Jadi Teror Menakutkan Bagi Pasukan ISIS, Kepala Sniper Cantik Ini Dihargai Rp 14 Miliar!

Joanna Palani
Joanna Palani sniper cantik yang habisi 100 nyawa ISIS | www.boredpanda.com

Joanna Palani, Sang Dewi Kematian bagi pasukan ISIS.

Kisah seorang sniper cantik keturunan Kurdi-Denmark, Joanna Palani, menyedot perhatian publik. Perempuan berusia 26 tahun itu memutuskan untuk berhenti kuliah dan bergabung berperang melawan ISIS. Wajah cantiknya sama sekali tak menggambarkan betapa ganasnya saat Joanna memegang senjata. Bahkan Joanna dikabarkan telah membunuh 100 pejuang ISIS.

Dibalik kehebatannya saat ini, Joanna kecil sempat hidup dalam keadaan kesulitan ekonomi dan harus berpindah-pindah tempat tinggal. Pengalaman pahitnya tersebut yang memotivasi Joanna untuk memperjuangkan kebebasan dari ancaman perang terutama bagi rakyat di perbatasan Suriah.

1.

Ancaman terbesar bagi ISIS

Joanna Palani
Joanna Palani ancaman terbesar bagi ISIS | www.boredpanda.com

Setelah mendengar 100 pejuang ISIS dihabisi oleh Joanna, pemimpin ISIS mengadakan sayembara untuk siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna. Hadiahnya pun tak main-main sebesar 1 juta dollar atau kurang lebih setara dengan Rp 14 miliar.

Atas pernyataan pimpinan ISIS, Joanna tak menampik bahwa ia kerap merasa terancam setiap kali berada di tempat umum.

Namun daripada merasa takut, Joanna lebih memilih untuk mengingat misi-misinya dalam berperang melawan penindasan terutama yang dilakukan ISIS kepada anak-anak dan juga perempuan.

"Saya tidak akan pernah memberi mereka kemenangan atas ketakutan saya. Justru keinginan saya kembali makin besar untuk menyelamatkan mereka yang disandera terutama wanita dan anak-anak," ujar Joanna dilansir dari Liputan6.com.

Baca juga: Sniper Cantik Ini Diklaim Telah Habisi 100 Nyawa Tentara ISIS

2.

Berhenti kuliah hingga dicap teroris

Joanna Palani
Joanna Palani dicap teroris di Denmark | www.boredpanda.com

Saat kecil, kehidupan Joanna Palani tidak mudah karena saat itu Irak dalam kondisi perang dan sering melihat keluarganya menderita. Saat umur 4 tahun Joanna dibawa ke Denmark untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Di umur 9 tahun Joanna sudah diajari kakeknya untuk menembak. Oleh karena itu, Joanna saat ini mahir sekali dalam menggunakan senjata SVD Dragunov dan Kalashnikov kesayangannya tersebut.

Keinginannya untuk melawan penindasan dan melindungi kaum perempuan serta anak, membuat Joanna bergabung dengan barisan Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak, Batalyon Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) sebagai penembak pada tahun 2014 silam.

Karena kehebatannya melawan ISIS, Joanna dianggap sebagai pahlawan di Irak. Lain halnya di Denmark yang justru menyebut Joanna sebagai teroris karena memilih untuk terlibat dalam peperangan dengan ISIS hingga dijebloskan ke penjara pada tahun 2016 silam.

“Saya harus terus bergerak, berkelompok, dan bekerja. Saya akan terus menunjukkan pada mereka jika saya adalah wanita yang bebas dan mandiri. Inilah cara saya untuk mengalahkan mereka," lanjut Joanna.

3.

Perjuangan Joanna yang tidak mudah

Joanna Palani
Perjalanan hidup yang tak mudah | www.boredpanda.com

Dalam perjalanan Joanna saat melawan ISIS tak ada kata mudah. Setelah bebas dari penjara, Joanna kembali ke Irak meski di paspornya terdapat larangan bepergian dari Denmark selama 12 bulan.

Namun ia tetap bersikukuh kembali ke Irak saat mengingat para perempuan yang menunggu kedatangannya untuk berlatih senjata.

"Saya ingin kembali berjuang dengan para perempuan di kota Manbij yang terletak di timur laut Aleppo pada musim panas lalu. Saya tak bisa berdiam diri di Denmark saat teman-teman saja di Rojava berperang," jelas Joanna.

Untuk menuju perbatasan Suriah Utara, Joanna harus berjalan kaki selama 7 jam sepanjang malam. Namun Joanna tak pernah merasa lelah, karena yang ingin ia lakukan adalah mengajar para perempuan untuk belajar senjata supaya bisa melindungi diri mereka dari serangan ISIS.

"Sesuatu terjadi di dalam diri saya yang membuat ingin pergi. Kala itu saya merasa hidup jauh lebih mudah di sana. Saya telah melatih pejuang wanita dan saya ingin berada di sana. Ada yang meninggal, terluka, dan mereka meninggal karena memperjuangkan kebebasan," tutup Joanna Palani.

Artikel Lainnya

Kisah perjuangan Joanna Palani dalam melawan penindasan menjadi inspirasi bagi kaum perempuan di dunia. Joanna membuktikan bahwa terlahir sebagai perempuan bukan berarti tak boleh ikut berperang melawan penindasan.

Tags :