Infeksi Superbug Diduga Jadi Penyebab Pasien Positif Covid-19 Meninggal!
19 Mei 2020 by Ike Dewi
Pelonggaran Lockdown di beberapa negara dianggap kurang bijak
Sebuah istilah kembali muncul seiring dengan banyaknya pasien positif corona yang meninggal dunia. Istilah itu disebut dengan infeksi superbug, yang mana dianggap sebagai penyebab kematian pasien positif corona yang di rawat di rumah sakit. Meskipun tidak selalu identik dengan virus corona, namun infeksi superbug dapat mempengaruhi pasien corona yang terinfeksi.
Beberapa negara dikabarkan telah melakukan pelonggaran terhadap kebijakan lockdown. Pihak WHO sebelumnya juga menanggapi hal itu sebagai keputusan yang kurang bijak, sebab menurut WHO virus corona tidak akan bisa hilang.
Baca Juga : Fakta Baru Terungkap, Cinta Segitiga Jadi Alasan Pembunuhan Profesor Peneliti Vaksin Corona ini
Di sisi lain, mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Julie Gerberding mengungkapkan hal yang sama, para pemerintah di negara-negara yang mulai melonggarkan lockdwon harus memikirkan kebijakan itu ulang sebab menurutnya hal itu dirasa kurang tepat.
Sesuatu yang membuatnya khawatir adalah infeksi superbug sebagai mikroba yang kebal terhadap antibiotik akan menyerang lebih barang orang sehingga menimbulkan semakin banyak kematian.
Jika kita akan mengambil langkah untuk melonggarkan beberapa persyaratan jarak sosial, maka kita perlu mengamati apa saja yang terjadi, danjika itu tampaknya baik-baik saja, kita dapat mengambil langkap berikutnya. Tetapi jika kita melihat sesuatu terjadi ke arah yang salah, kita harus siap untuk mundur selangkah, tegasnya kepada CNBC pada Rabu (13/5/2020).
Baca Juga : Mirip Dragon Ball, Corona Juga Ada Versi Supernya, Disebut Super Spreader Corona!

Mayoritas masyarakat Amerikayang belum terinfeksi corona dan tidak memiliki kekebalan terhadap infeksi Covid-19, tidak terkecuali dengan beberapa warga di negara lain. Hal ini membuat sebagian besar negara rentan terhadap penyebaran virus.
Saya pikir apa yang telah kamibuktikan adalah bahwa langkah-langkah jarak sosial yang telah direkomendasikan benar-benar berfungsi, tetapi ketika anda menarik diri dari itu, anda hanya bisa berharap bahwa akan ada keadaan berbahaya seperti yang dikatakan Dr. Fauci, ungkapnya.
Sebelumnya, Anthony Fauci seorang pakar penyakit menular dan direktur Institut Nasional Penyakit Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAAID) mengutarakan pendapatnya mengenai tanggapan pemerintah terhadap krisis virus corona di hadapan komite senat, pada Selasa (12/5/2020).
Baca Juga : WHO Beberkan Alasan Kenapa Penyintas Corona Bisa Terinfeksi Lagi, Ternyata Karena ini!

Infeksi Superbug
Geberding menambahkan peringatan akan bahaya lain dari virus corona yang disebut infeksi superbug. Ia menerangkan bahwa itu adalah kuman yang sudah beradaptasi danmenjadi resisten terhadap bermacam antibiotik yang sebelumnya digunakan untuk mengobati infeksinya.
Infeksi superbug sekunder mampu meluas di antara mereka yang telah lamadi rawat di rumah sakit akibat sakit parah, juga dapat menginfeksi pasien yang telah menjalani prosedur invasif seperti pengguna ventilator dan kateter, ungkapnya.
Faktanya sekitar 1 dari 7 pasien coronavirus yang dirawat di rumah sakit tempaknyamengembangkan infeksi bakteri sekunder, imbuhnya.
Bahwa superbug bisa dibasmi dengan antibiotik kompleks, obat tersebut hanya akan bertahansementara karena virus justru akan lebih tahan secara cepat daripada obat yang dikembangkan.
Berdasarkan studi oleh jurnal medis Lancet, dokter yang meneliti lebih dari 190 pasienCovid-19 di rumah sakit Wuhan menemukan bahwa setengah dari mereka meninggal mengalami infeksi sekunder.

Geberding menambahkan bahwa ia justru lebih khawatir terhadap infeksi superbug ketimbang virus corona, sebab superbag dapat menyebabkan kematian yang lebih serius.