Viral! Pemilihan Ketua OSIS di SMAN 6 Depok Diulang Karena Diduga Siswa yang Terpilih Non Muslim
13 November 2020 by Ike DewiPihak sekolah membantah dengan alasan adanya kendala sistem.
Di era modern seperti saat ini, ternyata rasisme masih menjadi pekerjaan rumah yang sangat sulit untuk dituntaskan. Sebagaimana kasus pemilihan Ketua Organisasi Intra Sekolah (OSIS) di SMAN 6 Depok yang baru-baru ini viral lantaran dinggap rasis terhadap siswa minoritas.
Kabar tak menyenangkan itu datang dari cuitan Donny Dhirgantoro melalui akun twitternya @Donny5cm yang mengunggah beberapa tangkapan layar dari percakapan WhatsApp. Di situ tertulis bahwa ketua OSIS terpilih sebenarnya adalah Evan Clementine, namun pemilihan diulang lantaran diduga bahwa siswa yang terpilih merupakan non muslim.
BACA JUGA: Rasis! Pegawai Restoran Tulis Nama ‘China’ Pada Struk Pengunjung Asia
Voting ulang lantaran non muslim
Donny mengungkapkan bahwa anak-anak SMA itu awalnya memang menghubunginya secara pribadi untuk membagikan kasus itu. Di mana mereka menganggap bahwa kasus seperti itu tidak seharusnya terjadi.
"Wah… Kok begini? Miris bacanya. Hidup pendidikan Indonesia?!" tulis Donny mengiringi unggahannya.
"Kasihan ini japri sendiri temen2nya ke gue, minta dinotice. Ini mereka masih anak SMA lho, lagi belajar demokrasi,"tambahnya.
Di dalam salah satu tangkapan layar, terlihat bahwa sebenarnya Evan Clementine merupakan siswa yang banyak memiliki pendukung karena memiliki kinerja yang bagus, akan tetapi beberapa oknum tertentu tidak terima jika Evan terpilih menjadi ketua OSIS lantaran ia adalah non muslim, sehingga terjadilah pemilihan ulang.
Hello guys aku minta tolong banget, Di sma ku.. SMA NEGERI ada “calon” ketua osis bernama Evan Clementine yag memenangkan ketua osis (kinerjanya bagus, banyak orang yang mendukungnya termasuk guru-guru), namun ada beberapa oknum dari sekolah yang tidak terima sampai mengadakan voting ulang hanya karena dia non muslim,” bunyi chat WhatsApp dalam tangkapan layar.
Memilih mundur dalam voting ulang
Ternyata calon Ketua OSIS yang sebenarnya terpilih, Evan Clementine, juga mengunggah pernyataannya melalui media sosial yang mengungkapkan bahwa dirinya memilih mundur menjadi Ketua OSIS di SMAN 6 Depok.
Selain itu, Evan juga meminta maaf karena tidak bisa mewujudkan keinginan dari teman-temannya yang telah mendukung. Ia menganggap semua ini sebagai pembelajaran berharga untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang.
"Biarlah ini menjadi pelajaran agar lebih baik ke depannya dan bagi teman-teman yang masih bertahan, selamat berjuang. Akhir kata dari saya, Salam Keadilan, Salam Persatuan, dan Salam Perjuangan. Hidup Pendidikan Indonesia!" tutup Evan.
BACA JUGA: Viral Diduga Mahasiswa Indonesia Pukul Pria Rasis di AS hingga K.O, Netizen: Sudah Terbiasa Tawuran
Sekolah bantah tuduhan
Menanggapi pemberitaan tak sedap yang beredar, pihak sekolah memberikan klarifikasi dan mengungkapkan bahwa ada kesalahan sistem, sebab pemilihan dilakukan secara online. Jadi tidak ada unsur intoleransi terhadap agama tertentu.
"Jangan diarahkan ke sana (rasisme), itu salah sekali. Kita juga kaget, kok bisa begitu mengarah ke sana. Tadi pagi juga tenang-tenang saja tidak ada masalah apa-apa," ucap Abdul Fatah selaku Kepala Sekolah SMAN 6 Depok, sebagaimana dikutip dari Kompas.com (12/11/2020).
Selain itu, Kepala Seksi Acara Panitia Pemilihan Ketua OSIS, Wati, juga menepis adanya pemilihan ulang karena didasari unsur agama. Menurutnya, screenchot yang beredar adalah percakapan pribadi antara guru agama dan murid yang sedang membahas tentang memilih pemimpin dari sudut pandang Agama Islam.
Wati menambahkan adanya berbagai kendala ketika hendak melakukan pemilu Ketua OSIS, karena aplikasi belum diuji coba. Ia mengungkapkan adanya 250 pemilih yang suaranya juga tidak bisa terakomodasi lantaran sistem yang error. Jadi pihak sekolah memutuskan untuk melakukan pemilihan ulang secara offline.
"Sehingga kita bisa kontrol jumlah suara yang masuk dan data pemilih. Jadi kita itu tidak ada sama sekali unsur SARA. Kami hanya ingin memperbaiki sistem, hanya ingin dapat valid," ujarnya.
Kabar terkait rasisme di sekolah-sekolah tidak hanya muncul satu atau dua kali saja, bahkan sudah sering terjadi. Terbukti bahwa rasisme masih menjadi hal yang dianggap wajar oleh beberapa orang.