Menyingkap Kisah 'Wong Alas', Sosok Misterius Pemakan Bangkai Manusia di Purbalingga

Wong Alas di Purbalingga
Wong Alas di pedalaman hutan Purbalingga | www.liputan6.com

Wong Alas dikenal suka makan bangkai manusia dari kuburan

Sebuah cerita mistis menyelimuti suatu wilayah di Pemalang, Jawa Tengah. Tepatnya di perbatas wilayah utara Purbalingga di mana terdapat gugusan bukit dengan bioma hutan hujan tropis yang membentang dari kaki Guning Slamet hingga Dieng, Banjarnegara.

Gugusan bukit ini lebih dikenal dengan sebutan Perbukitan Zona Serayu Utara. Cerita rakyat berkembang bahwa lokasi ini sudah lama menjadi misteri yang mendatangkan suka rasa takut di desa-desa sekitar perbukitan.

Dilansir dari Liputan6.com (26/01/2019), masyarakat di Desa Tundagan, Desa Sirau, dan Gunungwuled, Kabupaten Purbalingga mengenal sebuah kelompok yang dinamakan Suku Carang Lembayung atau Suku Pejajaran (Pijajaran/Mijajaran).

Wong Alas di Purbalingga
Kisah Wong Alas Purbalingga | www.liputan6.com

Walaupun keberadaan Suku Pejajaran belum terdokumentasikan, namun wujud suku ini tetap terekam di kepala warga karena kerap bertemu. Semua kesaksian warga berbunyi sama, yaitu anggota Suku Pejajaran tidak memiliki tumit sehingga berjalan jinjit dan tidak memiliki lekukan di atas bibir.

Baca juga: 4 Suku Pemakan Manusia Tersadis di Dunia

Sejak tahun 1998, penelusuran keberadaan ‘Wong Alas’ (orang rimba) telah dilakukan oleh Taufik Katamso, anggota senior Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda. Namun Taufik mendapati kendala yaitu warga yang khawatir.

"Warga mengatakan orang-orang Pejajaran memiliki daya linuwih, bisa berubah menjadi macan, menghilang, dan bisa mendatangkan malapetaka jika membicarakan kebaradaan mereka," kata Taufik.

Wong Alas di Purbalingga
Hutan Purbalingga | www.liputan6.com

Cerita-cerita ini diperoleh PPA Gasda semasa melakukan ekspedisi Panu-Tunda, yaitu menjelajahi perbukitan dari Desa Panusupan, Purbalingga menuju Desa Tundagan, Pemalang.

Terutama pada akhir ekspedisi, ketika penjelajah PPA Gasda menginap di rumah Karnoto, warga Desa Tundangan berusia sekitar 60 tahun.

"Pada tahun 2004 ketika kami di sana, warga Desa Tundagan bercerita bahwa pada hari raya Idul fitri tahun 2000, empat orang anggota Suku Carang Lembayung turun gunung menuju Kecamatan Watu Kumpul melalui Desa Tundagan," kata Taufik.

Baca juga: Netizen Menduga Ini Lokasi dalam Cerita Horor KKN di Desa Penari

Karena keunikannya yang tak memiliki tumit, keempat orang tersebut dikerumini anak-anak. Dari semenjak itulah perjumpaan tidak sering terjadi. Namun terkadang mereka turun gunung ke daerah utara hutan yaitu Pemalang untuk menjual kain putih di pasar.

Kain putih (mori) yang kerap dijual suku ‘Wong Alas’ ini akhirnya mendatangkan kabar bahwa mereka pemakan bangkai manusia, yaitu dengan mencuri jenazah di kuburan, kemudian menjual kainnya di pasar.

Wong Alas di Purbalingga
Orang rimba Purbalingga | www.forestdigest.com

"Karena perjumpaan terjadi beberapa kali, warga mengenal nama mereka, entah nama asli atau warga memberi nama mereka, yaitu Kantong, Risno, dan San Klonang, yang berjenis kelamin laki-laki, serta Teplo/Tumplek yang berjenis kelamin perempuan," ujarnya.

Tidak ingin memberikan data yang tak benar, Taufik membuka kembali catatannya memastikan informasi dari warga agar tidak berubah. Tercatat pada tanggal 7 Oktober 2006, hari Sabtu sekitar 19.00 WIB, dirinya tengah berada di rumah Kartono.

Dengan menantunya, Kartono bercerita sekitar tahun 1984 seorang perempuan dari Suku Pejajaran meninggal akibat memakan umpan beracun untuk menjebak babi hutan.

Jenazahnya ditemukan di dekat Kali Arus oleh Maryono (warga Desa Sirau, Purbalingga) dan kemudian jenazah tersebut dibawa oleh sesama 'Wong Alas' lainnya masuk hutan.

Wong Alas di Purbalingga
Pedalaman Purbalingga | www.travelerbase.com

Beberapa hari kemudian, dalam jangka waktu satu malam, 35 ekor kambing milik warga Tundagan mati serempak. Di leher kambing itu terdapat semacam bekas gigitan.

Warga menghubungkan kematian binatang ternak mereka dengan kematian satu anggota perempuan Suku Pejajaran. Mereka menduga 'San Klonang marah'.

"Karena kasus tersebut, warga merasa terancam, sebagian penduduk enggan bercerita perihal Wong Alas terutama menyebut nama San Klonang," katanya.

Baca juga: Pintu Rahasia Kuil Ini Dijaga Ular Kobra, Konon Jika Dibuka Akan Sebabkan Bencana Besar

Pada kisah lainnya, pada sekitar tahun 1978, warga satu padukuhan di selatan Desa Sirongge (terletak di sebelah timur Desa Tundagan) yang dihuni beberapa kepala keluarga terpaksa pindah karena merasa takut dengan keberadaan 'Wong Alas'.

Wong Alas di Purbalingga
Kawasan hutan Purbalingga | www.forestdigest.com

Saat itu, padukuhan mengundang dan mementaskan kesenian Ronggeng. Saat pementasan berlangsung, sekitar tengah malam tiba-tiba jumlah penonton bertambah, tepat saat pemain Ronggeng menyanyikan lagu Ande-ande Lumut.

Masyarakat padukuhan yang mengenal betul setiap warganya curiga dengan para penonton 'baru' ini. Setelah didekati ternyata mereka adalah Wong Alas yang datang ikut menonton.

"Warga padukuhan itu ketakutan sehingga mereka memutuskan pindah ke bawah setelah kejadian Ronggeng itu. Lagu Ande-ande Lumut juga dipercaya sebagai salah satu cara untuk memanggil Wong Alas keluar hutan," tandas Taufik.

Artikel Lainnya

Keberadaan 'Wong Alas' masih menjadi misteri. Namun dari berbagai kesaksian warga, tentu kita jadi meyakini keberadaan mereka. Bagi kamu yang punya nyali besar, suka sesuatu berbau mistis, suka bereksplorasi dan mendaki, boleh pilih wilayah utara Purbalingga untuk jadi destinasi berpetualang. Siapa tahu bertemu dengan 'Wong Alas'. Tapi tak lupa hormati dan taati aturan setempat, ya.

Tags :