Kisah Menegangkan Seorang Driver Ojol yang Terima Orderan dari Paspampres Saat Kerusuhan 22 Mei
10 Juni 2019 by Amadeus BimaBerasa jadi mata-mata di film agen rahasia
"Saat peristiwa aksi pada tanggal 21 dan 22 Mei kemarin, ojek online juga turut andil di dalamnya. Bukan untuk merusuh tentu saja, namun menerjang kerumunan massa demi mengantarkan pesanan kepada customer. Padahal, kondisi Jakarta saat itu sedang Siaga, namun para driver ojol ini tidak kenal takut dan tetap menerima orderan.
Nah, salah seorang driver ojol pun menceritakan kisah menegangkan yang ia alami. Pada tanggal 22 Mei lalu, driver ojol yang bernama Wahyu Pratama ini mendapat orderan dari Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres. Dia diminta untuk mengantarkan pesanan ke Markas Komando Pasukan Pengaman Presiden yang terletak di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Wahyu awalnya sempat ragu-ragu, mengingat kondisi Jakarta yang saat itu sedang tidak kondusif. Pengamanan ketat diterapkan di mana-mana. Arus lalu lintas dialihkan dan beberapa ruas jalan ada yang ditutup. Sementara itu, ribuan massa masih memadati jalanan dan tak jarang terlibat bentrok dengan petugas. Kalau dia mengambil orderan itu, pastilah dia harus menerjang semua rintangan.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Wahyu nekat mengambil orderan tersebut. Karena si paspampres juga sedang buru-buru, dia meminta Wahyu untuk ngebut. Si Paspampres memberi izin kepada Wahyu untuk menerobos lampu lalu lintas dan meyakinkan dia agar tidak keder melihat aparat bersenjata.
Easier said than done, karena Wahyu nyaris diamankan Brimob lantaran dikira teroris atau penyusup yang membuat kericuhan.
Baru kali ini dapet pengalaman mantep selama ngojol, pagi-pagi dapet customer #PASPAMPRES dari Epicentrum Ke MAKO PASPAMPRES, Tanah Abang.. Buset dah ane disuruh ngebut parah, lampu merah suruh trabas, jalur yang dilewatin Tanah Abang.. Ane ngeri kan.. Padahal situasi udah gak kondusif.. Sama #AparatPenjagaBersenjata gak boleh lewat, ane hampir ditembak sama #BRIMOB dikira teroris..
Tetep aja beliau ngotot.. Ane suruh betot gas.. Jalur berikutnya sama, dijaga ketat juga beliau pun ngotot tetep suruh trabas benteng pertahanan.. Beliau bilang gini ke mereka 'Minggir beri jalan, ada tugas yang lebih penting dari kalian, minggir!'. Saking tegasnya ampe merinding min gua.. Ga berani ngomong disuruh manut aja.." ceritanya.
Setelah melewat berbagai "cobaan" berat, akhirnya Wahyu sampai di Markas Komando Pasukan Pengaman Presiden. Dia pun menyerahkan pesanan dengan tarif argo sebesar Rp 19 ribu tersebut. Namun, ternyata Paspampres justru memberi bayaran lebih sebesar Rp 87 ribu. Mungkin dia iba juga melihat Wahyu harus berpacu dengan adrenalin karena di perjalanan pasti mengalami berbagai rintangan.
"Rejeki pagi ini Alhamdulillah, argo Rp 19 ribu, dikasih Rp 87 ribu.. Tapi ya gitu nyawa ane mau melayang, mau ditembak Brimob. hemm.." tambahnya.
Kisahnya ini kemudian menjadi viral di media sosial dan menuai beragam komentar dari netizen. Mereka ikut berimajinasi pengalaman menegangkan seperti apa yang dialami oleh driver ojol tersebut saat aksi 22 Mei.