Pilih Mudik Saat Wabah Corona, Pria Ini Isolasi Mandiri di Pinggir Sungai

Isolasi di pinggir sungai
Isolasi di pinggir sungai | teras.id

Nggak cuma rebahan, dia juga membersihkan lingkungan sekitar

Sebelum Presiden Jokowi resmi melarang mudik Lebaran di tahun ini, warga masih diizinkan mudik dengan sejumlah peraturan. Salah satunya adalah harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari ketika tiba di kampung halaman. Itulah yang dilakukan oleh pria bernama Abdullah Almabrur ini.

Almabrur adalah seorang perantau di Pekanbaru, Riau, dan memutuskan untuk mudik pada tahun ini ke kampung halamannya, Dukuh Ngaran, Desa Mlese, Ceper, Klaten. Uniknya, dia tidak melakukan isolasi diri di rumah, melainkan di pinggiran sungai. Di situlah dia mengisolasi diri selama 14 hari.

Semua ini dia lakukan untuk mencegah istri dan anaknya terpapar virus corona. Almabrur menceritakan kepada Solopos bahwa dia adalah seorang tabib di Riau. Tahun ini, dia pulang kampung karena melihat pandemi virus corona makin parah. Dia langsung memesan tiket pulang sebelum akses ditutup.

Meski mudik, Almabrur tetap patuh pada peraturan pemerintah, yaitu wajib mengisolasi diri selama 14 hari. Sebelum pulang, dia sudah menghubungi adiknya untuk mencari tenda. Sebelum sampai di kampungnya, dia mampir ke puskesmas dulu untuk memastikan dia negatif virus corona.

Baca Juga: Revolusioner! Pria ini Lakukan Isolasi Wajah Saat Wabah Corona Menyebar

Isolasi di pinggir sungai
Isolasi di pinggir sungai | medcom.id

Setelah itu, dia langsung menuju Kali Kecu dan mendirikan tenda di bantaran sungai tersebut. Dia mengaku telah melapor kepada Pak RT setelah sampai di kampung. Pinggiran sungai yang dia jadikan sebagai tempat isolasi berada di belakang pemukiman warga. Jaraknya sebenarnya hanya 100 meter dari rumahnya.

Beruntung, ada pohon bambu rimbun di bantaran sungai tersebut sehingga dia bisa berteduh dari teriknya matahari. Almabrur menghabiskan sebagian besar waktunya berada di pinggiran sungai. Untuk makanan, sang adiklah yang setiap hari mengantarkannya. Sementara itu, dia mendapat suplai listrik dari rumah tetangga.

Terkadang, ada warga yang datang berkunjung untuk bercakap-cakap dengannya. Namun, dia sadar harus menerapkan jarak fisik dan isolasi mandiri selama 14 hari. Karena itulah, dia tidak berdekatan dengan warga yang datang, termasuk ketika istri dan empat anaknya datang menemuinya.

Almabrur harus menahan diri melihat anak bungsunya yang berumur 6 tahun, menangis minta peluk. Dia berusaha menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa ini semua dilakukan demi keselamatan diri. Selama mengisolasi diri, Almabrur membersihkan bantaran sungai itu secara sukarela.

Baca Juga: Bak Adegan Film, Detik-Detik Istri Bantu Suami PDP Corona Kabur Dari Ruang Isolasi di Tegal!

Dia punya target untuk membersihkan bantaran sungai dan juga membuat anak tangga menuju sungai. Almabrur tak mau hanya berdiam diri selama 24 jam ketika mengisolasi diri.

Ini saya lakukan agar masyarakat tetap tenang ketika saya yang dari perantauan pulang. Saya datang memeriksakan kesehatan, lapor ke ketua RT, serta mengisolasi mandiri di sini. Alhamdulillah ada warga yang respect datang sekadar memberikan makanan dan minuman,” urai dia.

Artikel Lainnya

Istri Almabrur, Susanti (37) sebenarnya berat dengan pilihan suaminya. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena sudah begitu peraturannya. Dia hanya bisa menyiapkan segala kebutuhan sang suami ketika melakukan isolasi mandiri di pinggiran sungai.

Karena sudah setahun tidak pulang, tentunya sangat kangen. Apalagi anak-anak sudah ingin memeluk. Namun, tidak apa-apa karena sudah menjadi pilihan dan aturan untuk isolasi mandiri,” kata dia.

Tags :