Ridwan Kamil Dituding Bikin Masjid Bernuansa Illuminati dan Dajjal Karena Banyak Segitiga di Dalamnya
03 Juni 2019 by Amadeus BimaKenapa bangsa kita justru semakin mundur ke belakang, ya?
Konspirasi memang sebuah teori yang sangat menarik untuk dibicarakan. Konspirasi menawarkan berbagai perspektif menarik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Salah satunya adalah konspirasi mengenai Masjid Al Safar yang dirancang oleh Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. Masjid ini dinilai sarat dengan simbol iluminati lantaran menggunakan berbagai ornamen yang berbentuk segitiga.
Tudingan terhadap masjid yang berada di Jalan Tol Purbaleunyi, Purwakarta ini bermula dari ceramah seorang ahli agama yang videonya viral di media sosial. Ahli agama itu menyoroti bahwa masjid itu memiliki banyak sekali bentuk-bentuk segitga. Mulai dari pintu, interior dalam, dan juga arah kiblatnya berbentuk segitiga. Ahli agama itu mengatakan apakah saat salat, umat menghadap Allah atau segitiga satu mata.
Kalau kamu belum tau, segitiga dan simbol mata satu kerap dikaitkan dengan ritual sihir di Mesir Kuno. Lambang Mata Horus ini juga sering disebut sangat berkaitan dengan Dajjal. Sosok mengerikan yang diucapkan di kitab suci dan dinyatakan sebagai 'musuh terakhir' sebelum kiamat.
Inilah masjid yang di rancangan oleh RK, penuh dengan pesan iluminati,
— Sang.Bidadari™ (@Surgabidadari3) May 30, 2019
.
Jangan salah, ini bukan kebetulan lhoo... pic.twitter.com/PXBNu4FuvI
Alhasil, karena yang menyampaikannya adalah seorang ahli agama, banyak umat yang percaya. Ridwan Kamil pun diserang karena dianggap sebagai "antek Dajjal" dan pengikut Illuminati. Ridwan Kamil lalu mengklarifikasi bentuk-bentuk segitiga dalam masjid tersebut lewat cuitannya.
Masjid Al Safar adalah eksperimentasi teori lipat folding architecture. Jika eksperimentasi bentuk itu ditafsir, ya tentu tidak bisa dihindari. Tapi jika disimpulkan bahwa bentuk-bentuknya adalah menerjemahkan simbol illuminati dkk., saya kira itu tidak betul,” cuit Emil, Jumat (31/5/2019).
Pria yang akrab disapa Kang Emil ini mengatakan bahwa Masjid Al Safar sebenarnya mengadapsi bentuk topi adat, yaitu iket Sunda, dengan konsep pahatan. Jadi, masjid ini terlihat seperti batu besar yang dipahat dengan indahnya. Kang Emil dan timnya membentuk masjid ini secara asimetris dengan gaya arsitektur dekonstruksi. Di dalam masjid juga tidak melulu berbentuk segitiga, karena ada bentuk bangun lainnya.
Ijtihad memajukan seni/arsitektur Islam terus dilakukan agar berkembang maju. Seni dalam Islam tdk memperlihatkan mahluk hidup, tapi bereksperimentasi dgn rumus geometri. Teori lipat Folding Architecture adlh metode mencari kekayaan geometri baru yg digunakan di Masjid Al Safar. pic.twitter.com/fayVnZotDu
— ridwan kamil (@ridwankamil) May 31, 2019
Ironisnya, desain masjid ini sendiri justru dihargai di luar negeri karena bentuknya dianggap sangat indah dan tak masjid yang berbentuk seperti itu. Ridwan Kamil juga sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam merancang bangunan. Sudah ada 30 masjid yang dibangun berdasarkan rancangannya, yang berada di dalam dan luar negeri, termasuk di AS dan Palestina.
Seni dalam Islam tidak memperlihatkan makhluk hidup, tapi bereksperimentasi dengan rumus geometri. Teori lipat Folding Architecture adalah metode mencari kekayaan geometri baru yang digunakan di Masjid Al Safar," tandas Emil.
Kritis boleh saja, tapi rasanya agak konyol kalau curiga berlebihan terhadap semua hal yang berbentuk segitiga. Bentuk ruang ini memang sangat stabil sehingga banyak ditemukan dalam berbagai bentuk bangunan. Sejak kecil saja, kita terbiasa menggambar rumah dengan atap berbentuk segitiga. Apakah artinya kita sudah disusupi Illuminati sejak kecil? Bagaimana pendapatmu?