Pemilu 2019 di Luar Negeri Diwarnai Berbagai Kisruh dan Kisah Unik, Ada Apa Sebenarnya?
15 April 2019 by Talitha FredlinaApakah bentuk upaya kecurangan?
Masyarakat Indonesia sedang berada dalam suasana pesta demokrasi yang meriah di minggu ini. Tak terkecuali para WNI yang berada di luar negeri, mereka pun turut meramaikan pesta demokrasi dengan menggunakan hak pilihnya di negara tempat mereka berada.
Tercatat, pemilu Indonesia 2019 ini diselenggarakan di 130 kota yang tersebar di luar negeri. Pemungutan suara pun dilakukan pada tanggal 8 – 14 April, sebelum pemungutan suara di Indonesia yang dilangsungkan pada 17 April mendatang.
Meski sudah dipersiapkan sejak cukup lama, namun momen pemungutan suara di luar negeri ternyata masih diwarnai beberapa keributan dan kendala-kendala yang membuat WNI sulit menggunakan hak pilihnya.
Di Sydney, terdapat beberapa pemilih yang ‘terpaksa golput’ karena tidak mendapat kesempatan memilih akibat TPS yang ditutup pada pukul 18.00. Memang penutupan ini dilangsungkan sesuai jadwal pemungutan suara yakni pukul 08.00 hingga 18.00.
Meski begitu, ternyata terdapat banyak WNI di Australia yang masih mengantri di luar gedung saat pintu gedung ditutup pada pukul 18.00. Hal ini tentu saja memicu keributan karena pemilih yang merasa kecewa tidak dapat memilih.
Kini, sedang dipertimbangkan untuk dilaksanakan pemungutan suara ulang di Sydney meski masih menunggu rekomendasi dari Bawaslu dan KPU.
Lain halnya di Kuala Lumpur, Malaysia. WNI di negara tetangga tersebut tumpah ruah dan membludak di tiga lokasi TPS. Pasalnya, TPS di Kuala Lumpur dipangkas drastis dari 255 lokasi TPS menjadi tiga TPS saja. Imbasnya, tiga titik tersebut dipenuhi oleh pemilih yang berdesakan hingga pingsan.
Padahal DPT Kuala Lumpur merupakan lumbung suara WNI terbesar di luar negeri dengan jumlah 558.873 orang yang terdaftar.
Selain di dua lokasi yang alami masalah saat hari pemungutan suara, LPPN Frankfurt Jerman pun sempat diterpa isu miring akibat beredarnya video para pemilih yang mencoblos di luar bilik suara. Isu ini telah diklarifikasi langsung oleh LPPN Frankfurt lewat website resminya.
Di Belanda, WNI pun sempat alami kebingungan lantaran surat suara mereka yang sudah tercoblos justru diretur akibat kesalahpahaman dengan pihak pos Belanda.
Bagaimanapun, kita juga patut melihat penyelenggaraan pemungutan suara yang berjalan lancar di berbagai kota dan negara lain. Seperti pemilu di Korea Utara yang berjalan lancar dengan 24 pemilih dan 100 persen angka partisipasi.
Di London, Zagreb dan Brussels, pemilu pun berjalan tertib dan lancar dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi. Meski antrian panjang dan mengular, namun para pemilih dapat menyumbangkan suaranya tanpa diwarnai kericuhan.
Semoga berbagai kendala yang ditemui dalam pemilu 2019 ini bisa lekas diatasi dan tidak mempengaruhi pemilu di dalam negeri ya.