Suka Membungkus Makanan Prasmanan di Acara Nikahan? Bibit-Bibit Koruptor!
29 Januari 2019 by Talitha FredlinaJangan ditiru nih yang begini
Meski kita ingin percaya bahwa dunia dipenuhi dengan orang yang jujur dan baik, namun nggak bisa dipungkiri pula bahwa kepercayaan tersebut merupakan kebohongan semata. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak praktik ketidakjujuran yang kita lihat. Sederhana saja, kantin kejujuran mayoritas akan merugi alih-alih untung karena banyak yang 'lupa' membayar atau mengambil kembalian terlalu banyak.
Termasuk juga saat berada di pesta pernikahan. Kita akan menemukan banyak praktik ketidakjujuran meski sebenarnya tidak pula melanggar hukum. Contohnya adalah mereka yang kerap membawa pulang makanan prasmanan untuk di rumah.
Tentu saja hal ini sebenarnya tidak masalah karena tidak ada aturan yang menetapkan para tamu undangan agar nggak membawa makanan pulang. Akan tetapi apakah hal tersebut pantas dilakukan? Bagaimana jika karena kelakuan tersebut lantas tamu lain jadi tidak dapat makanan? Bukankah makanan tersebut sebenarnya merupakan hak tamu-tamu lain yang lantas kita ambil karena keserakahan?
Memang kalau nggak kita ambil, ada kemungkinan pula makanan tersebut tersisa, namun itu adalah hak mereka yang menggelar hajatan. Jika kelebihan tersebut lantas dibagikan pada tamu yang tersisa, tentu baik. Namun percayalah makanan tersebut nggak akan terbuang sia-sia jika nggak kita ambil. Malah, mungkin akan lebih bermanfaat karena dimakan oleh tamu lain yang lebih membutuhkan.
Jika kita percaya bahwa kehidupan itu mestinya jujur dan baik, maka kita harus mulai mengikis kebiasaan tidak jujur seperti ini dari diri kita ya. Makanlah secukupnya tanpa dibayangi keserakahan. Ambil yang diperlukan tanpa harus melebih-lebihkan. Jika apa yang kita perbuat bikin hati nurani terasa tidak nyaman, lebih baik kita urungkan. Karena masyarakat yang baik berangkat dari kita dan kebiasaan baik kita pula.