Kisah Petilasan Mbang Lampir di Gunungkidul, Jadi Tempat Favorit Para Pelaku Pesugihan!

Kisah Petilasan Mbang Lampir di Gunungkidul, Semua Doa Bisa Terwujud di Sini! | mardhikaandi.blogspot.com

Para caleg dan CPNS juga suka berkunjung ke sini

Indonesia dikenal sebagai negara dengan beraneka ragam kebudayaan. Hal itu tidak terlepas dari keberagaman suku yang ada di bumi pertiwi. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, ada salah satu budaya yang masih diyakini oleh sebagian kelompok masyarakat.

Budaya tersebut adalah kepercayaan terhadap nenek moyang atau yang dikenal dengan istilah dinamisme. Meski demikian, budaya tersebut tampaknya sudah mulai melenceng. Hal itu disebabkan oleh masih cukup banyaknya masyarakat yang meminta pertolongan atau wangsit kepada arwah nenek moyang.

Tentu saja secara agama hal ini sangat melenceng dan dinilai syirik. Kamu tahu akibat dari sikap syirik? Yap! Semua amal ibadah selama hidup serta taubatnya tidak akan diterima oleh Sang Khalik. Kecuali jika memang mereka benar-benar menyesal dan tidak akan pernah berbuat hal yang demikian lagi nantinya.

Pada dasarnya, dosa syirik ini telah diketahui oleh masyarakat Indonesia yang notabenenya sebagian besar beragama Islam. Namun, karena ketamakan dunia, mereka pun mengabaikan larangan Tuhan hingga akhirnya memutuskan untuk bersekutu dengan setan.

Baca Juga: Kisah Mistis Jembatan Merah Gejayan Ini Bikin Warga Jogja Deg-Degan Kalau Lewat!

Salah satu cara mereka agar dapat bersekutu dengan setan adalah dengan mengadakan sebuah ritual yang diberi nama pesugihan. Biasanya, para pelaku pesugihan ini akan melakukan ritual di sebuah tempat keramat yang dikenal dengan nama petilasan.

Di tempat inilah konon arwah dari nenek moyang dapat mengabulkan segala permintaan dari para peziarah. Salah satu petilasan yang terkenal akan kemanjurannya adalah Petilasan Mbang Lampir yang terletak di Dusun Blimbing, Desa Gerakar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Konon, banyak caleg ataupun peserta CPNS yang kerap mengunjungi tempat ini dan akhirnya berhasil. Lantas, seperti apa Petilasan Mbang Lampir ini? Dilansir dari Tribunnews.com, berikut ini ulasannya untuk kamu semua. Yuk, Keepo!

Baca Juga: Dikembalikan oleh Belanda, Ini Mitos Mistis Keris Milik Pangeran Diponegoro

1.

Banyak didatangi caleg dan peserta CPNS

Banyak didatangi Caleg dan peserta CPNS | www.ensiklopediaindonesia.com

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya kalau Petilasan Mbang Lampir atau yang juga disebut Kembang Lampir ini kerap dikunjungi oleh para caleg dan peserta seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Mereka datang tentu saja dengan harapan agar keinginan mereka, baik yang menjadi anggota legislatif maupun pegawai negeri sipil dapat terwujud.

2.

Keinginan peziarah terkabul

Keinginan peziarah terkabul | www.solopos.com

Menurut keyakinan warga sekitar, barang siapa yang memanjatkan doa di sana kemungkinan besar harapannya akan terkabul. Hal itu membuat Petilasan Mbang Lampir menjadi salah satu tempat favorit para peziarah untuk memanjatkan doa dan harapannya.

Baca Juga: Bangunan Tua di Kota Solo Ini Diyakini Jadi Sarang Para Arwah Kelaparan

3.

Intensitas kunjungan yang tak kenal waktu

Intensitas kunjungan yang tak kenal waktu | tabir17.blogspot.com

Trisno Sumarto selaku juru kunci Petilasan Mbang Lampir menuturkan bahwa intensitas kunjungan dari para peziarah akan semakin tinggi menjelang tahun pemilu. Bahkan mereka bisa datang jam berapa saja tanpa mengenal waktu.

"Mereka datang jam berapa saja, bahkan ada yang datang jam 03.00 pagi. Saat datang memang ada syaratnya, yaitu harus membawa bunga, rokok, dan dupa," katanya seperti yang dikutip dari Tribun Jogja.

Baca Juga: Konon Sering Muncul Penampakan Sosok Botak Bertaring di Stasiun Solo Kota

Selain para caleg, para peserta seleksi CPNS pun sering mengunjungi tempat ini. Mereka bahkan banyak yang berasal dari luar Gunungkidul.

"Caleg dan CPNS yang datang tidak hanya dari Gunungkidul, tetapi banyak dari berbagai daerah seperti Magelang, Jombang, Banyuwangi," imbuhnya.

4.

Waktu pertapaan yang berbeda-beda

Waktu pertapaan yang berbeda-beda | news.detik.com

Sumarto menuturkan kalau waktu pertapaan dari para peziarah berbeda-beda. Ada yang hanya bertapa selama satu jam, ada pula yang bertapa hingga 50 hari.

Baca Juga: Menengok Hotel Peninggalan Keluarga Cendana di Bali, Konon Dikenal Angker

"Ada yang pernah bertapa 50 hari, dan itu hanya makan beberapa kali saja. Yaitu 20 hari pertama makan mie instan dan telur, makan kedua hari ke 20 hari sama menunya. Serta 10 hari juga sama menu makannya, hari ke 50 dirinya disuruh pulang," bebernya.

5.

Mulai dipugar tahun 1977

Mulai dipugar tahun 1977 | news.okezone.com

Pada awalnya, Petilasan Mbang Lampir tidak sebagus ini. Tempat ini sendiri baru dipugar oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX pada tahun 1977. Selanjutnya pasca-gempa yang mengguncang Yogyakarta beberapa tahun silam, tempat ini dipugar kembali karena mengalami kerusakan.

Baca Juga: Tanda Rumah Kamu Dihuni Makhluk Halus versi Anak Indigo

Tempat ini terbilang cukup mudah untuk dikunjungi. Para peziarah hanya harus berjalan sekitar 1 km dari jalan raya Panggang Baron menuju pertapaan Kembang Lampir yang berada di perbukitan Padukuhan Blimbing.

Karena jalannya yang sudah diaspal, maka para peziarah pun dapat menggunakan kendaaraannya untuk bisa sampai ke tempat ini.

Baca Juga: Dikenal Sakral dan Keramat, nggak Semua Orang Bisa Bertapa di Tempat Ini

Kondisi dari petilasan pun terbilang cukup terawat. Tempat ini sudah dilengkapi tempat juru kunci serta fasilitas umum semisal toilet. Sementara itu, untuk menuju tempat bertapa, para peziarah harus melalui beberapa anak tangga.

Sesampainya di sana, para peziarah akan melihat batu yang berada di tengah-tengah petilasan serta dikelilingi oleh pembatas yang terbuat dari kayu.

Artikel Lainnya

Itu dia kisah tentang Petilasan Mbang Lampir yang konon menjadi salah satu petilasan yang paling manjur. Percaya atau tidak, kembali kepada keyakinan masing-masing, ya!

Tags :