Tolak Dimusnahkan, Massa Demo #SaveBabi: Dari Babi Banyak Jadi Jenderal hingga Danai Caleg
11 Februari 2020 by Mabruri Pudyas SalimMassa #SaveBabi tolak babi dimusnahkan
Senin, 10 Februari 2020, DPRD Sumatera Selatan kedatangan sekelompok orang yang berunjuk rasa. Unjuk rasa kali bisa dibilang cukup unik karena para peserta demo yang hadir mengatasnamakan diri mereka gerakan Save Babi. Seperti namanya, gerakan Save Babi ini menolak pemusnahan ternak babi.
Babi memang binatang yang memiliki kebiasaan hidup yang terkesan kotor karena sering berkubang di lumpur. Dalam tubuhnya juga mengandung cacing pita yang bisa masuk dalam tubuh manusia. Bahkan sejumlah agama melarang keras babi untuk dijadikan bahan makanan.
Meski begitu, bukan berarti menolak eksistensinya adalah sesuatu yang dapat dibenarkan. Apalagi bagi sebagian masyarakat babi memiliki nilai ekonomi. Maka tidak mengherankan jika masa yang didominasi oleh ibu-ibu ini meminta para wakil rakyat memikirkan nasib mereka yang hidup bergantung pada binatang ternak bermoncong panjang itu.
“Save babi. Kami menolak pemusnahan. Babi punya kedaulatan dan bagian dari budaya suku Batak, khususnya yang beragama Kristen. Kami menuntut presiden menyelesaikan kasus virus babi ini,” teriak orator aksi dari atas mobil komando, Senin, 10 Februari 2020 dikutip dari Tempo.co (11/02/2020).
Baca juga: Sempat Lambaikan Tangan dan Teriak Minta Tolong, Bocah 5 Tahun 'Dibiarkan' Tewas Terbakar
Isu pemusnahan babi ini muncul setelah kabar tentang wabah virus African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika mencuat. Selain itu, babi dikabarkan juga menyebarkan virus Hog Cholera. Pemusnahan babi kemudian dianggap sebagai solusi untuk mencegah penyebaran virus-virus yang telah membuat ribuan babi mati.
Mengenai hal itu, Ketua Gerakan Save Babi, Boasa Simanjuntak mengatakan bahwa aksi mereka pada Senin (10/2/2020) bertujuan untuk mendeklarasikan Hari Kedaulatan Babi atau Gerakan 102.
Lebih lanjut Boasa menuturkan bahwa Gerakan 102 tidak akan membuat reuni seperti gerakan yang pernah ada sebelumnya, namun akan mengadakan acara peringatan setiap tahunnya.
Baca juga: Diiming-imingi Uang Rp10 Ribu dan Durian, 2 Kakek Kompak Cabuli Bocah di Bawah Umur
“Ini gerakan spontanitas. Dalam suku Batak, babi tidak bisa digantikan. Babi adalah binatang paling bersih, mandi tiga kali sehari. Kalau tidak mandi, babi akan menangis,” kata Boasa.
Boasa juga menduga bahwa ada agenda tersembunyi di balik wabah ASF dan Hog Cholera yang menyerang ribuan babi ini. Oleh karena itu, dia mendesak polisi untuk melakukan penyelidikan terkait masuknya virus yang telah menyerang babi di Sumatera Utara.
Baca juga: Pasang Iklan Cari Jodoh di Jalan, Pria Ini Dapat Pasangan Kurang dari Sebulan!
Lebih lanjut Boasa mengungkapkan bahwa pemusnahan babi untuk mencegah penyebaran virus berpotensi menyebabkan masalah lain, terutama dalam hal ekonomi.
Apalagi, kata Boasa, beternak babi menjadi salah satu mata pencaharian warga. Kalau sumber penghasilannya dimusnahkan, banyak warga yang terancam ekonominya.
Bahkan Boasa mengungkapkan bahwa berkat babi banyak orang berhasil menjadi jenderal hingga profesor.
“Dari babi banyak yang jadi jenderal, jadi profesor. Babi juga yang mendanai kampanye para caleg,” terang Ketua Komunitas Save Babi, Boasa Simanjuntak.