Ironis! Gara-Gara "Human Error" dari Sekolah, Siswa Berprestasi Ini Malah Gagal Mengikuti SNMPTN!
15 Februari 2019 by Amadeus BimaMiris banget melihat dunia pendidikan di Indonesia!
Untuk para pelajar tingkat SMA yang sudah lulus sekolah dan ingin melanjutkan ke PTN favorit, ada 3 cara yang bisa ditempuh. Pertama adalah SNMPTN, terus SBMPTN, dan terakhir adalah jalur mandiri. SNMPTN adalah jalur yang paling "enak" karena tidak perlu melalui tes ujian lagi. Karena itu, SNMPTN juga sering disebut sebagai jalur undangan.
Kuota penerimaan lewat jalur SNMPTN adalah 30% dan supaya masuk lewat jalur ini, maka kamu harus mempunyai prestasi akademik yang baik di sekolah. Karena tidak memakai tes, maka acuan yang digunakan adalah nilai rapormu selama 3 tahun bersekolah. Kalau nilai akademikmu baik, maka sekolah akan mengirimkan datamu untuk diproses di pusat.
Setelah itu, barulah pusat yang akan menentukan apakah kamu lulus atau tidak. Ngomong-ngomong soal SNMPTN, baru-baru ini ada sebuah kasus yang lagi viral. Seorang netizen bernama Dina Angelina Pane curhat kepada Kemendikbud terkait ketidakadilan yang dialami oleh adiknya. Adiknya gagal ikut SNMPTN hanya karena ada human error dari pihak sekolah.
Adik Dina ini adalah seorang siswa yang kemampuan akademiknya tidak usah diragukan. Dia bahkan mewakili Indonesia ke Spanyol untuk mengikuti pertukaran pelajar. Hebatnya lagi, semester berikutnya setelah selesai menjalani pertukaran pelajar, dia masih tetap peringkat satu di sekolah. Jadi, dia sama sekali tidak tertinggal dalam hal pelajaran.
Nah, saat pertukaran pelajar ini, dia sudah minta izin cuti ke pihak sekolah dan sekolah juga sudah memberikan izin. Seharusnya, dengan begitu pihak sekolah menonaktifkan status akademiknya. Karena, dia nggak masuk sekolah selama setahun. Tapi, hal ini sama sekali tidak dilakukan. Status akademiknya tetap diaktifkan oleh sekolah.
Akibatnya, status akademik adik Dina dianggap kosong selama satu tahun karena tidak mengikuti proses belajar mengajar dan ujian-ujian. Tentu saja nilainya jadi terkesan turun dan bahkan dianggap tidak naik kelas. Hal ini membuat adik Dina merasa kecewa. Udah capek-capek membanggakan sekolah di kancah internasional, tapi malah "ditikam" dari belakang.
Hal ini membuat saya bingung bagaimana ada nilai itu muncul dan setelah di-follow up kepada sekolahnya, pihak sekolah mengaku adanya human error yang meng-input nilai pada semester ketika adik saya cuti," kata Dina.
Kesalahan pihak sekolah dalam menginput data ini menyebabkan adik Dina tidak bisa ikut dalam SNMPTN. Anehnya, meskipun sekolah mengakui kalau mereka mengalami human error, tapi tidak ada upaya untuk memperbaiki hal ini. Adik Dina tidak kembali difasilitasi supaya bisa diikutsertakan dalam proses SNMPTN.
Hal inilah yang disayangkan oleh Dina. Masa adiknya yang harus menderita dan menjadi korban padahal yang salah adalah pihak sekolah. Seharusnya pihak sekolah bertanggung jawab dan bukan malah lepas tangan seperti ini. Padahal, selama ini adiknya selalu berprestasi dan mengharumkan nama sekolah tersebut.
Saya butuh masukan dan pendampingan , kemanakah saya harus mengadu untuk menclearkan masalah ini. Karena saya yakin adik saya bukannya tidak mampu, tapi ini efek dari kesalah system yang membuatnya dirugikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih @Kemdikbud_RI," pungkasnya.
Sedih banget ya bacanya? Mungkin, inilah yang menyebabkan banyak WNI yang cerdas lebih memilih mengabdi di negara lain. Soalnya, pemerintahan sana lebih mampu mengapresiasi ketimbang negara sendiri. Kamu pernah mengalami kejadian seperti ini juga, nggak?