Mengungkap Rahasia Warga Kulon Progo, Bisa Foya-foya Listrik Cuma Bayar Rp12 Ribu Per Bulan

Ilustrasi
Ilustrasi | unsplash.com

Kira-kira apa ya rahasianya?

Rejo Handoyo (50), seorang warga di Dusun Kedungrong, Desa Purwoharjo, Kulon Progo, DI Yogyakarta membagikan rahasianya bisa nikmati listrik sepuasnya hanya dengan membayar Rp12 ribu saja selama satu bulan. Ia mengungkapkan jika beberapa tahun terakhir, warga setempat memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebagai sumber aliran listrik mereka.

Meski telah ada sejak 2012 silam, hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih bertahan dengan dua jaringan listrik, yakni dari PLN dan PLTMH. Sehingga, masih sangat sedikit masyarakat yang akhirnya memutuskan untuk menggunakan PLTMH secara penuh.

1.

Cikal bakal dari KKN UGM

Ilustrasi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro | m.kumparan.com

Awal mula terbentuknya pembangkit listrik terbarukan ini ialah ketika mahasiswa KKN UGM di tahun 2011, membuat program kincir air. Sayangnya program tersebut gagal.

Setahun kemudian, program PLTMH kembali diusung oleh tim KKN dari UGM dan berhasil mengeluarkan listrik yang dimanfaatkan warga sebagai penerangan jalan. Hanya saja listrik yang dihasilkan hanya bertahan beberapa bulan saja. Pembangkit pun kembali mengalami kerusakan.

Lalu di tahun yang sama, Dinas PU ESDM pun datang ke dusun tersebut, dan dibangunlah pembangkit listrik mikro hidro. PLTMH sendiri merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan arus air di saluran irigasi dari Sungai Progo. Dimana arus itu melintang melewati dusun Kedungrong.

2.

Pengalaman berperan besar

Ilustrasi
Rejo, Warga Dusun Kedungrong | m.kumparan.com

Selanjutnya kala itu, Rejo pun ditunjuk untuk mengikuti sebuah pelatihan di Bandung, Jawa Barat. Di sanalah ia dibekali beragam ilmu terkait PLTMH, dari cara kerja mesin hingga perbaikan. Sehingga seusai pelatihan, ialah yang akhirnya dipilih sebagai penanggung jawab untuk mengoperasikan mesin dan merawatnya.

Ia pun sempat kewalahan dan merasa pelatihan singkat yang ia ikuti masih belum cukup untuk mendalami kinerja PLTMH. Bahkan di awal-awal, ia sampai harus merelakan beberapa barang elektronik miliknya jadi korban percobaan tegangan listrik yang belum stabil. Alhasil, berbekal pengalaman itulah ia akhirnya bisa mahir mengoperasikan pembangkit listrik tersebut.

"Karena saya korban TV sama speaker aktif itu makanya warga banyak yang takut untuk pakai PLTMH. Tapi pelan-pelan kami kasih pengertian, kalau sekarang listriknya sudah stabil sehingga hampir semua warga sekarang pakai mikro hidro,” ujar Rejo (50), dikutip dari Kumparan (22/2/21).

3.

Buah dari kesabaran

Ilustrasi
Rejo, Warga Kedungrong | m.kumparan.com

PLTMH Dusun Kedungrong mungkin terbilang satu dari sedikit pembangkit listrik tenaga terbarukan yang masih bertahan hingga saat ini. Padahal teknisi pengelolanya hanyalah Rejo dan Widiarto. Merekalah yang setiap sorenya rajin membersihkan pembangkit tersebut dari sampah-sampah yang menyangkut di mesin. Keduanya pula yang bertugas merawat hingga memperbaiki mesin jika rusak secara sukarela.

"Kalau ditanya kenapa mau, saya juga enggak tahu. Karena di rumah saya juga memakai listrik sesuka saya,” ujarnya seperti dikutip dari Kumparan (22/2/21).

Rejo sendiri menuturkan bahwa untuk menjalankan program-program sejenis ini, tentu diperlukan orang-orang yang memang ikhlas tanpa memikirkan imbalan yang didapat.

Artikel Lainnya

Rejo merupakan satu dari warga Dusun Kedungrong, yang akhirnya beralih menggunakan PLTMH sebagai sumber aliran listrik secara penuh. Ia seringkali menggunakan beragam macam peralatan elektronik di rumahnya, dan tak khawatir jika tagihan listriknya membengkak.

Tags :