Takut Rugi, Sebuah Restoran di Peru Merantai Pengunjung Supaya Tidak Kabur!
07 Juli 2021 by IdhamPengunjung imigran dirantai
Konon katanya, makan gratis itu bisa membuat cita rasa makanan menjadi meningkat sampai berlipat ganda karena tidak ada tagihan yang mengharuskan kita untuk menguras isi dompet sehingga kita bisa makan tanpa perlu beban.
Biaya makan merupakan tanggung jawab dari pembeli, dan pada kenyataannya, tidak semua orang melakukan tanggung jawab ini entah karena memang tidak ada uang atau memang tidak mau rugi.
Tidak sedikit konsumen-konsumen nakal yang melakukan pelbagai tipu daya untuk memperoleh keuntungan semacam ini. Bahkan, orang Sunda mengenal sebuah idiom yang berbunyi darmaji, alias “dahar lima, ngakuna hiji” (makan lima, ngakunya satu).
Oleh karena itu, sebagian besar pedagang yang tidak mau dirugikan biasanya memiliki triknya masing-masing untuk memastikan para pembeli dagangannya tidak pergi tanpa membayar.
Sebuah restoran di Peru memiliki kebijakan yang cukup unik sekaligus ekstrem dalam meresistensi kecurangan-kecurangan yang telah dibicarakan tadi.
Namun, kebijakan ini menuai kontroversi karena dianggap tidak manusiawi dan justru lebih menunjukkan kecenderungan xenofobik (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain).
Baca juga: Gembel Masuk Restoran, Manajer dan Pelayannya Langsung Lakukan Hal Tak Terduga
Luis Martinez, seorang jurnalis dari Venezuela, menuturkan kisah ini setelah memperoleh foto dari seorang warga Venezuela yang beremigrasi ke Peru karena kondisi sosial politik di negara asalnya yang sedang kacau.
Pada awalnya, pria yang enggan disebutkan identitasnya itu mengunggah swafotonya yang memperlihatkan dirinya yang sedang menunggu makanan di sebuah restoran di Peru dalam keadaan diikat oleh rantai.
Foto yang diunggah di Twitter pribadinya itu telah dihapus, namun pria itu mempercayakan kisahnya kepada Luis dan meminta agar mukanya disamarkan.
La Patilla, media tempat Luis bekerja, mewartakan kisah ini sebagai bukti adanya diskriminasi terhadap warga asing di Peru yang mengindikasikan kecenderungan xenofobia.
Memang, setelah adanya konflik sosial politik di Venezuela, banyak warga di sana yang beremigrasi ke beberapa negara tetangganya, termasuk Peru. Persis seperti transmigrasi besar-besaran warga Kuba yang melancong ke Amerika Serikat karena konflik politik yang terjadi di negara asalnya.
Saat berita itu dipublikasikan, banyak orang yang tidak percaya karena para pembaca beranggapan bahwa tidak mungkin ada pengunjung yang mau diperlakukan seperti itu.
Namun, Luis melontarkan pembelaan yang menyatakan bahwa narasumbernya tidak tahu bahwa dia akan dirantai sampai dia duduk di meja makan, dan setelah dia mengambil foto sebagai tanda bukti, dia langsung pergi tanpa memesan apa pun karena merasa dilecehkan.