Tega Membunuh Adiknya karena Tanah Warisan, Setelahnya Pria Ini Curhat ke Tetangga dan Minta Hal Tak Terduga!
28 Januari 2019 by Ririh DirjaHarta membawa bencana
Harta terkadang memang bisa membawa berkah sekaligus bencana. Seperti halnya yang terjadi kepada sepasang saudara dari Kabupaten Grobogan Jawa Tengah ini. Seorang kakak tega menghabisi nyawa adiknya sendiri hanya karena masalah harta warisan yang masih menjadi perselisihan.
Radi, pria berusia 54 tahun ini harus kehilangan nyawa akibat ditusuk kakaknya, Wadiyo yang berusia 72 tahun pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2019. Ia mengalami luka cukup berat di bagian telinga dan bagian perutnya akibat sabitan arit.
Kronologi kejadian
Mungkin tidak terpikirkan oleh Radi bahwa ia harus meninggal di tangan kakaknya sendiri. Peristiwa mengerikan itu terjadi pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2019. Dilansir dari Tribunnews.com, sebelum kejadian itu berlangsung, Wadiyo sempat mendatangi rumah korban dengan menggunakan sepeda ontel.
Saat sampai di rumah adiknya, Wadiyo menunggu korban dengan arit di tangannya. Radi saat itu sedang pergi ke pasar bersama cucunya. Sepulangnya Radi dari pasar, ia dan kakaknya sempat terlibat dalam pertengkaran dan perselisihan.
Saat itu Radi sempat mengeluarkan kata-kata yang menyinggung Wadiyo. Sontak, kakaknya yang tidak terima langsung menebas telinga dan kemudian menusuk perut korban hingga tewas. Korban pun juga sempat membawa cucunya ke dalam rumah agar tidak terluka sebelum kehilangan nyawanya.
Perselisihan terjadi karena batas tanah warisan
Polemik keluarga ini muncul akibat permasalahan mengenai batas warisan tanah. Kapolsek Karangrayung, AKP Sukardi menjelaskan bahwa sebelumnya kakak adik ini sering bertengkar karena masalah batas area sawah yang menjadi rebutan.
Setelah membunuh adiknya pelaku tidak melarikan diri, namun curhat ke tetangga dan minta diantarkan ke polisi
Tidak seperti sebagian besar pembunuh yang mencoba menghilangkan bukti dan melindungi diri, pria berusia 72 tahun ini justru mengakui perbuatannya. Pasalnya setelah ia pulang dari rumah adiknya, ia pergi ke rumah tetangganya dan menceritakan semua peristiwa yang baru saja ia lakukan kepada adiknya.
"Aku bar mateni adikku (red: aku habis membunuh adikku), terke aku ning kantor polisi (red: antarkan aku ke kantor polisi)," ujarnya.
Setelah itu, ia pun diantarkan ke kantor polisi untuk menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Sang adik meninggal karena pendarahan yang cukup parah
Walaupun sempat dibawa ke puskesmas setempat, nyawa Radi tidak bisa diselamatkan karena pendarahan yang terlalu parah. Saat berada di puskesmas jasad korban sudah dipenuhi darah dan terdapat luka bacok di bagian telinga dan bagian perut.
Dari peristiwa itu, kita bisa belajar bahwa harta bisa membutakan segalanya. Saudara yang seharusnya saling melindungi dan menjaga malah harus bertengkar hingga membunuh karena masalah rebutan tanah warisan.