” jelasnya.
Lain lagi dengan pengemis seperti anak jalanan. Ternyata mereka juga bisa mendapatkan penghasilan yang cukup banyak yakni Rp450 ribu hingga Rp500 dalam sehari.
"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," pungkas Miftahul Huda.
Sungguh miris pendapatan pegawai kantoran bisa kalah sama pengemis

Bagi kamu pegawai kantoran apalagi swasta, tentu membaca fakta tadi bikin iri sekaligus jengkel sendiri. Bagaimana tidak, kita sebagai karyawan tentu saja rela kerja lembur, memeras otak untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Namun tampaknya kerja kerasmu yang bagaikan kuda itu tak sebanding dengan pendapatan pengemis yang sekadar melas bisa dapatkan ratusan ribu dalam sehari.
Baca juga: Wajib Tahu! Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta 2019
Sebagai contoh begini, bayangkan saya jika dalam sehari pengemis minimal bisa mendapatkan uang Rp450 ribu saja (kota Jakarta), jika dikalian 30 hari jumlahnya bisa mencapai Rp13,5 juta per bulannya. Tidak kebayang bukan jika ada pengemis yang bisa dapat Rp1 juta dalam sehari? Jumlahnya bikin ngiler pasti.
Lalu bagaimana dengan pegawai kantoran? Ambil contoh di kota besar seperti Jakarta saja, upah minimum provinsi (UMP) cuma sebesar Rp3.940.973 untuk tahun 2019 dikutip dari Detik.com (01/11/2019).
Meski angka itu sudah naik 8,03 persen dari tahun sebelumnya, tetap saja itu tak seberapa dengan pendapatan bulanan para pengemis tadi. Sebab jika jumlah UMP tadi dibagi untuk 30 hari (1 bulan), setidaknya dalam sehari kamu hanya menerima bayaran kurang lebih Rp131 ribu saja.
Baca juga: Pengemis Ini Menangis Histeris Saat Minta Belas Kasihan
Mengapa fenomena pengemis kaya ini tak ada habisnya?

Boleh dibilang, kebanyakan dari kita sering merasa iba atau kasian dengan pengemis yang memasang muka melas. Namun itulah yang tampaknya bisa menggerakkan hati kita untuk memberi sedikit 'sedekah' kepada mereka.
Tentu hal ini akan berbeda kalau para pengemis tadi memasang muka senyum, pasti kecil kemungkinan kita untuk memberi sedikit recehan karena mereka tampak 'baik-baik saja' di mata kita.
Lalu kenapa sih kita sering merasa iba atau kasian melihat pengemis? Sebenarnya rasa kasian itu semacam kesedihan atau simpatik atas kemalangan seseorang. Karena itulah para pengemis ini 'pintar' memasang pose memelas agar memancing rasa kasihan kita untuk memberi sedikit uang.
Baca juga: Mengemis di Terminal, Pengemis Ini Malah Tetap Asik Main Gadget dan Update Media Sosial
Terlebih lagi, ketika kita bisa memberi mereka sedikit rezeki, secara tidak langsung muncul perasaan bahwa kamu merasa lebih baik atau lebih beruntung dari mereka. Padahal perasaan itu belum tentu benar juga, apalagi jika melihat kasus pengemis kaya yang sudah disebutkan di atas tadi.
Sempat ramai akun penggalangan dana Cak Budi

Tidak hanya rasa kasihan pada pengemis yang membuat kita begitu mudah mengalirkan dana. Kita juga kerap mengalami fenomena serupa secara digital. Padahal, kadang rasa kasihan itu justru menipu dan mereka yang kita kasihani sebenarnya tak sungguh-sungguh membutuhkan. Apalagi dengan tingkat literasi kita yang rendah dan keengganan kita mengklarifikasi fakta, tak pelak muncul kasus-kasus donasi fiktif di dunia maya.
Dilansir dari Detik.com (01/05/2017), pada tahun 2017 silam akun Instagram bernama Cak Budi sempat membuat heboh dan tuai kontroversi. Sebab, akun yang sering menggalang dana sosial tersebut diduga menggunakan uang donasi untuk mobil Toyota Fortuner dan ponsel iPhone 7 untuk keperluan operasional. Akhirnya dugaan tersebut ramai di media sosial dan dianggap akun Cak Budi tidak transparan.
Baca juga: Kena Razia Satpol PP, Tabungan Pengemis Ini Melebihi PNS!
Lebih lanjut dilansir dari CNN Indonesia (02/05/2017), ternyata Cak Budi juga sempat menggalang dana melalui Kitabisa.com. Uang donasi yang terkumpul saat itu mencapai Rp1,2 miliar. Rinciannya uang Rp560 juta ke rekening pribadi dan sekitar Rp700 juta didapat dari Kitabisa.com.
Atas ramainya berita ini, akhirnya akun Cak Budi ditutup. CMO Kitabisa.com, Vikra Ijas, saat menegaskan uang yang dipakai Cak Budi dan istrinya untuk beli mobil tidak dari hasil penggalangan dana dari Kitabisa.com, melainkan dari rekening pribadi mereka.
Melihat fenomena ini memang membuat kita miris sekaligus jengkel. Sebab, pendapatan kita sebagai karyawan kantoran pun bisa kalah jauh dari pengemis yang dalam sebulan bisa dapat belasan juta.
Lalu salah siapa sih kenapa bisa begini? Dinas sosial? Pemda setempat? Bentar, tunggu dulu, deh. Sebelum kita bicara ngalor-ngidul terkait fenomena ini, lebih baik mulai dari di sendiri dulu. Bahwa, memberi mereka uang itu bukanlah jalan keluar ataupun solusi yang mendidik.
Kalau kamu ingin membantu sesama, caranya ada banyak selain memberikan uang kepada pengemis di jalanan. Kamu bisa lewat dinas sosial setempat atau organisasi-organisasi terpecaya lainnya.
Sehingga uang atau sumbangan yang kamu berikan itu jelas ke mana arahnya dan tak perlu takut disalahgunakan. Jangan hanya atas nama kasihan semata, tapi pikirkan pula solusi yang lebih lestari dan berguna bagi penghidupan mereka sebagai manusia ke depannya.
Berbuat baik itu ada banyak caranya, kok!