Sang Paskibraka Meninggal Mendadak, Keluarga Curiga Dianiaya Setelah Baca Buku Diary-nya!

Aurelia Qurota Ain | www.instagram.com

Siswi anggota Paskibraka kota Tangsel diduga meninggal karena dianiaya senior.

Aurellia Qurrota Ain meninggal secara mendadak pada hari Kamis (1/7) lalu. Aurel sapaan gadis calon pembawa baki bendera dalam upacara hari kemerdekaan di Tangerang Selatan itu diduga meninggal karena dianiaya senior saat berlatih. Jasad Aurel terdapat luka-luka lebam. Aurel juga pernah menyampaikan kepada orangtuanya kalau ia pernah dipukul oleh seniornya.

Dari pengakuan sang ibu, Wahyuniarti, ia pernah mendapati tubuh Aurel lebam-lebam. Namun Aurel meminta kepada ibunya untuk tak mengadu atau menegur seniornya. Meski kematian Aurel terlihat janggal, orangtua tak akan membawa kasus ini ke ranah hukum.

1.

Diduga dianiaya senior

Aurel meninggal diduga dianiaya senior | www.instagram.com

Kematian Aurel dinilai janggal oleh keluarga. Pasalnya Aurel tak pernah memiliki riwayat penyakit apa pun. Menurut pengakuan sang paman, Romi, pada hari Rabu (31/7) semua keluarga berkumpul untuk merayakan ulang tahun sang nenek.

Saat itu Aurel datang bersama kedua orangtuanya. Namun ia tak ceria seperti biasanya dan juga tampak pucat.

“Mukanya itu pucat banget, seperti kelelahan. Padahal dia (Aurel) tidak memiliki riwayat penyakit,” ucap Romi dilansir dari Kompas.com.

Keesokan harinya saat subuh, Aurel tiba-tiba terjatuh dan dibawa ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Aurel sudah dinyatakan meninggal dunia. Aurel yang hanya terpaut dua tahun dari sang adik, Atarisa, pernah bercerita kalau ia pernah dipukuli oleh senior saat berlatih Paskibra.

Baca juga: Siswi SMA Calon Pembawa Bendera 17 Agustus Meninggal Mendadak

2.

Sang ibu temukan lebam-lebam di tubuh Aurel

Sang ibu temukan lebam-lebam di tubuh Aurel | megapolitan.kompas.com

Aurel memang terkenal dekat dengan sang ibu, Wahyuniarti, untuk itu ia sering bercerita apa pun ke ibunya bahkan tentang Paskibra. Sebelum meninggal Aurel pernah bercerita ke ibunya tentang pelatihan dan pendidikan Paskibra.

"Dia cerita, ada via WhatsApp kadang. Karena kami kadang, Aurel lebih dulu sampai rumah, baru kami sampai rumah, dia kadang cerita juga lewat WhatsApp atau ada kesempatan malam dia bilang 'setelah mama sampai rumah, bangunkan kakak, biar kita ngobrol'. Itu dia cerita. Tapi tepatnya dia bukan mengadu atau berkeluh kesah bahwa kakak tidak mampu, bukan," kata Wahyuniarti di Rumah Duka, Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang, Jumat (2/8/2019) kepada Detik.com.

Wahyuniarti mengungkapkan percakapannya dengan Aurel saat itu kalau anaknya sering diminta untuk push up dengan tangan kepal. Pada saat itu sang ibu mulai curiga, namun menurut Aurel hal tersebut biasa dilakukan saat pelatihan.

"'Ma, tadi kita push up. Ma, tadi kita begini'. Saya juga bilang, 'itu hal biasa nak, itu konsekuensi ikut paskibraka'. Tapi waktu saya lihat tangannya luka, hitam, saya bilang 'kamu push up kepal?', dia jawab 'iya'. Push up kepal itu sudah menyalahi aturan. Bahkan di militer sendiri pun ada waktu dan tempat untuk push up kepal bagi laki laki, tapi tidak untuk perempuan," ucap Wahyuniarti saat menirukan ucapan Aurellia.

Selain itu, Wahyuniarti pernah melihat tangan Aurel lebam-lebam. Namun Aurel tetap meminta ibunya untuk tidak menegur para senior.

3.

Keluarga tak akan melapor ke polisi

Keluarga tak akan melapor polisi | news.detik.com

Orangtua Aurel telah mengikhlaskan kepergian anak pertamanya itu. Meski berat, namun pasangan Faried Abdurahman dan Wahyuniarti tak akan melapor ke polisi terkait dugaan penganiayaan yang terjadi pada anaknya.

"Jadi harapan kami, ke depan, sampai detik ini saya dan istri beserta keluarga, kami tidak berharap melakukan tindakan langkah hukum kepada institusi maupun oknum yang ada di tim pelatih Paskibraka ini," kata ayah Aurellia.

Aurel saat ini telah dimakamkan dan keluarga memastikan jasad Aurel tak akan diautopsi.

"Sekali lagi karena dari awal kita tidak ingin melakukan menempuh jalur hukum, apalagi untuk masuk lagi ke ranah autopsi. Kita juga kan nggak mungkin mau menyakiti lagi jasad anak kami. Kami berusaha untuk ikhlas meski berat. Tapi kita ada catatan-catatan yang harus diubah di sistem pelatihan yang harus mereka lakukan," ujar Faried.

Keluarga hanya meminta agar para purna Paskibraka untuk mengevaluasi sistem pelatihan. Ayah Aurel juga mengatakan kalau tak ada yang salah dengan sistem yang sudah dibuat, namun diduga ada beberapa oknum senior yang latah dan berlebihan dalam memberikan pelatihan dan pendidikan.

Baca juga: Tragedi Siswa SMA Taruna Tewas Saat MOS

4.

Buku diary Aurel yang dirobek senior

Aurel bersama sang ibu | today.line.me

Aurel memiliki sebuah buku diary berwarna merah putih. Dengan diary itulah Aurel menceritakan pengalaman ia mengikuti Paskibraka. Namun buku harian tersebut sudah dirusak oleh seniornya.

“Memang kemarin dia (Aurel) pucat dan kelelahan. Semalaman dia juga menulis di buku diary,” ujar Indra kerabat Aurel dilansir dari Kompas.com.

Buku diary-nya dirusak oleh senior sehingga Aurel harus menulis buku harian tersebut dari awal sampai akhir.

“Dia menulis di buku diary sampai jam 01.00 dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu. Karena buku diary yang lama punya dia dirobek oleh seniornya di Paskibra,” imbuh Indra.

Aurel terakhir kali menuliskan di buku harian tentang latihan terakhir Paskibra yang menjadi firasat bagi keluarganya sebelum meninggal.

“Dia nulis terakhir di buku diary-nya soal Paskibra. Dalam tulisanya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan,” tutup Indra.

Artikel Lainnya

Sebelumnya, kabar meninggalnya calon pembawa baki bendera di upacara kemerdekaan 17 Agustus mendatang itu disampaikan langsung oleh Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie. Polisi telah berkoordinasi dengan keluarga Aurel untuk mengusut kasus ini. Namun keluarga sudah mengikhlaskan Aurel sehingga tak ingin membawa masalah ini ke ranah hukum.

Tags :