Wanita yang Ngamuk Saat Bawa Anjing ke Masjid, Ternyata Punya Penyakit Kejiwaan
02 Juli 2019 by Dea DezellyndaSetelah dilakukan pemeriksaan kejiwaan pelaku yang ngamuk dan bawa anjing di masjid ternyata idap skizofrenia
Seorang wanita yang mengamuk di masjid sempat menghebohkan media sosial. Netizen pun bertanya-tanya masalah apa yang melatar belakangi wanita paruh baya berinisial SM tersebut sampai mengamuk dengan membawa anjing di masjid.
Saat dilakukan penyelidikan oleh polisi, SM mengaku mencari suaminya yang akan menikah lagi. Saat diperiksa masalah kejiwaanya, ternyata SM menderita skizofrenia tipe paranoid. Menurut RS Polri, SM pernah mendapat penanganan dokter kejiwaan sejak tahun 2013.
Menderita skizofrenia tipe paranoid
Dilansir dari Detik.com, polisi sudah mengamankan SM tak lama setelah kejadian. SM diminta keterangan masalah apa yang melatar belakangi SM sampai masuk ke masjid memakai sandal bahkan membawa anjing.
Menurut keterangan yang didapatkan dari kepolisian, SM mencari sang suami yang diduga akan menikah di masjid Al-Munawaroh.
“SM memasuk Masjid Al-Munawaroh dengan membawa hewan anjing dengan tujuan mencari suaminya,” ujar AKBP Dicky saat memberi keterangan kepada wartawan.
Setelah dimintai keterangan, SM menjalani pemeriksaan kejiwaan oleh tim dokter ahli jiwa RS Polri dan dokter luar.
"Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim dokter ahli jiwa dari RS Polri dengan dokter luar, yaitu dr Laharjo, SpJ, dan dr Yeny, SpJ, yang bersangkutan menderita penyakit skizofrenia tipe paranoid," kata Musyafak.
Baca juga: Viral Video Wanita Bawa Anjing Saat Masuk Masjid hingga Bikin Ricuh
Belum bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Saat ini polisi belum bisa mendapatkan jawaban yang pasti dari SM. Penyelidikan pun ditunda sampai kondisi SM sudah stabil. Psikiater RS Polri, dr. Henny Riana juga menjelaskan kondisi wanita tersebut. Menurut Henny, tim masih memerlukan waktu untuk menggali keterangan SM.
"Masih agresif. Masih gelisah, jadi tentu kita tidak bisa segera semua dalam waktu yang secepat-cepatnya itu menanyakan semuanya dan semua harus dijawab seperti yang kita mau ya belum bisa, ya jadi butuh waktu perlahan-lahan kita akan, ya dengan observasi yang beberapa hari itu, atau yang maksimal 14 hari itu, bisa kita dapat hal yang lebih akurat," kata Henny di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Selama masih dirawat untuk diobservasi, SM tak boleh pulang ke rumah atau ditemani oleh keluarga. Meskipun keluarga bisa datang saat dimintai keterangan untuk observasi lebih lanjut.
"Nemani dalam arti namanya pasien lagi observasi untuk visum. Tidak ada keluarga yang bisa tinggal tidur dengannya, tapi polisi akan menemani," ujar Henny.
Diduga idap gangguan jiwa sejak tahun 2013
Saat dilakukan penyelidikan, ternyata SM pernah menjalani perawatan atas gangguan kejiwaan sejak tahun 2013. RS Polri menghubungi dokter kejiwaan yang pernah menangani SM untuk mengetahui rekam medis kejiwaannya. Langkah tersebut untuk mempermudah penanganan dan observasi atas gangguan kejiwaan yang diderita SM.
"Memang yang bersangkutan ini beberapa waktu yang lalu pernah dirawat, bukan dirawat, tapi melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa dan sudah ditangani oleh dokter luar sejak tahun 2013 itu di RS Marzuki Mahdi di Bogor dan di RS Siloam Bogor," kata Wakil Kepala Rumah Sakit RS Polri Kombes Haryanto di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Dari RS Polri membentuk tim khusus untuk menangani SM. Tim tersebut terdiri 5-6 psikiater dan dokter spesialis gizi dan penyakit dalam. Tim sudah bekerja dari hari Senin (1/7) dan mulai melakukan observasi.
Langkah pembentukan tim khusus yang menangani SM membutuhkan waktu kurang lebih 14 hari dalam mengobservasi kejiwaan SM. Skizofrenia tipe paranoid adalah penyakit gangguan jiwa kronis yang bisa menyebabkan delusi dan halusinasi. Untuk itu penanganan terhadap pasien skizofrenia tipe paranoid perlu observasi khusus.