Ramadan di Jepang 101: Suasana, Tantangan, dan Trik Jalankan Puasa

puasa di Jepang
Challenging | keepo.me

Suasana baru dan penuh tantangan

Ramadan menjadi bulan yang sangat dinantikan oleh umat muslim di seluruh dunia. Keistimewaan dan gelimang pahala membuat suasananya selalu dirindukan. Indonesia sendiri, nuansa Ramadannya bisa terbilang cukup heboh.

Hal inilah yang bakal dirindukan saat kamu menjalani ibadan selama Ramadan di luar negeri. terlebih lagi di Jepang. Berbaur dengan banyak orang yang semakin homogen, kamu tidak akan mudah mendapati muslim dan muslimah lain semudah di tanah air.

Supaya ibadah di bulan suci selama di Jepang bisa tetap lancar, alangkah baiknya kamu mengetahui serba-serbinya. Gambaran suasana, tantangan dan trik ini bakal sangat membantumu.

Tidak akan mendapati suasana seperti yang ada di tanah air

puasa di Jepang
Beda suasana | unsplash.com

Saat sahur, di daerah pedesaan terdengar banyak pemuda yang berkeliling membangunkan warga dengan suara bedugnya. Teriakan “Sahur, sahur!” diikuti dengan suara speaker masjid yang menggema jadi alarm yang membangunkan umat muslim untuk menyegerakan sahur.

Menjelang berbuka, di beberapa ruas jalan mulai dipadati karena berubah menjadi bazaar takjil. Magrib jadi makin syahdu, apalagi saat masuk ke waktu tarawih.

Hari kemenangan yang jatuh pada 1 Syawal menjadi gong yang membuat bulan ini jadi semakin semarak. Banyak yang berbondong-bondong pulang untuk bisa berkumpul dengan keluarga. Tapi hal ini nggak bakal kamu alami saat menghabiskan Ramadan di Jepang.

Minoritas dan perbedaan ambience

puasa di Jepang
Minoritas | unsplash.com

Dengan mayoritas penduduknya yang berkeyakinan Shinto dan Buddha, Islam menjadi minoritas di Jepang. Menariknya dengan toleransi yang sangat tinggi baik dari dari institusi negara maupun penduduknya Jepang sendiri, masyarakat Jepang sangat menghargai dan memberikan kebebasan untuk menjalankan puasa Ramadan bagi setiap muslim.

Hanya sedikit hambatan yang biasanya dihadapi dalam menjalankan puasa di Jepang. Terutama soal musim, kondisi cuaca, dan lingkungan yang nuansanya sangat berbeda dengan di Indonesia. Mungkin ini yang membuat harimu terasa berat.

Hikmah dan makna berpuasa sebenarnya tidak hanya menahan haus dan lapar. Tetapi juga menahan diri dan hati dari emosi dan segala sesuatu yang membatalkan puasa seja terbit fajar sampai tenggelamnya matahari.

Oleh karena itu, walaupun suasana Ramadan terasa berbeda, hikmah dan makna puasa Ramadan di Jepang pada dasarnya sama dengan di mana pun di muka bumi ini.

Baca juga: Cara Belajar Bahasa Jepang Dasar untuk Pemula

Kondisi cuaca di Jepang

puasa di Jepang
Tergantung bulan | unsplash.com

Berbeda dengan Indonesia, Jepang adalah negara empat musim. Pada musim dingin, siang lebih pendek dibandingkan malam. Ini kebalikan dari musim panas. Pada 2019 ini, Ramadan jatuh pada 4 Juni 2019. Di momen ini, Jepang sedang peralihan dari musim semi ke musim panas.

Cuaca tidak terlalu lembap dan terbilang masih sejuk. Dengan suhu rata-rata 20 derajat Celcius, kamu masih bisa bertahan menahan lapar dan dahaga selama 16 jam. Durasinya lebih panjang daripada di Indonesia. Kamu harus sudah sahur sebelum subuh yang jatuh pada pukul 2:30 dan berbuka pada 19:00 waktu setempat.

Di cuaca yang lebih dingin, keinginan untuk makan bakal lebih banyak dari biasanya. Inilah tantangan yang harus dihadapi saat berpuasa selama di Jepang. Bau olahan seafood segar yang menggoda harus ditahan hingga Magrib tiba.

Baca juga: Urban Legend dari Hantu Jepang Terseram

Sekilas tentang budaya Jepang

puasa di Jepang
Toleransi | unsplash.com

Sudah bukan jadi rahasia jika Jepang adalah negara maju yang menjunjung tinggi kedisiplinan. Waktu belajar maupun bekerja selalu diiringi dengan etos kerja tinggi. Hal ini yang membuatmu dituntut untuk tetap profesional walau sedang beribadah puasa. Tidak ada pengecualian dengan bulan biasanya.

Kamu pun harus pandai menahan hasrat untuk makan dan minum. Di Jepang tidak ada yang namanya tempat makan ditutup bagian depannya untuk menghargai yang berpuasa. Pemilik bisnis kuliner bakal tetap menjajakan jualannya di jam operasional biasanya.

Baca juga: Lokasi yang Paling Angker di Jepang

Suasana Ramadan di Jepang

puasa di Jepang
Berbeda jauh | unsplash.com

Suara azan Subuh dan Magrib tidak akan kamu dapati saat di Jepang. Warga dan budayanya yang lebih menyukai ketenangan tidak memungkinkan bagimu untuk merasakan suasana yang sama dengan di tanah air. Jumlah masjid pun bisa dihitung dengan jari.

Jangan menjadikan perbedaan ini sebagai penurun semangat saat beribadah. Kamu bisa menebalkan iman dengan rajin mendengarkan siraman rohani dari media sosial.

Dengan akses internet kencang di jepang, mendengarkan materi dakwah hingga tilawah bisa dilakukan selama smartphone-mu bisa berfungsi. Supaya rasa rindu kepada kampung halaman bisa terobati, kamu bisa mendatangi masjid dan KBRI di Jepang untuk bertemu dengan sesama orang Indonesia.

Artikel Lainnya

Demikian sekilas mengenai kondisi Ramadan di Jepang. Walaupun tidak semeriah di tanah air, bulan baik ini akan tetap meninggalkan kesan tersendiri. Bakal jadi sebuah pengalaman yang indah dan tidak terlupakan dari Negara Sakura!

Tags :