Ungkap KDRT yang Dialami, Pria Ini Diperkosa dan Disiksa Sang Istri Selama Bertahun-tahun

Ilustrasi kekerasan terhadap pria | unsplash.com

Laki-laki juga bisa jadi korban kekerasan domestik!

Sebagian besar korban kekerasan domestik adalah perempuan dan anak perempuan. Kekerasan terhadap pasangan atau anggota keluarga laki-laki jarang terjadi dan jarang pula dibicarakan. Akibatnya, kekerasan domestik terhadap pria di beberapa negara dianggap persoalan tabu sehingga korban harus menanggung bebannya sendiri.

1.

Pengalaman seksual korban bersama pelaku

Ilustrasi kekerasan terhadap pria | www.standard.co.uk

Kepada BBC, seorang pria asal Ukraina yang tidak disebutkan identitasnya ini membagikan kisahnya sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pria tersebut mengatakan hubungannya dengan sang istri tampak baik-baik saja. Mereka memiliki banyak teman, banyak uang, mereka pun sering berlibur bersama dan tampak selalu harmonis.

“Saya tidak takut dengannya ketika kami bepergian, dia tidak akan menyakiti saya di hadapan orang lain. Yang paling saya hindari adalah ketika saya bersamanya sendiri” dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Ditinggal Halalbihalal dan Bekerja, 2 Balita di Pasuruan Tewas Terpanggang Dalam Mobil!

Pria itu menyebut ia dan sang istri, Ira, telah menjalin hubungan sejak usia mereka masih awal 20an. Pengalaman seksual pertama kali pun ia lakukan bersama Ira. Saat itu, ia memang ingin berhubungan seksual dengan Ira namun ia mengaku merasakan sakit setelah berhubungan seks.

“...Saya memang ingin melakukannya namun itu tidak normal. Rasanya sakit dan agresif. Hubungan seksual pertama kami berlangsung sekitar lima jam dan saya merasa sakit setelahnya”

2.

Korban dipukul dan dicakar

Ilustrasi kekerasan terhadap pria | wefixbrains.com

Hubungan seks bersama pasangan yang seharusnya menyenangkan justru tidak dirasakan pria tersebut. Pada awalnya, ia selalu mengiyakan untuk berhubungan dengan seks dengan Ira namun ketika ia mengatakan “tidak”, Ira tetap memaksanya untuk berhubungan.

“Dalam waktu singkat saya bilang ‘tidak’. Itu tidak menghentikannya dan saat itulah hubungan seks kami berubah menjadi pemerkosaan”.

Baca Juga: Viral 2 Polisi Adu Jotos Lawan Orang Dengan Gangguan Jiwa Gara-Gara Mudik

Suatu ketika, pria tersebut pergi ke luar negeri untuk kepentingan pekerjaan dan ia mengajak Ira untuk ikut dengannya. Saat ia pulang dari bekerja dan ingin beristirahat, Ira justru kerap memaksanya untuk berhubungan seks.

“Saya menyetujuinya satu kali, dua kali. Ia lalu berkata, ‘Saya ingin, saya butuh, jadi kamu harus. Ayolah, saya sudah menunggu lama’”.

Ketika pria itu menolak, Ira memukul hingga mencakarnya sampai berdarah. “Ia lalu memukul saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mencakar saya sampai saya berdarah. Ia juga menonjok saya...”.

3.

Menikah dengan terpaksa

Ilustrasi kekerasan terhadap pria | www.thehummusnews.com

Setelah merasa hubungannya dengan Ira kian memburuk, pria tersebut sempat mencoba menghindar dan melahirkan diri dari Ira. Namun Ira selalu mendatanginya dan mencoba meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ia akhirnya menyerah dan kembali pada Ira. Tak berhenti di situ, Ira pun memaksanya untuk menikah. Mereka akhirnya menggelar pernikahan meski sang pria sebenarnya tidak menginginkan pernikahan tersebut.

Baca Juga: Demi Miliki Motor Matik, Pemuda di Jepara Bunuh Gadis Yatim Piatu Usai Salat

Selama menjalani kehidupan rumah tangga, Ira menjadi pasangan yang overprotektif. Ira pun kerap memukul dan berteriak setiap kali suaminya melakukan kesalahan.

Bertahun-tahun menjalani hubungan yang mengerikan, pria tersebut akhirnya menemukan jalan keluar. Ia menemukan terapis keluarga yang mampu memberikan dukungan untuknya. Ia dan Ira pun mendatangi terapis tersebut.

“Itulah ketika saya pertama kali bicara tentang penyiksaan bagi saya. Ia sangat marah lalu berteriak kepada saya dan menyangkal semuanya”.

4.

Sulit mendapatkan bantuan

Ilustrasi kekerasan terhadap pria | domesticviolence.org

Setelah mendatangi terapis, Ira yang merasa sangat kesal mengusulkan untuk bercerai. Kesempatan itu pun dimanfaatkan dengan baik agar ia bisa segera keluar dari hubungan yang menyiksanya ini.

“Hari paling bahagia dalam hidup saya adalah ketika saya mendapat surat resmi perceraian sebulan kemudian. Beberapa hari setelah bercerai, saya berteriak, ‘Kamu memerkosa saya!’ kepada Ira”.

Pria itu pun akhirnya kembali ke rumah orangtuanya. Ia membatasi kontak dengan Ira. Bahkan ia pun meninggalkan pekerjaannya karena takut Ira akan mengikutinya.

Sebelumnya, pria tersebut merasa kesulitan untuk menemukan bantuan. Ia ragu untuk mengungkapkan kisahnya ini pada keluarga dan teman namun ia pun kesulitan untuk mencari profesional yang tepat dan bisa mengerti.

“Psikoterapis pertama saya yang saya temui di Ukraina mencemooh saya, ‘Itu tidak mungkin terjadi. Ia perempuan dan kamu laki-laki’. Jadi saya berpindah-pindah ke enam spesialis dan akhirnya saya mendapatkan bantuan”.

Artikel Lainnya

Kisah korban KDRT ini membuktikan bahwa tindak kekerasan bisa menyasar siapa saja. Bahkan laki-laki korban KDRT pun mengalami masalahnya tersendiri. Mereka kesulitan menemukan bantuan karena akan banyak pihak yang meragukan pengakuannya.

Tags :