Tolak MUI Jatim Soal Pejabat Muslim Tak Pakai Salam Agama Lain, Risma: Wargaku Beragam!

Tolak MUI Jatim Soal Tak Boleh Pakai Salam Agama Lain, Risma: Wargaku Beragam!
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. | humas.surabaya.go.id

Tri Rismaharini menolak imbauan MUI Jatim yang tak bolehkan pejabat muslim pakai salam agama lain.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menanggapi imbauan pejabat muslim tak boleh pakai salam agama lain dalam acara resmi yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.

Risma dengan tegas menolak imbauan tersebut karena merasa sebagai kepala daerah dia memiliki warga yang heterogen secara budaya maupun agama.

Lantas seperti apa tanggapan Risma soal kontroversi salam agama lain ini?

1.

Risma tolak imbauan MUI Jawa Timur

Tolak MUI Jatim Soal Tak Boleh Pakai Salam Agama Lain, Risma: Wargaku Beragam!
Risma saat hadir dalam acara CFD Surabaya di Taman Bungkul, Wonokromo, Minggu (14/7/2019). | www.tutwuri.id

Dilansir dari Kumparan.com, Senin (11/11), Risma menyatakan menolak mengikuti imbauan dari MUI Jawa Timur yang tak bolehkan pejabat muslim menggunakan salam agama lain di acara resmi.

Baca Juga: Larang Pejabat Muslim Ucap Salam dan Doa Agama Lain, MUI: Allah Akan Murka!

Menurutnya, imbauan itu tak sesuai dengan kondisi masyarakat di Surabaya yang heterogen dan memiliki banyak keragaman dalam hal kepercayaan, budaya, serta agama.

“Ya enggak apa-apa menghormati orang lain. Menghormati orang lain kok, ya saya sampaikan ‘kan engga bisa ya (mengikuti imbauan MUI Jatim),” ucap Risma.

“Aku kepala daerah, wargaku reno-reno (beragam agamanya),”

Kader PDI-P itu juga menyatakan jika Surabaya selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki masyarakat majemuk dan egaliter. Toleransi antar umat beragama pun diklaim terjaga dengan baik selama ini.

Baca Juga: Rizieq Shihab Tunjukkan Surat Pencekalan, Sebut Ada Yang Takut Tak Bisa Curang Lagi

2.

Kepala daerah adalah jabatan yang berat

Tolak MUI Jatim Soal Tak Boleh Pakai Salam Agama Lain, Risma: Wargaku Beragam!
Risma bersama dengan anak-anak dari berbagai ragam kultur agama saat acara Hari Jadi Kota Surabaya ke-725, Kamis (31/5/2018). | surabaya.kompas.com

Risma lantas menceritakan pengalamannya yang menunjukkan betapa beratnya menjadi seorang kepala daerah yang harus bisa menjaga keberagaman.

Saat itu dirinya diundang di sebuah gereja untuk mengisi kampanye. Namun, tak diduga para peserta kampanye saat itu mayoritas muslim. Padahal dirinya menyangka akan berpidato di depan umat Kristiani.

“Dadi Wali Kota angel (jadi wali kota susah). Ya opo terusan (ya gimana lagi),”

“Aku pernah sampai suatu saat aku bingung. Ini benar, disuruh kampanye aku di Kalimantan. Dijemputlah aku sama ibu calon wali kotanya. Acaranya di gereja, aku bingung (saat) masuk semua kerudungan. Aku kan jadi tanya, iki acarane opo? (ini acara apa?) Lah aku ngomong salah lah ciloko (bisa berbahaya),” ungkapnya.

Baca Juga: FPI Minta Bupati Non Muslim Bangka Barat Tidak Ucapkan Assalamualaikum!

3.

MUI Jawa Timur larang pejabat muslim pakai salam agama lain

Tolak MUI Jatim Soal Tak Boleh Pakai Salam Agama Lain, Risma: Wargaku Beragam!
Surat edaran MUI Jawa Timur yang imbuai pejabat muslim tak pakai salam agama lain. | news.detik.com

Sebelumnya, MUI Jawa Timur mengeluarkan surat edaran yang ditujukan pada seluruh pejabat pemerintahan beragama Islam agar tidak menggunakan salam agama lain di acara resmi.

Hal itu dinilai bisa merusak akidah dan masuk dalam kategori bidah. Menurut MUI Jawa Timur, penggunaan salam agama lain juga mengandung nilai syuhbat yang harus dihindari seorang muslim.

Surat edaran yag dimaksud pun sudah tersebar dan memiliki nomor surat 110/MUI/JTM/2019 yang lantas mendapatkan dukungan dari MUI Pusat.

Artikel Lainnya

Surat edaran MUI Jawa Timur yang melarang penggunaan salam agama lain bagi pejabat muslim memang menuai sejumlah kontroversi beberapa waktu terakhir.

Tak sedikit pula kepala daerah yang menanggapi salah satunya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kader PDIP itu pun dengan tegas tak bisa mengikuti arahan MUI Jawa Timur.

Dia merasa jika sebagai kepala daerah dirinya harus bisa menempatkan diri terutama di Surabaya yang memiliki masyarakat yang beragam dalam hal agama.

Tags :