Ngeri! Pembantaian Etnis di Papua Nugini, Anak hingga Wanita Hamil Dibunuh Secara Keji
11 Juli 2019 by Dea DezellyndaPembantaian etnis di Papua Nugini memakan korban jiwa anak-anak dan ibu hamil
Suasana mencekam menyelimuti Desa Munima dan Desa Karida di Papua Nugini usai pembantaian etnis. Pembantaian sadis tersebut terjadi pada tanggal 7-8 Juli yang memakan 23 korban jiwa di antaranya 6 orang anak-anak, 2 ibu hamil, dan sisanya laki-laki.
Perang antar suku di Papua Nugini telah berlangsung selama 20 tahun terakhir. PM Marape angkat bicara menanggapi pembantaian etnis di Papua Nugini. Marape mengaku bersedih karena anak-anak tak bersalah ikut menjadi korban pembantaian.
Anak-anak dan perempuan hamil ikut jadi korban
Setidaknya 24 korban jiwa dilaporkan menjadi korban pembantaian etnis di dataran tinggi Papuan Nugini. Pembantaian etnis terjadi di dua desa yaitu Desa Munima dan Desa Karida. Tujuh orang korban berasal dari Desa Munima yang terdiri dari empat pria dan tiga perempuan dibunuh.
Satu hari kemudian, Desa Karida diserang dan menimbulkan 16 korban jiwa. Pembantaian di Karida yang dikenal dengan nama highlands bisa dibilang paling sadis karena banyak memakan korban anak-anak dan dua perempuan hamil.
Dilansir dari Detik.com, Gubernur Provinsi Hela, Philip Undialu sudah menyampaikan bela sungkawa atas peristiwa tersebut. Undialu menyebut bahwa tindakan kekerasan antaretnis sebetulnya jarang terjadi di kawasan tersebut.
"Kami belum pernah mendengar adanya bentrokan antarsuku terjadi di daerah ini. Ini bentrokan yang terjadi di tempat lain, sesuatu yang tidak terduga sebelumnya," kata Undialu.
Baca juga: 5 Fakta Kelam Tragedi Holocaust, Pembantaian Besar-Besaran Perang Dunia II
Dibunuh dengan sadis
Media lokal EMTV pertama kali melaporkan terjadinya pembantaian di distrik Tari-Pori. Desa Munima dan Karida berada di wilayah dataran tinggi yang terpencil di Papua Nugini. Peristiwa tersebut merupakan serangan balasan atas peristiwa sebelumnya.
Dari Dinas Kesehatan, Pills Pimua Kolo, menginfokan lewat laman Facebook miliknya mengenai pembantaian di desa Karida.
Dalam postingan tersebut terdapat foto yang memperlihatkan jenazah korban pembantaian etnis yang terbungkus kain dan diikat di sebuah tiang panjang. Para korban dibunuh menggunakan parang dan bagian tubuhnya di mutilasi. Hal ini membuat korban sulit untuk dikenali.
Banyaknya perang antar suku, pemerkosaan, pencurian hingga sengketa wilayah di Papua Nugini disebabkan kurangnya aparat keamanan.
Hal ini disampaikan sendiri oleh Perdana Menteri Papua Nugini James Marape. Dalam satu provinsi hanya memiliki 60 polisi dengan 400 ribu penduduk yang dinilai sangat kurang untuk menjaga keamanan.
Ungkapan kesedihan PM Papua Nugini
Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape, menanggapi peristiwa pembantaian beberapa hari lalu. Dalam akun Facebook miliknya, Marape mengungkapkan kesedihan mendalam terhadap pembantaian etnis yang banyak memakan korban jiwa di antaranya anak-anak dan perempuan hamil.
"Hari ini adalah hari paling sedih dalam hidup saya. Banyak anak-anak dan perempuan tidak berdosa dibunuh di Desa Munima dan Karida di wilayah konstituen saya oleh pria bersenjata dari suku Haguai, Liwi dan Okiru." tulis PM Marape di akun Facebooknya pada Selasa (9/7).
Marape sudah berulang kali mendesak kepolisian untuk menambah jumlah personil keamanan untuk menjaga wilayah rawan konflik. Marape juga berjanji untuk memburu para pelaku pembantaian etnis sampai tertangkap.
Papua Nugini telah lama menjadi sorotan Internasional terkait konflik yang sudah sering terjadi. Pemerintah Papua Nugini perlu menyikapi permasalahan perang antaretnis ini secara serius setelah melihat pembantaian yang terjadi beberapa hari lalu telah memakan banyak korban