Tragis dan Mengenaskan, Ini Kisah Para Pengungsi ISIS Hidup dalam Peperangan

Pengungsi ISIS | cnnespanol.cnn.com

Bagaimana rasanya berada di tengah peperangan?

Posisi ISIS kian terdesak. Pasukan SDF dan militer Amerika Serikat (AS) dengan gencar menghabisi ISIS hingga ke akar-akarnya. Kondisi ISIS saat ini pun berpengaruh pada para pengungsinya. Setiap hari, ratusan perempuan dan laki-laki mengungsi dari Baghouz, wilayah pertahanan ISIS yang terakhir.

Para pengungsi ISIS tampak trauma. Beberapa di antara mereka berjalan menggunakan bantuan tongkat, kursi roda, bahkan ambulan. Tangis anak-anak dan bayi yang kelaparan pun membuat suasana semakin mengerikan.

Para ibu menggendong bayi di satu tangan mereka, dan tangan yang lain membawa sejumlah tas atau karung plastik. Terlihat pula mereka membawa kantong kain tembaga dan perak yang dibuat ISIS, mereka menggunakannya sebagai mata uang kekhalifahan. Beberapa dari perempuan ini telah kehilangan suami dan anak-anak mereka.

Saat ini, mereka berdiri berbaris di luar Baghouz untuk diperiksa oleh lawan ISIS, pasukan SDF, di area penerimaan di padang pasir.

Kondisi mereka tampak menyedihkan dengan debu menutupi pakaian mereka. Para pengungsi pria pun berbaris di area terpisah untuk diperiksa oleh pasukan SDF. Mereka mengumpulkan data biometrik para pengungsi laki-laki.

1.

Kondisi mengenaskan pengungsi ISIS

Pengungsi ISIS | www.nbcnews.com

Para pengungsi ISIS tampak trauma. Beberapa di antara mereka berjalan menggunakan bantuan tongkat, kursi roda, bahkan ambulan. Tangis anak-anak dan bayi yang kelaparan pun membuat suasana semakin mengerikan.

Para ibu menggendong bayi di satu tangan mereka, dan tangan yang lain membawa sejumlah tas atau karung plastik.

Terlihat pula mereka membawa kantong kain tembaga dan perak yang dibuat ISIS, mereka menggunakannya sebagai mata uang kekhalifahan. Beberapa dari perempuan ini telah kehilangan suami dan anak-anak mereka.

Saat ini, mereka berdiri berbaris di luar Baghouz untuk diperiksa oleh lawan ISIS, pasukan SDF, di area penerimaan di padang pasir.

Kondisi mereka tampak menyedihkan dengan debu menutupi pakaian mereka. Para pengungsi pria pun berbaris di area terpisah untuk diperiksa oleh pasukan SDF. Mereka mengumpulkan data biometrik para pengungsi laki-laki.

2.

ISIS dimonopoli Irak dan maraknya korupsi

Pengungsi ISIS | time.com

Um Abdulrahman (nama samaran), seorang ibu berusia 27 tahun, mengungkapkan bahwa ia sudah mencoba mengungsi sebelum akhirnya mendapatkan tempat di truk. Anaknya tewas, dirinya sendiri pun mengalami luka berat akibat serangan mortir pekan lalu.

Suami Um Abdulrahman adalah pembersih masjid. Suaminya sangat takut untuk pergi dan takut pasukan SDF akan membunuhnya. Akhirnya, Um Abdulrahman bersama suaminya bisa pergi dari Baghouz dan suaminya diperiksa oleh pasukan SDF.

Pengungsi lain, Um Rayyan (25 tahun), mengatakan ia masih setia pada ISIS. Namun, Um Rayyan kecewa karena saat ini banyak korupsi dilakukan oleh kelompok ISIS.

Menurut Um Rayyan, dulu ISIS lebih tertib dan tidak ada perbedaan antara warga Suriah, Irak, dan warga asing. Seiring waktu, ISIS dimonopoli oleh warga Irak dan mengambil semua pekerjaan. Um Rayyan sangat menyesali dominasi Irak, sementara warga asing kehilangan status mereka.

3.

ISIS tidak memberikan bayaran untuk pekerja

Pengungsi ISIS | cnnespanol.cnn.com

Sebuah kisah juga datang dari warga Suriah, Aliya (27 tahun). Aliya mengatakan bahwa suaminya mendapatkan gaji USD 100 per bulan sebagai pengajar di masjid.

Situasi kian buruk, ISIS memintanya mengajar tanpa bayar. Akhirnya, suami Aliya meninggal pada bulan Januari lalu. Aliya pun tidak mendapatkan bantuan janda dan ia harus mengandalkan bantuan dari saudaranya untuk bertahan hidup.

Rana (27 tahun), ibu dari dua anak ini pergi dari Mesir ke Suriah dan masuk ISIS sejak tahun 2014. Rana mengatakan hidup di Raqqa adalah masa terbaik. Bahkan ia pun bisa membelikan emas untuk anak-anaknya. Kehidupan berubah setelah Raqqa jatuh. Rana pun kabur dari Raqqa bersama anggota ISIS lainnya.

Rana berhasil keluar dari Baghouz bersama dua putrinya yang baru berusia 8 tahun dan 5 tahun. Suami Rana masih ingin bertempur bersama ISIS. Sementara Rana sudah menyerahkan diri saat ia berbaris untuk diperiksa oleh pasukan SDF.

Rana masih mempunyai emas yang ia bawa di balik pakaiannya sebagai barang berharga terakhir yang ia punya.

Artikel Lainnya

Kisah-kisah para pengungsi ISIS ini sungguh mengenaskan dan tragis. Sungguh sulit membayangkan kondisi ketika kita harus bertahan hidup di tengah peperangan. Banyak yang akhirnya kehilangan anggota keluarga dan ketidakpastian nasib membuat mereka semakin khawatir dengan hidup.

Tags :