Amerika Serikat Tolak Perjanjian Atasi Masalah Sampah Plastik. Kenapa?

Sampah plastik
Sampah plastik | www.nationalgeographic.com

187 negara telah menandatangi kesepakatan pengendalian sampah plastik, Amerika menolak.

Sampah plastik adalah permasalahan global yang kini tengah menjadi sorotan dunia. Sampah plastik ini tidak hanya sangat berbahaya bagi lingkungan tetapi juga sangat mengancam keberlangsungan hidup banyak spesies, termasuk manusia.

Berbagai upaya telah dicanangkan oleh organisasi peduli lingkungan hingga pemerintah guna mengatasi masalah sampah plastik ini. Kampanye diet plastik pun semakin menyebar luas seiring masifnya informasi tentang sampah plastik ini tersebar.

1.

Perjanjian mengendalikan pembuangan sampah plastik

Sampah plastik
Sampah plastik | www.theverge.com

Beberapa waktu yang lalu sebanyak 187 negara di dunia, termasuk Indonesia, telah bersepakat untuk meneken perjanjian yang dirancang untuk mengendalikan pembuangan sampah plastik di seluruh dunia. Sayangnya, Amerika Serikat justru menolak rencana ini dan tidak turut serta menandatangani perjanjiannya.

Keputusan Amerika ini sangat disayangkan karena masalah sampah plastik sudah memasuki tahap yang sangat mengkhawatirkan. Sampah plastik kini bisa ditemui di hampir setiap sudut di dunia, mulai dari puncak gunung hingga di dasar lautan. Bahkan, sampah plastik pun bisa ditemukan di Kutub Utara dan di dalam perut seekor ikan paus yang telah mati karena terlalu banyak menelan sampah.

Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan, PBB pun berinisiatif mengajak warga dunia untuk mengamandemen Konvensi Basel dengan memasukkan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang ke dalam konvensi tersebut. Amandemen Konvensi Basel ini akan mulai diberlakukan pada tahun 2020 mendatang.

2.

Amerika akan terpengaruh keputusan global

Sampah plastik
Sampah plastik | www.plasticsnews.com

Adapun Konvensi Basel merupakan perjanjian yang mengendalikan pergerakan sampah dan limbah beracun dari suatu negara ke negara lain, terutama dari negara maju ke negara berkembang. Konvensi Basel sebenarnya sudah ada dan ditandatangani sejak tahun1983.

“Limbah plastik diakui sebagai salah satu masalah lingkungan paling mendesak di dunia, dan fakta bahwa pekan ini hampir 1 juta orang di seluruh dunia menandatangani petisi yang mendesak pihak-pihak Konvensi Basel untuk mengambil tindakan di Jenewa dalam COP (Conference of the Parties to the Basel Convention) adalah tanda bahwa kesadaran dan keinginan publik untuk bertindak tinggi,” ujar Rolph Payet, Sekretaris Eksekutif UN Environment, dilansir oleh IFL Science.

Saat ini Amerika memang belum sepakat terkait perjanjian ini, namun karena ini adalah keputusan global, maka Amerika pun akan terpengaruh oleh keputusan tersebut ketika berhadapan dengan negara-negara yang menjadi bagian dari konvensi. Salah satunya adalah Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor sampah.

3.

Harapan untuk Konvensi Basel

Sampah plastik
Sampah plastik | www.oceanicsociety.org

Ide perjanjian yang baru ini bermula di tahun 2018 saat Cina memutuskan untuk tidak lagi mengimpor sampah potongan plastik non-industri dari AS maupun dari negara lain. Keputusan Cina ini akhirnya memicu perancangan undang-undang serupa yang membatasi impor plastik ke berbagai negara Asia Tenggara.

Konvensi Basel ini sangat diharapkan mampu melindungi semua negara dari ekspor sampah plastik. Konvensi ini pun akhirnya menjadi harapan warga dunia untuk mengurangi sampah plastik yang saat ini tersebar di lautan yang saat ini diperkirakan ada 100 juta ton sampah plastik di seluruh dunia.

Artikel Lainnya

Konvensi Basel ini merupakan langkah penting dalam upaya penanganan masalah sampah plastik di seluruh dunia. Sudah seharusnya setiap negara berkontribusi dan mendukung upaya ini karena kepentingan yang dibawa Konvensi Basel pun merupakan kepentingan seluruh manusia di bumi.

Tags :