Kisah Haru Amar Alfikar, Transgender Sebatang Kara yang Sering Dibully!

Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter
Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter | twitter.com

Terlahir sebagai perempuan, Amar merasa tidak nyaman dengan identitasnya!

Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer (LGBTQ) memang masih menjadi perkara yang sangat tabu di Indonesia. Sebagian besar orang menganggap bahwa para kaum LGBTQ telah melanggar norma-norma terutama norma agama, karena mereka dianggap menyalahi kodrat. Meski semakin banyak orang yang terang-terangan mengaku sebagai salah satu dari mereka, namun masih banyak masyarakat yang tetap menyalahkan kelompok tersebut.

Mengangkat kisah sebagai seorang transgender mungkin adalah keputusan yang sangat berani, apalagi sebagai warga di negara Indonesia, sebagaimana yang dilakukan oleh salah seorang trangender ini. Dikutip dari Suara.com pada Kamis (11/6/2020), Amar Alfikar merupakan transgender yang dengan berani membagikan kisahnya melalui akun twitter @aalfikar pada Rbu (10/6/2020).

Baca Juga : Pernah Disebut Transgender, DJ Butterfly Asal Thailand Resmi Dinikahi Pria Indonesia

Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter
Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter | twitter.com

Kisah yang dibagikan Amar mendapat banyak respon dari warganet, beberapa orang memberinya dukungan dan doa, tetapi ada juga yang menyalahkannya karena dianggap menyalahi kodrat Tuhan.

Dalam unggahannya yang viral itu, diketahui bahwa Amar kini telah kehilangan kedua orang tuanya. Bahkan kerabatnya menganggap bahwa Amar adalah penyebab kedua orang tuanya meninggal dunia. Kendati demikian, ada juga sejumlah kerabat yang memberinya dukungan.

Sebagai seseorang yang terlahir menjadi perempuan, Amar pun merupakan wanita yang berhijab. Namun, ia merasa tidak nyaman dengan identitas gender sebagai perempuan. Terlahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga muslim membuatnya takut meragukan norma-norma heteronormatif dan nilai-nilai yang selama ini dijunjung lingkungannya.

Lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga muslim membuat saya takut untuk meragukan norma-norma dan nilai heteronormatif. Saya terbiasa mengenakan hijab sebelum akhirnya saya tahu bahwa saya memiliki dysphoria gender : bahwa jauh di lubuk hati saya tidak pernah menjadi seorang perempuan, tulis Amar

Baca Juga : Fakta Dibalik Viralnya Foto Istri Cium Perut Suami Yang Hamil Delapan Bulan!

Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter
Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter | twitter.com

Amar memiliki kedua orang tua yang luar biasa. Ketika ia memutuskan untuk menjadi laki-laki lima tahun lalu, mereka memberi dukungan penuh pada Amar, tidak seperti mayoritas orang tua di luar sana yang pasti akan sangat menentang pilihan seperti itu. Perubahan itu membuat Amar lebih bahagia, lebih bebas dan merasa menjadi dirinya sebenarnya.

Sayangnya Amar harus kehilangan ayahnya tiga tahun lalu di saat Pengadilan Negeri menyetujui permintaannya untuk mengganti nama.

Sayangnya, semua tidak berjalan dengan mudah. Ayah saya meninggal dunia tiga tahun lalu. Dia menderita diabetes sejak saya masih kecil. Dia meninggal setelah koma selama 40 hari, ayah meninggal di hari yang sama ketika pengadilan negeri akhirnya menyetuji permintaan saya untuk mengganti nama setelah prosedur yang panjang, ungkap Amar.

Ibunya menjadi pendukungnya yang paling baik saat itu, wanita itu mengatakan bahwa ayah Amar telah menunggu selama ini, ia (sang ayah) tidak akan pergi sebelum memastikan Amar tetap bisa melanjutkan hidup.

Di masa-masa sulit itu sang ibu terus mendukung Amar untuk bisa menyelesaikan studinya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan ibunya menangis sepanjang hari di tahun kelulusan Amar, ia mengaku sangat bangga saat itu.

Baca Juga : Transgender Ini Umrah Pakai Baju Perempuan, Petugas Imigrasi Kalang Kabut

Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter
Amar Alfikar, trangender yang membagikan kisahnya melalui twitter | twitter.com

Lagi-lagi, Amar harus kehilangan seseorang yang dicintainya. Sang ibu yang selama ini mendukungnya meninggal dunia pada 4 Juni 2019 lalu. Seetelah ibunya meninggal, Amar sangat tersentuh melihat chat Whatsappnya di ponsel sang ibu karena ternyata si ibu masih menyimpan puisi-puisi yang pernah ia kirimkan, juga ibunya menamai kontaknya Amar Alfikar di saat beberapa orang masih memanggilnya dengan nama lamanya.

Sepeninggal ibunya, beberapa kerabat memang ada yang berbaik hati mengunjungi dan mendukung Amar. Namun ada juga yang terkesan yang menyerang identitasnya, bahkan mereka menuduh Amar sebagai penyebab kedua orang tuanya meninggal.

Tidak hanya itu, mereka juga sering memegang payudara saya bahkan beberapa anggota tubuh lain dan terus berkata, “Lihat? Ini adalah bukti bahwa kamu seorang gadis, tulisnya.

Sebelumnya kerabat Amar tidak pernah merenahkannya seperti itu, sebab mereka tahu bahwa orang tua Amar pasti akan membelanya. Amar mengaku sangat sakit menghadapi pelecehan seperti itu, ia berencana akan segera melakukan operasi setelah uang terkumpul.

Artikel Lainnya

Selain itu, ia juga berencana untuk pindah ke kota lain setelah Covid-19 mereda. Saat ini dirinya tengah mengumpulkan uang untuk biaya operasinya nanti, Amar juga membuka donasi bagi yang ingin membantunya.

Tags :