Puluhan Tahun Jadi 'Tong Sampah' Eropa, Kini Negara Asia Tenggara Melawan!

Negara Asia Tenggara Gerah Menjadi Tong Sampah Eropa
Pemerintah Filipina mengemas kembali sampah-sampah ilegal yang yang akan dikirim kembali ke Kanada, Jumát (31/5/2019). | www.reuters.com

Filipina dan Malaysia kembalikan puluhan ribu kontainer sampah busuk ke negara Eropa sebagai perlawanan. Bagaimana Indonesia?

Sampah memang menjadi salah satu masalah tersulit bagi suatu negara. Bahkan, negara-negara maju di Eropa juga tidak bisa mengendalikan dan mengolah sampah di negara mereka sendiri.

Akibat kesulitan ini, tidak sedikit dari negara di Eropa memilih jalur instan dengan membuang sampahnya ke negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara selama puluhan tahun. Namun, hal ini malah membuat masalah semakin parah karena semakin merusak lingkungan di Negara-Negara Asia.

Tidak ingin terus dijajah dan dijadikan tempat sampah. Beberapa negara di Asia Tenggara akhirnya melakukan perlawanan. Lalu seperti apa perlawanan yang dilakukan ya?

1.

Malaysia pulangkan 3.000 ton sampah

Negara Asia Tenggara Gerah Menjadi Tong Sampah Eropa
Menteri Energi, Teknologi, Sains, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia, Yeo Bee Yin menunjukkan ribuan ton sampah yang akan dikirim balik ke Amerika, Selasa (28/5/2019). | www.cbsnews.com

Malaysia menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang dengan tegas melawan pembuangan sampah dari negara-negara Eropa ke Asia Tenggara.

Hal ini tidak lepas dari label ‘tong sampah’ yang melekat pada Malaysia setelah puluhan tahun menerima sampah dari 14 negara, diantaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Kanada, Australia, dan Inggris.

Belum lagi, ribuan ton sampah yang dikirim ke kawasan Asia merupakan sampah ilegal dan memiliki resiko besar pada kerusakan alam. Pemerintah pun langsung mengambil langkah tegas dengan mengembalikan sekitar 3.000 ton sampah ke negara asalnya.

“Kontainer-kontainer itu dibawa secara ilegal ke dalam negara ami, dibawah deklarasi palu dan pelanggaran lainnya yang jelas melanggar hukum lingkungan kami,” tegas Menteri Energi, Teknologi, Sains, Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Malaysia, Yeo Bee Yin dikutip dari Reuters (Selasa, 28/5).

Baca Juga: Masyarakat di Wilayah Kumuh Filipina Konsumsi Makanan dari Sampah

2.

Duterte ultimatum Kanada

Negara Asia Tenggara Gerah Menjadi Tong Sampah Eropa
Ilustrasi tumpukan sampah yang menggunung. | www.narcity.com

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte juga melakukan deklarasi perang pada sampah-sampah negara Eropa yang dikirim ke negaranya.

Hal ini setelah munculnya 100 kontainer berisi sampah busuk yang berasal dari negara maju seperti Kanada dibuang ke Filipina sejak tahun 2013.

Duterte pun dengan tegas memberikan ancaman pada Kanada jika tidak segera mengambil sampah, maka dirinya akan membuang sampah itu ke perairan Kanada tanpa sisa.

“Jika Kanada tidak menerima sampah itu, kami akan menempatkannya di wilayah perairan (Kanada) atau 12 mil laut dari garis dasar pantai negara mereka,” ucap Juru Bicara Kepresidenan Filipina, Salvador Panelo.

Baca Juga: 6 Negara Ini Capai Nilai Sempurna untuk Tingkat Kesetaraan Gender. Bagaimana Indonesia?

3.

Indonesia masih menjadi ‘tong sampah’

Negara Asia Tenggara Gerah Menjadi Tong Sampah Eropa
Salah satu aliran sungai di Bekasi yang dipenuhi sampah. Indonesia tercatat sebagai negara kedua penerima sampah terbesar di dunia setelah China. | www.vice.com

Masalah sampah luar negeri ternyata juga terjadi di Indonesia. Namun, sampai saat ini pemerintah masih belum menetapkan langkah untuk menghapus label sebagai ‘tong sampah’.

Hal ini terlihat dengan beberapa tahun terakhir, posisi Indonesia masih berada dalam urutan teratas negara Asia yang menampung sampah dari berbagai negara maju dunia baik di Eropa maupun Amerika.

“Indonesia dan China adalah dua negara yang paling banyak menghasikan polusi plastik dalam tahun-tahun belakangan ini, tapi kita harus ingat bahwa banyak dari sampah plastik yang datang dari kedua negara itu dihasilkan oleh perusahaan di Eropa dan Amerika,” ucap Ocean Campaign Director Greenpeace, Jogn Hocevar dikutip dari Kompas,(21/5).

Pernyataan ini dikuatkan dengan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 yang menunjukan adanya peningkatan impor sampah plastik sebesar 141 persen atau mencapai 283.152 ton dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Artikel Lainnya

Sampah memang menjadi masalah paling kompleks di era sekarang ini. Namun, negara berkembanglah yang menjadi korban karena dipaksa untuk menjadi tempat sampah bagi negara-negara maju di Eropa.

Pemerintah Malaysia dan Filipina pun sudah menyusul China untuk mempertegas posisi dalam penanganan sampah dunia.

Semoga langkah berani juga bisa diambil Indonesia agar kelak di masa depan, alam Indonesia bisa bebas dari sampah dan lingkungan tetap baik untuk kehidupan.

Tags :