Angkat Keluarga jadi Pejabat, 4 Presiden Ini Diduga Lakukan Nepotisme
31 Juli 2019 by Lukyani
Preisden Indonesia juga diduga pernah melakukan praktik nepotisme
Belum lama ini, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengumumkan bahwa ia akan mengangkat anaknya sebagai duta besar Brasil untuk Amerika Serikat. Sang putra, Eduardo Bolsonaro, saat ini pun masih menjabat sebagai anggota kongres federal. Eduardo mengatakan kepada wartawan ia akan menyetujui pencalonan sebagai duta besar tersebut.
Pengangkatan anggota keluarga sebagai pejabat pemerintahan memang bukan suatu hal yang baru. Mantan Presiden Indonesia, Soeharto, juga pernah melakukan praktik nepotisme semacam ini.
Ia mengangkat putrinya, Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto, sebagai Menteri Sosial di tahun 1998. Selain Soeharto dan Bolsonaro, berikut adalah beberapa presiden yang mengangkat anggota keluarga sebagai pejabat.
Donald Trump

Presiden AS Donald Trump mengangkat sang menantu, Jared Kushner, sebagai penasihat senior Gedung Putih. Kursi ini diserahkan Trump kepada Kushner setelah suami Ivanka Trump ini berhasil lolos ke Gedung Putih dengan cara yang resmi.
Pengusaha properti sekaligus penerbit majalah ini menjadi anggota termuda Gedung Putih. Kushner dengan jabatannya sebagai penasihat senior akan bekerja sama dengan Kepala Staf Gedung Putih, Reince Priebus, serta Kepala Strategis, Steve Bannon.
Sebenarnya tindakan Trump ini terbilang melanggar undang-undang federal, yakni Presiden AS tidak diperbolehkan mengangkat kerabat atau keluarganya di lingkungan pemerintahan. Meski demikian, Trump tetap melakukan praktik nepotisme. Tak hanya Kushner, Ivanka Trump pun bahkan diangkat sebagai penasihat kepresidenan.
Baca Juga: Tak Ingin Jadi Pejabat, Ahok Sebut Karier Politiknya Sudah Tamat
Recep Tayyip Erdogan

Sama seperti Trump, Presiden Turki Erdogan mengangkat menantunya, Berat Albayrak, sebagai Menteri Keuangan. Sebelumnya, Albayrak pun sudah dipilih sebagai Menteri Energi di tahun 2015. Dikutip dari BBC, Albayrak akan menggantikan Mehmet Simsek yang menjabat sebagai Perdana Menteri di pemerintahan sebelumnya.
Selama kampanye, Albayrak pun setia mendukung kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh Erdogan. Albayrak pun mengatakan bahwa nilai mata uang Turki yang mengalami penurunan dratis merupakan hasil operasi pihak asing yang bertujuan menghancurkan pemerintah Turki.
Baca Juga: Diduga Akan Berduet Sama Ahok, Sandiaga Uno Dipersilahkan Gabung PDIP
Gurbanguly Berdymukhammedov

Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdymukhammedov, mengangkat putranya sebagai wakil Menteri Luar Negeri. Sedar Berdymukhammedov sebelumnya menduduki kursi Komite Hukum parlemen sejak tahun 2017.
Sebelum Serdar bergabung sebagai anggota parlemen di tahun 2016, ia merupakan Kepala Divisi Informasi Kementerian Luar Negeri. Beberapa pengamat pun mengomentari pengangkatan Sedar sebagai rencana Gurbanguly untuk mengangkat sang putra sebagai presiden kelak.
John F. Kennedy

John F. Kennedy pernah menunjuk adiknya, Robert Kennedy, sebagai Jaksa Agung di tahun 1961 hingga 1964. Tidak hanya itu, Robert juga bertugas sebagai penasihat politik bagi Kennedy. Keputusan Kennedy untuk memilih Robert ini menuai banyak kontroversi, mengingat Robert masih berusia muda dan belum memiliki pengalaman yang mumpuni.
Akhirnya Robert pun mampu memperlihatkan kemampuannya dan ia pun berhasil mendapat banyak pujian karena aksinya membela hak asasi, serta memberikan akses untuk kaum miskin mendapatkan hak hukum mereka yang kerap diabaikan.
Itulah empat presiden yang diduga melakukan praktik nepotisme. Alih-alih memilih seseorang yang memang memiliki kapasitas yang mumpuni, para presiden tersebut lebih memilih kerabat terdekatnya. Jika dibiarkan, praktik nepotisme ini bisa menjadi “racun” bagi pemerintahan itu sendiri.