Lotus Feet, Praktik Ikat Telapak Kaki Wanita yang Mengerikan di Era Kerajaan China

Lotus Feet, Praktik Ikat Telapak Kaki Wanita dari China | hyperallergic.com

Mungkin Lotus Feet asal muasal dari tarian balerina(?)

Kita semua tahu bahwa standar kecantikan di dunia ini berbeda-beda. Bahkan hal tersebut sudah berlangsung sejak zaman dahulu kala. Misalnya saja di suatu negara, wanita dianggap cantik kalau matanya belo.

Tapi di negara lain, wanita malah dianggap cantik kalau matanya sipit. Karena adanya perbedaan, maka mungkin dapat kita simpulkan bahwa: cantik itu relatif. Setuju?

Berkaitan dengan hal itu, ada satu kebudayaan unik yang berasal dari etnis China. Pada era kerajaan, wanita China dianggap cantik jika memiliki bentuk kaki yang ukurannya kecil.

Praktik ini dinamakan sebagai praktik Lotus Feet yang diperkirakan telah berlangsung selama 1000 tahun lamanya. Cukup banyak bukti yang ditemukan tentang praktik yang lebih terkesan menyeramkan ini. Biar lebih paham, yuk langsung aja kita simak ulasannya bersama-sama!

1.

Praktik Lotus Feet telah dimulai sejak balita

Praktik lotus feet telah dimulai sejak balita | www.cvltnation.com

Penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa praktik Lotus Feet telah dilakukan sejak wanita berusia amat muda, tepatnya antara 4 hingga 9 tahun. Kaki dari anak perempuan yang akan diikat mula-mula direndam dalam bak berisi air hangat yang telah dicampur obat-obatan herbal serta darah hewan.

Setelah itu, barulah telapak kaki diikat kuat-kuat dengan memakai semacam perban sambil ditekuk hingga menyerupai kuncup bunga. Anak perempuan tersebut harus berada dalam kondisi demikian hingga berbulan-bulan.

Dengan cara ini, ukuran telapak kakinya pun akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan telapak kaki orang normal ketika dewasa. Berdasarkan lokasinya, praktik ini dibedakan menjadi dua, yakni yang berasal dari wilayah Chinta Utara dan China Selatan.

Dalam praktiknya, jari-jari kaki dari anak perempuan di wilayah China Selatan akan dibiarkan berada dalam kondisi lurus. Sementara di wilayah utara, jari-jari kaki sang anak perempuan harus ikut ditekuk agar ukurannya turut mengecil.

Tentu saja praktik semacam ini cukup berpengaruh pada kesehatan yang dimiliki. Pada umumnya anak perempuan yang menjalani praktik ini akan mengalami infeksi pada bagian kaki, hilangnya sejumlah jari kaki, kesulitan berjalan, hingga meningkatnya risiko terjatuh dan patah tulang karena telapak kaki tidak cukup kuat untuk menopang badan.

Baca juga: 4 Suku Pemburu Kepala Paling Mengerikan di Dunia

2.

Proses pembuatan kaki lotus

Proses pembuatan kaki lotus | www.anehdidunia.com

Seperti yang telah disebutkan bahwa proses dari pembentukan kaki mungil ini telah dilakukan semenjak anak perempuan masih berusia 4 hingga 9 tahun. Pembebatan kaki biasanya dilakukan pada musim dingin untuk mengurangi rasa sakit karena pengaruh suhu dingin yang dapat membuat kaki menjadi kebas.

Pertama-tama kaki akan dioles dengan menggunakan ramuan tumbuh-tumbuhan dan darah hewan agar lemas. Selain itu, kuku jari kaki juga dipotong sedalam mungkin. Setelah itu, seluruh jari kaki akan ditekuk ke arah telapak kaki dengan kekuatan penuh hingga tulang-tulangnya patah.

Kegiatan ini dilakukan tanpa obat bius sehingga bisa dirasakan betapa sakit dan tersiksanya anak perempuan tersebut ketika menjalani praktik ini. Setelah jari kaki menempel, kaki akan diikat dengan menggunakan kain atau perban.

Selanjutnya kaki akan ditekuk ke bawah sejajar dengan tungkai kaki hingga tulang punggung kaki patah, lalu dibebat kembali dengan kain yang berukuran panjang.

Idealnya, hasil kaki dari praktik ini memiliki panjang 7 hingga 9 cm dan telah dilakukan pembebatan selama dua tahun. Memang si gadis masih dapat berjalan. Namun, harus dengan ekstra hati-hati.

Ketika berjalan, mereka akan lebih banyak bertumpu pada tumit sehingga gaya berjalannya akan sedikit menekuk lututnya layaknya tengah berlenggak-lenggok. Gaya berjalan ini dinamakan dengan Lotus Gait dan dianggap menggemaskan oleh kalangan pria secara seksual.

Kaum wanita yang telah menjalani praktik ini wajib merawat kakinya karena mudah terserang infeksi hingga menyebabkan keluarnya bau busuk dari kaki tersebut.

3.

Beberapa penemuan fosil kaki yang mengecil

Beberapa penemuan fosil kaki yang mengecil | bmjopen.bmj.com

Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat adalah dengan melakukan penelitian terhadap penemuan fosil dari masa lalu. Tentunya sebelum itu, para peneliti terlebih dahulu harus mencari titik di mana fosil-fosil tersebut berada.

Salah satu penelitian terhadap hal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Berger beserta teman-temannya dengan lokasi penelitian yang berada di lokasi penggalian Yangguanzhai, Provinsi Shanxi, China tengah.

Pada awalnya Berger berniat untuk melakukan penelitian tentang peninggalan zaman prasejarah Neolitikum di tempat tersebut. Akan tetapi di tengah penelitian, mereka malah menemukan reruntuhan makam dari masa Dinasti Ming, yakni dinasti yang berjaya pada abad ke-14 hingga ke-17.

Di lokasi yang sama pun ditemukan sisa-sisa tulang belulang pada masa itu. Sebagian tulang yang ditemukan merupakan tulang metatarsal, yakni tulang yang menghubungkan jari kaki dengan tumit.

Ketika para ilmuwan membandingkan tulang-tulang metatarsal yang ditemukan, terdapat perbedaan pada beberapa tulang yang mana tingkat pertumbuhannya sama, namun ukurannya lebih kecil. Akhirnya pendapat tentang praktik Lotus Feet yang sempat merebak di China pun terbuktikan.

Baca juga: Film Kartun Disney dengan Kisah Asli yang Sangat Mengerikan!

4.

Praktik dilarang, tapi tetap dilakukan

Praktik dilarang, tapi tetap dilakukan | www.smithsonianmag.com

Selain Berger, penggalian terhadap praktik Lotus Feet juga dilakukan oleh pakar antropologi dari Universitas Negeri California, Christina Lee. Ia bersama teman-temannya melakukan penelitian serupa di lokasi penggalian Xuecun, Provinsi Henan, China tengah.

Fosil-fosil yang berhasil ditemukan oleh Lee di lokasi tersebut memberikan informasi kalau praktik ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Praktik ini diyakini berlangsung sejak masa Dinasti Ming dan jumlahnya kian bertambah pada masa Dinasti Qing.

Lee bercerita bahwa sebenarnya pada masa Dinasti Qing, praktik Lotus Feet ini sempat diberantas oleh pemerintah. Pasalnya praktik ini dianggap sebagai budaya khas etnis Han, etnis dengan populasi terbanyak di China.

Sementara Dinasti Qing berasal dari etnis minoritas Manchu. Meski dilarang, nyatanya praktik ini justru semakin mewabah. Penyebab utamanya adalah karena praktik ini tergolong praktik yang dapat dilakukan secara sembunyi di rumah masing-masing.

Ditambah lagi dengan adanya iming-iming kalau wanita dengan kaki kecil bakalan lebih mudah mendapatkan pasangan yang ideal.

Artikel Lainnya

Ketika Dinasti Qing runtuh, upaya untuk membasmi praktik ini pun tetap dilakukan. Sun Yat Sen pada tahun 1912 secara resmi melarang orangtua untuk melakukan praktik ini terhadap anak peremuannya. Namun dalam kenyataannya, masih saja ada kelompok yang melakukan praktik ini sehingga sisa-sisa praktik masih dapat ditemukan saat ini.

Tags :