Samakan Anti-Zionisme dengan Anti-Semitisme, Amerika Kaji Ulang Hubungan dengan Beberapa Negara
19 Mei 2019 by Lukyani
Amerika Serikat menyatakan perlawanannya terhadap anti-zionisme
Amerika Serikat dikenal memiliki kedekatan dengan Israel. Terbukti, AS adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Israel atau Dataran Tinggi Golan yang selama puluhan tahun menjadi sengketa dengan Suriah.
Baru-baru ini, AS memiliki rencana untuk mengkaji ulang hubungannya dengan sejumlah negara yang dinilai anti-Israel. Rencana tersebut menyusul adanya perubahan kebijakan luar negeri AS yang menyamakan anti-zionisme dengan anti-semitisme.
AS samakan anti-zionisme dengan anti-semitisme

Perubahan kebijakan luar negeri AS menyamakan anti-zionisme dengan anti-semitisme. Zionisme adalah gerakan nasional orang dan budaya Yahudi yang mendukung kedaulatan tanah air Yahudi di wilayah yang didefinisikan sebagai Tanah Israel. Zionisme inilah yang memicu terbentuknya kedaulatan Israel di wilayah Palestina.
Anti-zionisme berarti penolakan terhadap kedaultan tanah air Yahudi. Sementara itu, anti-semitisme adalah penolakan terhadap bangsa Yahudi dalam bentuk-bentuk tindakan penganiayaan atau penyiksaan sebagaimana yang dilakukan oleh Adolf Hitler terhadap bangsa Yahudi di Eropa.
Utusan khusus dari Kementerian Luar Negeri AS untuk pemantauan dan perlawanan anti-semitisme, Elan Carr, mengatakan adanya perubahan kebijakan luar negeri membuat AS harus mengkaji ulang hubungannya dengan beberapa negara.
“Amerika Serikat bersedia meninjau kembali hubungannya dengan negara mana pun dan tentu saja anti-semitisme di negara yang mempunyai hubungan dengan kami, merupakan keprihatinan yang mendalam,” ungkap Carr, dikutip dari Reuters.
Pengkajian ulang hubungan AS dengan negara anti-semit

Menurut keterangan Carr, pengkajian ulang terkait hubungan AS dengan negara anti-semit ini akan dibahas dalam tingkat bilateral. “Itu adalah sesuatu yang akan kita bicarakan dengan jujur dan terus terang di balik pintu tertutup,” ujar Carr.
Carr tidak memberikan informasi yang jelas mengenai negara-negara mana saja yang dianggap anti-semit. Tidak dijelaskan pula langkah pasti yang akan diambil oleh pemerintah AS terkait kebijakan luar negeri yang mengalami perubahan ini.
“Setiap negara memiliki tantangan diplomatik yang berbeda, situasi yang berbeda, itu nomor satu. Nomor dua, jika saya mengungkapkannya, apa yang akan kami lakukan menjadi kurang efektif,” jelas Carr.
Baca Juga: Sejumlah Siswa di India Bunuh Diri Setelah Pengumuman Hasil Ujian Sekolah
Sikap melawan anti-zionisme

Sikap AS yang menyamakan anti-zionisme dengan anti-semit ini dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Maret 2019 lalu. Anti-zionisme dinilainya bertentangan dengan keberadaan Israel sebagai tanah air bangsa Yahudi. Pompeo pun menyatakan sikapnya melawan anti-zionisme.
Terkait hal ini, sejumlah pengamat politik menilai pernyataan yang dilontarkan Pompeo ini sekadar untuk menarik perhatian para pemilih Yahudi agar mau memilih Partai Republik. Mengingat saat ini ada bebera kelompok progresif yang mendukung Palestina di Partai Demokrat.
Adapun kedaulatan Israel sudah diakui oleh 161 negara di anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meski demikian, masih ada beberapa negara mayoritas Islam yang tidak mengakui kedaulatan Israel.
Misal, Arab Saudi, Malaysia, dan Indonesia. Jika pengkajian ulang hubungan AS dengan negara yang dinilainya anti-semit akan dilaksanakan, apakah Indonesia akan termasuk dalam salah satu negara tersebut?