‘Dokter Cantik’ Reisa: Strategi Jitu Pemerintah Biar Masyarakat Lebih Adem dan Taat Aturan Penanganan Covid-19?
10 Juni 2020 by Boy N.Biar masyarakat lebih nurut dan nggak bandel lagi?
Sore kemarin (8/6/2020), ada yang sedikit lain dari biasanya di layar televisi saat tim Gugus Tugas Covid-19 menyampaikan konferensi pers. Kolonel CKM dr. Ahcmad Yurianto memperkenalkan wajah baru yang mengisi tim komunikasi Gugus Tugas Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro.
Dokter Reisa muncul saat penyampaian informasi update kasus Covid-19 yang biasanya dituturkan oleh Achmad Yurianto. Mungkin sebagian publik sudah mengenal paras dokter berusia 34 tahun ini melalui beberapa tayangan program televisi lokal atau akun media sosialnya. Namun kehadirannya sebagai salah satu juru bicara cukup mengejutkan dan sempat ramai di jagat maya.
Siapakah dr. Reisa Broto Asmoro?
Dilansir dari Tempo.co (9/6/2020), dr. Reisa sudah mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak mengisi acara DR Oz Indonesia tahun 2013 silam. Perempuan kelahiran Malang, 28 Desember 1985 ini merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan dan Universitas Indonesia.
Usai menamatkan pendidikan, ia berkarir sebagai dokter Rumah Sakit Polri Raden Said Soekanto Kramat Jati sebagai ahli forensik. Uniknya, karirnya justru berawal di dunia hiburan semenjak masing di bangku SMA ketika mengikuti ajang pemilihan gadis sampul hingga menjadi model di sejumlah majalah serta iklan di Indonesia dan Asia.
Baca Juga: Paket Komplit, 6 Jebolan Puteri Indonesia Ini Ternyata Seorang Dokter
Tahun 2010, ia menempati peringkat kedua di ajang Puteri Indonesia mewakili provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gelar sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2010 pun diterimanya dalam kontes tersebut.
Setahun berikutnya, ia turut serta dalam ajang Miss International 2011 mewakili Indonesia yang diselenggarakan di Tiongkok.
Baca Juga: 5 Selebriti Tanah Air Ini Jebolan Kontes Kecantikan
Nama Broto Asmoro baru disematkan setelah ia dipersunting seorang bangsawan asal Surakarta tahun 2012. Sebelumnya, ia dikenal dengan nama Reisa Kartikasari.
Saat ini ia masih sibuk mengisi jadwalnya yang padat di antaranya praktik di Klinik JMB Jakarta Selatan dan rutin menjadi pembicara dalam seminar-seminar kesehatan nasional serta beragam kegiatan sosial.
Kenapa dr. Reisa Ditunjuk sebagai Jubir Penanganan Covid-19?
Kehadiran dr. Reisa sebagai anggota baru tim komunikasi penanganan Covid-19 mengundang teka-teki; kenapa ia yang ditunjuk? Belum ada keterangan resmi baik dari pemerintah atau tim Gugus Covid-19 sampai artikel ini ditulis.
Achmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah bidang kesehatan pun seolah enggan memberikan keterangan. Ia menyarankan ke media supaya menanyakan langsung ke timnya (Kompas, 8/6/2020). Ia hanya berkomentar singkat bahwa edukasi masyarakat adalah hal utama yang harus dilakukan.
Kalau melihat rekam jejak dr. Reisa selama ini, ia memang sering dianggap sebagai ‘bukan dokter biasa’. Ia pernah menjadi salah satu anggota Disaster Victim Identification (DVI) korban kecelakaan pesawat Sukhoi dan bom teroris.
Selain itu, sang dokter juga aktif di media sosial menyuarakan anjuran untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan, mengenakan masker, dan menaati setiap protokol penanganan Covid-19.
Sebelumnya cukup santer kabar perihal fit and proper test dokter ini yang melibatkan sejumlah pejabat inti pemerintah. Jika benar, maka alasan penunjukannya sebagai salah satu juru bicara tim komunikasi jelas tidak sembarangan.
Baca Juga: Punya Gelar Master, Wanita Cantik Ini Pulang Kampung Pilih Jadi Petani
Support dan Optimisme untuk dr. Reisa
Nampaknya kehadiran sang dokter disambut hangat oleh publik terutama di dunia maya. Fakta bahwa dr. Reisa sarat pengalaman di bidang komunikasi adalah salah satu sorotan. Dengan makin tingginya risiko penularan di saat PSBB mulai dilonggarkan, jangan sampai semua himbauan dan edukasi kian terabaikan.
Salah satu akun twitter dengan username @selphieusagi berpendapat; terkadang isi pesan tidak bisa diterima dengan baik karena cara penyampaiannya yang kurang benar. Itulah yang menyulitkan cara memberikan pengertian ke orang-orang terkait bahaya Covid-19.
Nah, kalau dr. Reisa yang ngomong, ia optimis warga akan lebih mendengarkan. Tambahnya, cara berkomunikasi dokter ini diacungi jempol.
Testimoni lain pun bermunculan menyiratkan dukungan dan optimisme dengan ditunjuknya dr. Reisa sebagai anggota tim komunikasi Gugus Tugas Covid-19.
Semua bentuk dukungan dan optimisme itu tentunya sangat baik. Di saat ancaman Covid-19 masih eksis sedangkan situasi di beberapa daerah mulai mengendor, kita butuh strategi baru untuk saling menyadarkan dan merekatkan solidaritas di antara masyarakat.
Nah, kehadiran sosok dr. Reisa ini diharapkan mampu mewujudkan energi baru yang menguatkan kinerja tim Gugus Tugas dan masyarakat.
Baca Juga: Kompak Banget! 7 Artis Cantik Ini Tampak Seumuran dengan Anaknya
Sayangnya, terlepas dari portofolio dan rekam jejak kemampuan sang dokter, selalu ada respons yang kurang relevan dan terkesan konyol. Ya, apalagi kalau bukan mengomentari penampilan bu dokter.
Banyak orang yang berkomentar soal paras cantiknya, dan bahkan sengaja membandingkan dengan penampilan juru bicara sebelumnya yang terkesan kaku dan membosankan.
Kita membutuhkan sosok dengan pengalaman dan skill yang berdampak positif pada tujuan penanganan Covid-19. Dan kebetulan dr. Reisa memenuhi persyaratan tersebut.
Barangkali ada yang berpendapat bahwa kebetulan saja sang dokter ini perempuan dan ‘good looking’. Toh, yang dibutuhkan adalah kemampuannya, ‘kan?
Namun, kita juga sulit berkelit dari kenyataan hidup dalam dominasi sudut pandang patriarkis, yang ketika menyoroti sosok perempuan cenderung dilihat dari penampilannya saja.
Buktinya, temukan sendiri komentar-komentar khas cowok terkait penunjukan dr. Reisa. Terjadi simplifikasi bahwa kalau yang ngomong itu orang cantik pasti akan lebih didengarkan. Minimal ya mau menyimaknya.
Baca Juga: Dikira Operasi Plastik, 15 Wanita Cantik Ini Ternyata Hanya Gunakan Makeup. Bikin Pangling!
Namun, harus diakui pula kalau pengangkatan dr. Reisa ini adalah strategi jitu di tengah kekhawatiran bakal semakin tidak patuhnya masyakat pada aturan New Normal.
Entah ada hubungannya atau tidak, keputusan menunjuk dr. Reisa sebagai juru bicara Gugus Tugas Covid-19 ini mirip dengan kebijakan pemerintah Thailand mengangkat Panprapa Yongtrakul, Miss Thailand 2018, sebagai asisten juru bicara satgas Covid-19 di negeri itu.
Apakah ini upaya meneduhkan dan membikin masyarakat terkait penyampaian kabar-kabar terbaru terkait Covid-19? Hal itu biarlah jadi pemerintah dan Tuhan yang tahu. Poinnya, yang kita butuhkan adalah penanganan Covid-19 yang lebih baik.
Bukan sekadar bagaimana cara menyampaikan perkembangannya. Kalau dari penanganannya sudah bagus, tentu tidak akan ada beban untuk mengabarkannya, bukan?