Kisah Sekolah di India yang Biarkan Muridnya Bayar Uang Sekolah dengan Sampah

Tihama, Sekolah , Bayar Sampah, India
Murid-murid mengantre membawa sampah plastik untuk bayaran sekolah (Foto: Biju Boro/AFP) | photo.reqnews.com

Bertujuan mengatasi masalah lingkungan, sekaligus mendorong orangtua untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Anak-anak Pamohi, suatu pelosok desa di negara India, banyak yang masih gagal mendapatkan bangku pendidikan karena keterbatasan kondisi perekonomian keluarga. Selain keterbatasan ekonomi, kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan pun masih menjadi persoalan.

Di Pamohi, banyak keluarga yang lebih memilih mempekerjakan anak-anaknya di tambang demi menghasilkan beberapa rupee setiap hari. Kondisi ini tentu tidak dapat dibebankan semata-mata pada pundak orangtua. Kemiskinan yang telah mengondisikan itu terjadi.

Dalam kekalutan sosial itu, salah satu sekolah di Pamohi membuat keputusan unik yang mendorong peningkatan taraf pendidikan di sana, mereka bersedia menerima pembayaran biaya pendidikan dengan menggunakan sampah.

Hal tersebut sontak mengundang decak kagum. Selain dipandang sebagai upaya untuk memperjuangkan pendidikan yang layak bagi anak-anak India, kebijakan tersebut juga dinilai akan memotivasi kepedulian akan lingkungan yang layak.

Tihama, Sekolah , Bayar Sampah, India
Kegiatan belajar di Ashkar Forum | photo.reqnews.com

Akshar Forum, sekolah kecil yang terletak di desa Pamohi, Guwahati, India, adalah sekolah yang menginisiasi pemberlakukan 'uang sampah' itu. Sekolah yang didirikan pada tahun 2016 ini, sejak semula memang didirikan khusus bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.

Baca juga: Pulau Semakau, Pulau di Singapura yang Dibuat dari Sampah. Kok Bisa?

Dilansir dari Vice.com, Akshar Forum menerima bayaran biaya pendidikan dalam bentuk sampah plastik untuk kemudian didaur ulang. Murid-murid harus mengumpulkan dan menyortir sampah plastik kering di wilayah tersebut.

Program ini sudah berlangsung selama enam bulan. Wakil kepala sekolah, Priyongsu Borthakur, berpendapat bahwa inisiatif ini bertujuan melatih murid mengenal cara menjalani hidup ramah lingkungan. Sembari juga memberi kesempatan kepada anak-anak kurang mampu untuk bersekolah tanpa beban finansial.

Selain itu, Akshar berharap bisa mendidik komunitas setempat mengenai risiko kesehatan dan lingkungan yang disebabkan pembakaran plastik, dan mendorong warga setempat, tua atau muda, untuk membiasakan mendaur ulang.

Tihama, Sekolah , Bayar Sampah, India
Beberapa murid mengantri membawa sampah yang akan digunakan sebagai pembayaran uang sekolah | asset-a.grid.id

Anak-anak di Pamohi secara umum berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga tak sedikit dari mereka yang bekerja. Rata-rata mereka berpenghasilan Rs 150-200 (Rp 30 ribu - 40 ribu) per hari. Ketika mereka bersekolah tentu ini akan berdampak pada waktu kerja dan pendapatan mereka.

Pihak sekolah mencoba menyiasati hal ini dengan mengusulkan model bimbingan peer-to-peer, artinya, anak-anak yang lebih tua membimbing anak-anak muda. Sebagai imbalan, mereka dibayar dengan uang mainan yang dapat ditukar di toko untuk membeli cemilan, mainan, coklat, dan lain-lain.

“Sejauh ini tanggapannya baik, banyak keluarga berpartisipasi dalam inisiatif pendauran ulang ini, dan mereka rela memajang peringatan (tentang menjaga kebersihan) di depan rumah dan toko mereka demi meningkatkan kesadaran,” dikutip dari Vice.com

Tihama, Uang Sampar, Sekolah Ashkar
Kegiatan belajar mengjar di sekolah Ashkar | asset-a.grid.id
Artikel Lainnya

Sekolah itu didirikan oleh Ashkar Parmita Sarma sebagai respon atas masalah-masalah lingkungan dan sosial yang menimpa daerahnya itu. Dalam kenangan Sarma, sewaktu ia sekolah dulu, asap beracun dari sisa pembakar sampah adalah sesuatu yang akrab menemani anak-anak ketika di kelas.

Membakar sampah plastik memang telah menjadi kebiasaan umum bagi warga. Ini menjadi salah satu kebiasaan yang ingin perlahan ia ubah, dengan cara memberlakukan 'uang sampah' untuk biaya iuran bulanan di sekolahnya itu.

Kini, program tersebut telah turut mengurangi masalah lingkungan khususnya sampah. Sekaligus menjadi tindakan yang memotivasi orangtua setempat untuk menyekolahkan anak-anak mereka.

Tags :