Kelewat Rajin! Meski Ikut Demo, Para Pelajar Hong Kong Masih Sempat untuk Belajar
21 Juni 2019 by Muchamad Dikdik R. AripiantoMenentang RUU Ektradisi
Sejak pemerintah Hong Kong mendorong Racangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi, yang mengatur penyerahan orang yang terjerat hukum dari Hong Kong ke China, gelombang protes mulai mencuat. Berbagai pihak khawatir undang-undang itu menjadi pintu masuk bagi intervensi negara China dalam peradilan Hong Kong.
Akhirnya, gelombang demonstrasi pun tak bisa terbendung. Jumlah demontrans ditaksir mencapai jutaan orang.
Pihak dari pengunjuk rasa memperkirakan, sekitar dua juta orang Hong Kong telah turun ke jalan untuk menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) ekstradisi dan menuntut mundur pemimpin Hong Kong, Carrie Lim, pada Minggu (16/6).
Baca juga: Foto 'People Power' Hong Kong, Massa Gunakan Kacamata Renang Untuk Halau Gas Air Mata
Namun, pihak kepolisian mengklaim jumlah yang lebih sedikit, yakni hanya sekitar 338.000 orang. Meskipun begitu, aksi ini tetap disebut banyak pihak sebagai demonstrasi terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah Hong Kong.
Para demonstran yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pelajar ini mencoba mengepung kantor-kantor pusat pemerintahan. Ruas-ruas jalan utama di pusat Hong Kong pun lumpuh. Di tengah aksi demonstrasi itu, baru-baru ini telah beredar foto menarik yang ikut menghiasi semarak unjuk rasa di Hong Kong.
Sekelompok siswa tertangkap kamera tengah belajar saat mengikuti aksi tersebut. Mereka membaca buku catatan atau buku pelajaran yang mereka pegang, sambil tetap berdiri di jalanan bersama kerumunan demonstran lainnya.
Meski menjadi pendemo, para pelajar itu tampak tetap menunjukan tanggungjawab sebagai siswa yang rajin dan giat mempersiapkan diri untuk ujian nasional. Gambar-gambar yang menangkap momen itu sontak menjadi viral dan mengesankan bagi publik.
Ternyata peristiwa seperti ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Pemandangan serupa juga sempat terlihat saat demonstrasi pada 2014 lalu, yang dikenal dengan sebutan Revolusi Payung Hong Kong. Saat itu para siswa di Hong Kong ikut menentang intervensi Beijing dalam pemilihan pemimpin mereka.
Mereka memblokade jalan dan para demonstran membawa payung masing-masing untuk menahan hujan, terik, dan gas air mata. Dalam kondisi seperti itu, para pelajar muda Hong Kong menciptakan semacam kawasan belajar di tengah aksi massa.
Banyak siswa yang terlihat tetap mengerjakan tugas sekolah mereka saat demontrasi berlangsung. Publik luas pun kagum atas kegigihan dan semangat belajar yang ditunjukan oleh para pelajar muda Hong Kong tersebut.
Selain foto viral siswa yang tetap belajar dalam unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi itu, ada pula video viral yang menunjukan sekolompok pelajar muda yang tengah membersihkan dan memisahkan sampah yang bisa didaur ulang.
Berkat foto dan video viral itu, para demonstran Hong Kong menerima pujian besar, mereka dianggap menjadi contoh positif bagi para demonstran masa depan.
Pujian mengalir dari banyak pengguna media sosial. Mereka menganggap para pelajar muda Hong Kong memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pendidikan dan lingkungan.
Penting untuk mengetahui bahwa banyak dari pengunjuk rasa adalah kaum muda. Hal seperti ini jarang sekali terjadi. Bahkan banyak yang mengaku, bahwa unjuk rasa ini adalah pengalaman pertama bagi mereka. Mereka begitu membanggakan
Seribu orang adalah kerusuhan yang bisa dihancurkan. Satu juta orang adalah sebuah revolusi, dan pemerintah Cina tidak akan gegabah melawan ini.
Saya tidak tahu bagaimana cara mereka belajar, tetapi rasanya, saya akan sangat sulit fokus jika berada dalam kondisi seperti itu
Kemauan dan dedikasi tinggi pengunjuk rasa yang ditunjukkan pada gambar ini; mereka turun ke jalan dan kemudian membersihkan sampah setelahnya
Apa yang dilakukan oleh para pelajar muda Hong Kong itu tampaknya wajar jika dianggap sesuatu yang mengesankan dan memang patut diviralkan. Kiranya, kegigihan dan dedikasi semacam itu bukan sesuatu yang remeh.
Pelajar muda di sana menunjukan bahwa mereka bukan anak sekolahan yang hanya mengenal lingkungan meja dan bangku kelas, tapi mereka insaf bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat.
Mereka bukan anak ingusan yang cuma tahu jajan dan mulai belajar pacaran, mereka adalah anak muda yang multitasking. Mereka sadar, bahwa mereka adalah anak muda yang masih penuh daya dan keluasaan imajinasi untuk sebuah kondisi masyarakat yang lebih baik.