Ironis! 100 Ribu Bayi Terbunuh Setiap Tahun Akibat Perang di Afrika dan Timur Tengah

dampak perang
Anak-anak menanggung dampak perang | nationalgeographic.grid.id

Anak-anak yang tidak tahu apa-apa itu harus menerima akibatnya

Salah satu bentuk kekerasan dan kekacauan paling hebat yang tampak nyata di dunia ini adalah peperangan. Peristiwa tersebut bukan peristiwa pribadi macam perkelahian yang tidak melibatkan banyak orang.

Walaupun melibatkan banyak orang misalnya dengan teman, namun tidak sampai pada antar negara. Perang memiiki dampak buruk juga bagi orang-orang yang tidak tahu dan sebenarnya tidak ingin menerima dampaknya.

Salah satu yang sebenarnya harus dihindari adalah korban dari rakyat sipil. Lebih fatal lagi bila sampai anak-anak harus menerima akibatnya. Tentu mereka lemah dan tidak bisa membela diri.

Selain itu, anak-anak masih memiliki daya tahan tubuh yang tidak sebaik dimiliki oleh orang dewasa. Oleh sebab itu perang selalu mengerikan bagi anak-anak dan rakyat sipil yang tidak paham apa-apa.

dampak perang
Perang membuat situasi menjadi tidak aman | jateng.tribunnews.com

Dari data organisasi Save the Children, rupanya sudah sekitar 100 ribu bayi meninggal dunia untuk setiap tahunnya akibat dari perang. Sekarang sudah diperkirakan ada 550 bayi meninggal antara tahun 2013 sampai 2017.

Konflik perang terparah seperti Afghanistan, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Irak, Mali, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, Suriah, dan Yaman telah merenggut nyawa para bayi. Mengerikan bukan? Lantas apakah akan terus dibiarkan saja?

Penyebab meninggalnya banyak jiwa adalah kelaparan, kerusakan rumah sakit dan sarana-sarana lain, serta akses ke kesehatan dan sanitasi menjadi berkurang.

Dampak perang sungguh banyak, bukan hanya ledakan bom atau peluru-peluru yang berkeliaran saja yang berbahaya. Akan tetapi, situasi-situasi lingkungan yang tidak kondusif mampu membuat kehidupan menjadi lebih sulit.

dampak perang
Seorang anak menangis dan menderita akibat perang | babytaniaa.blogspot.com
Artikel Lainnya

Adaikata mereka masih selamat karena perang tersebut. Mereka rentan dengan luka bahkan sampai cacat. Tidak berhenti sampai peristiwa itu saja, kekerasan-kekerasan masih merajalela seperti diculik dan parahnya lagi menjadi korban kekerasan seksual.

Helle Thorning-Schmidt, CEO Save the Children berkata, “Satu dari lima anak yang tinggal di wilayah tersebut terkena dampak perang setiap saat dalam dua dekade terakhir.”

Jumlah anak yang cacat juga terus bertambah. “Jumlah anak yang terbunuh atau cacat meningkat tiga kali lipat. Ini sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.

Save the Children maupun organisasi lainnya berharap adanya kebijakan dalam menerapkan batas umur perekrutan menjadi anggota militer. Misalnya orang yang sudah berumur minimal 18 tahun dan adanya larangan dalam penggunaan senjata peledak di area yang padat penduduk.

Tags :