10 Film Horor Slow-Burn yang Bikin Terngiang-ngiang 7 Hari 7 Malam
03 April 2019 by Dwi Ayu SilawatiBerani nonton malam ini?
Biasanya, film horor identik dengan efek kejut atau yang biasa dikenal dengan jumpscare. Bisa dibilang jumpscare adalah nadi dari film horror tersebut. Tanpa itu, film horor nggak bakal sukses dan disukai penonton.
Padahal dengan semakin berkembangnya industri perfilman dan juga inteligensi penonton, kini orang nggak mudah ditakuti hanya dengan jumpscare dan efek makeup menyeramkan. Salah satu cara ampuh untuk membuat film horor adalah permainan emosi.
Genre yang muncul sekarang adalah slow-burn horror, yaitu film yang membangun ketakutan serta teror secara perlahan. Mau tahu apa saja film bergenre slow-burn horror yang nggak membuatmu nyesel nonton?
Get Out, menandai kebangkitan genre slow-burn horror yang sempat ditinggalkan
Sebenarnya sebelum Get Out sudah ada beberapa film horror slow-burn yang dirilis. Setelah Get Out sukses di pasaran, makin banyak orang ketagihan menonton film horor terseram dengan plot lambat dan sentuhan psikologi yang mengaduk-aduk emosi.
Get Out mengisahkan seorang pria kulit hitam yang berpacaran dengan seorang wanita kulit putih. Saat ia diminta hadir dalam acara keluarga sang kekasih, ia menemukan banyak keganjilan di rumah tersebut. Kerennya penonton dikecoh dengan dialog aneh, hingga tak sadar bahwa bahaya mengancam si lakon utama.
Hereditary, film rilisan A24 yang paling sering dibicarakan selain Lady Bird
Setelah suksesnya Lady Bird di ajang Golden Globes 2018 lalu, orang mulai membicarakan A24. Sebuah perusahaan distributor film indie yang dikenal sering memproduksi film progresif. Salah satu film horor Hollywood terbaik yang pernah mereka gawangi adalah It Comes At Night.
Sontak ketika Hereditary diumumkan, banyak orang yang penasaran akan film horor terseram ini. Seakan menjawab ekspektasi penonton, film horor-psikologi ini berhasil membawa penonton menyelami cerita suram sebuah keluarga yang tinggal di sebuah rumah di kawasan terpencil.
Sejak awal, nuansa suram sudah menggema dari tempat tinggal mereka. Diawali dengan kematian sang nenek, kemudian berlanjut ke hal-hal ganjil dan disturbing lainnya yang bikin penonton begidik.
The Witch, film yang terlupakan di 2016
Pada 2016, selain Split, Anya Taylor-Joy sebenarnya juga berperan dalam film horor yang berjudul The Witch. Film slow-burn horror ini mengajak penonton masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga petani di abad ke-17 yang memilliki lima orang anak.
Suatu hari, anak bungsu mereka hilang secara misterius saat bermain dengan Tomassin, si anak sulung. Sejak saat itu, kehidupan keluarga ini tak lagi harmonis. Sang ibu terus menyalahkan Tomassin yang akhirnya berujung fatal.
Dengan suramnya setting yang dipakai, juga ending yang bikin banyak orang kesal dan tak percaya, film ini berhasil mempermainkan emosi penonton meskipun alurnya sangat lamban.
Baca juga: Film Horor Tema Boneka Seram Ini Bikin Malammu Mencekam
Let the Right One In, film horror asal Swedia yang dibuat versi Hollywood-nya
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Oskar adalah korban bullying di sekolah. Parahnya, ia pun tak dapat dukungan mental di rumah, karena ayahnya seorang pemabuk. Suatu saat ia bertemu dengan Eli, gadis seusianya yang berwajah cukup pucat dibanding orang biasanya.
Tak curiga, mereka justru berteman akrab. Namun, seiring film terus berjalan Oskar pun mempelajari sisi gelap Eli dan komunitasnya. Film ini diadaptasi di Hollywood dengan judul Let Me In (2010) yang dibintangi Chloe Grace Moretz dan Kodi Smit-McPhee.
The Invitation, berlatar di satu tempat saja bikin kengeriannya berlipat ganda
Seorang pria paruh baya bernama Will diundang mantan istrinya untuk datang ke sebuah acara pengumuman pertunangan. Will akhirnya datang bersama kekasih barunya ke rumah sang mantan istri, Eden. Di sana, ia mendapati ada beberapa tamu lain yang diundang.
Kebanyakan adalahteman Eden dari support group yang ia ikuti untuk mengobati luka batinnya saat putra Eden dan Will meninggal beberapa tahun lalu. Di rumah tersebut, penonton diajak untuk menelusuri kenangan yang tersisa tentang anak mereka, juga beberapa kejadian yang terjadi pasca meninggalnya anak mereka.
Akting Dan Stevens dan Lucy Boynton di Apostle harus kamu tonton
Film rilisan Netflix ini baru saja dirilis akhir 2018 lalu dengan plot yang awalnya sangat umum. Seorang kakak berusaha menyelamatkan sang adik perempuan yang diculik oleh sebuah sekte pemuja setan. Dan Stevens berperan sebagai sang kakak yang bernama Thomas.
Kita pun diajak menyusuri perjalanan Thomas yang melelahkan dan perlahan meningkat menjadi menegangkan seiring perkenalannya dengan beberapa anggota sekte tersebut. Pengemasannya slow-burn, jadi kamu harus menyiapkan mental untuk menyaksikan adegan gory yang hadir di tengah hingga akhir cerita.
Hanya butuh tiga aktor, film In Fear sukses bikin penonton tegang dari awal
Dua anak muda bernama Tom dan Lucy baru saja jadian dan berencana untuk datang ke sebuah festival musik bersama. Mereka pun menuju hotel untuk menginap, tetapi berhenti sejenak untuk minum segelas bir. Saat melanjutkan perjalanan, mereka jika terus saja berputar di jalan yang sama tanpa menemukan jalan keluar.
Antara unsur supranatural dan thriller, film ini juga dibuat dengan latar yang tak luas dan fokus pada tiga aktor utama saja.
The Innkeepers, rasa penasaran yang berakhir tragis
Claire dan Luke bekerja di sebuah hotel lawas yang hendak berhenti beroperasi. Mereka termasuk dalam beberapa karyawan yang masih bekerja untuk dua hari terakhir sebelum hotel ini tutup untuk selamanya. Di malam terakhir itu, seorang tamu yang merupakan mantan aktris bernama Leanne check-in.
Semua berjalan normal, hingga Leanne mendatangi Claire dan Luke yang membicarakan rencana untuk melakukan perburuan hantu di hotel ini. Leanne mengingatkan mereka untuk tidak bertindak bodoh, tetapi keduanya justru mengajak Leanne yang memiliki kemampuan menjadi medium untuk ikut dalam misi mereka.
Beda dengan film horror kebanyakan, The Innkeepers memainkan efek seramnya dengan sangat rapi meskipun lamban. Film ini dinilai mampu memuaskan penonton yang suka dengan petualangan perburuan hantu di bangunan lama dengan backstory yang intriguing.
Evolution, memainkan emosi penonton lewat empati
Film ini mengisahkan Nicolas, seorang anak laki-laki yang tinggal bersama ibunya di sebuah pulau terpencil bersama banyak wanita lain. Suatu saat, Nicolas mulai berpikir tentang keanehan pulau dan penduduk di sini, terutama setelah ia melihat mayat di laut saat ia berenang.
Saat bertanya pada ibunya dan orang-orang lain, semua mengaku tak melihat apapun di lautan. Pertanyaan mengapa mulai menjangkiti otaknya. Ditambah berbagai adegan disturbing yang membuat makin tak tenang. Penggambaran sosok Nicolas yang innocent berhasil menciptakan simpati dan membuat penonton tenggelam dalam film horor ini.
Us, film baru Jordan Peele yang puncaki Box Office 2019
Setelah sukses dengan Get Out, Jordan Peele kembali dengan Us. Kali ini, ia menggandeng Lupita Nyong’o yang berperan sebagai Adelaide. Adelaide pernah mengalami trauma karena pengalaman buruknya saat memasuki sebuah funhouse di taman bermain.
Bagaikan deja vu, ia mengalaminya lagi saat berlibur bersama keluarganya. Jordan Peele selalu mengangkat orang kulit hitam sebagai tokoh utama, yang merupakan tindakan progresif di tengah dominasi aktor kulit putih dalam industri film horor Hollywood. Us bahkan merajai box office sejak awal penayangan Maret 2019 lalu.
Film horror slow-burn memang punya keunikan tersendiri dibanding film horror biasa yang beralur cepat. Salah satunya, bisa membuat penonton terngiang-ngiang akan nasib lakon utamanya. Berani nonton yang mana nih malam ini?